OLEH
FITRIANA (MAHASISWI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
Peresmian Terowongan Silaturahim antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral merupakan langkah strategis dalam memperkuat toleransi beragama dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia, sehingga memperkuat keharmonisan dan keberlanjutan masyarakat plural.
Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman agama yang sangat kaya, baru saja membuat sejarah penting untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama. Presiden Prabowo Subianto secara resmi meresmikan Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta. Langkah ini menjadi bukti nyata dari toleransi beragama dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Peresmian terowongan ini juga menunjukkan komitmen Indonesia dalam membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan saling menghargai perbedaan. Ini adalah langkah besar menuju Indonesia yang lebih damai, di mana setiap orang bisa hidup berdampingan tanpa terhalang perbedaan agama atau kepercayaan.
Toleransi beragama itu berarti saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Ini penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan adil. Dengan toleransi, kita menghormati hak dan kebebasan setiap orang untuk beragama, dan kita juga menganggap keberagaman sebagai rahmat dari Allah. Sesuai dengan prinsip "tidak ada paksaan dalam beragama" (QS. Al-Baqarah: 256), toleransi bisa memperkuat keharmonisan sosial dan mengurangi konflik. Toleransi juga membuat kita semakin sadar pentingnya menghargai perbedaan dan menjaga kerukunan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih damai, adil, dan penuh kasih.
Toleransi juga punya banyak manfaat sosial yang besar, seperti meningkatkan keamanan dan stabilitas sosial, membangun masyarakat yang inklusif dan pluralis, serta mendorong pemikiran yang lebih kritis dan terbuka. Dengan cara ini, kita bisa menciptakan hubungan yang harmonis dan saling menghargai, mengurangi konflik dan kekerasan yang berbasis agama, serta mempromosikan perdamaian dan keharmonisan sosial di masyarakat. Selain itu, toleransi juga membantu menciptakan ruang bagi setiap individu untuk berkembang dan menjalani hidup sesuai dengan keyakinannya tanpa rasa takut atau diskriminasi. Masyarakat yang toleran cenderung lebih siap menghadapi perbedaan dan lebih mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan mengedepankan sikap saling menghargai, kita bisa membangun Indonesia yang lebih kuat, damai, dan sejahtera bagi semua.
Jika semua agama memaksakan keyakinannya pada orang lain, pasti akan terjadi konflik antar kelompok, termasuk konflik agama. Konflik seperti ini bisa bikin bangsa dan negara mundur, karena pemerintah bakal kesulitan membuat kebijakan yang bisa diterima semua pihak. Memaksakan agama pada orang lain bisa menyebabkan banyak dampak buruk, seperti merusak hubungan sosial, memperburuk ketegangan, dan mengancam kebebasan serta hak asasi manusia. Di dunia yang semakin terhubung ini, kita harus membangun masyarakat yang saling menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, serta memberikan ruang bagi setiap orang untuk memilih jalan hidup dan spiritualitas mereka sendiri tanpa tekanan. Toleransi, menghormati keberagaman, dan melindungi kebebasan beragama adalah nilai-nilai yang harus kita jaga agar dunia ini bisa lebih damai dan harmonis.
Pada tanggal 12 Desember 2024, Presiden Prabowo Subianto meresmikan terowongan silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta. Peresmian ini jadi langkah konkret untuk memperkuat kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Terowongan ini diharapkan bisa jadi simbol toleransi dan kebersamaan, serta memudahkan interaksi dan pemahaman antar umat beragama. Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menekankan pentingnya menjaga kerukunan beragama dalam membangun bangsa. Ia juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga keharmonisan dan saling menghormati perbedaan, demi Indonesia yang lebih damai dan bersatu.
Peresmian terowongan ini juga menunjukkan komitmen pemerintah untuk mempromosikan kebersamaan dan persatuan. Kehadiran terowongan ini diharapkan bisa memperkuat dialog antaragama, memperdalam pemahaman, dan mendorong kegiatan bersama. Terowongan ini bukan cuma infrastruktur biasa, tapi juga simbol nyata kalau keberagaman itu adalah kekuatan kita. Langkah ini mendukung semangat Bhinneka Tunggal Ika dan memperkuat identitas Indonesia sebagai negara yang menghargai perbedaan. Dengan adanya terowongan ini, harapannya masyarakat bisa saling mengenal lebih dekat, berbagi cerita, dan sama-sama menciptakan harmoni di tengah perbedaan. Jadi, mari jadikan tempat ini bukan cuma jalan penghubung, tapi juga ruang untuk menghubungkan hati dan mempererat persaudaraan.
Pembuatan Terowongan Silaturahmi ini berawal dari ide Presiden Joko Widodo, yang muncul saat dia meninjau renovasi Masjid Istiqlal pada 7 Februari 2020. Waktu itu, Presiden Jokowi menyatakan ingin membangun sebuah terowongan bawah tanah di lokasi yang sudah jadi ikon kebhinekaan di Jakarta. Presiden berharap, terowongan ini bisa jadi simbol kerukunan dan toleransi antarumat beragama di Indonesia. "Saya sudah setuju untuk dibuatnya terowongan dari Masjid Istiqlal ke Gereja Katedral. Ini akan jadi terowongan silaturahmi, terowongan bawah tanah," kata Presiden Jokowi waktu itu.
Pembangunan terowongan ini disambut baik  oleh Pastor Kepala Gereja Katedral Jakarta, Romo Albertus Hani. Menurutnya, proyek ini semakin menegaskan semangat persaudaraan yang dulu dicetuskan oleh Presiden Soekarno, ketika menentukan lokasi Masjid Istiqlal yang berdampingan dengan Gereja Katedral. Romo Hani Rudi Hartoko juga mengatakan bahwa Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral bakal memudahkan umat, terutama saat misa Natal. Selain itu, Romo Hani mengatakan bahwa, terowongan ini akan menambah kapasitas parkir di Katedral sebanyak 700 slot mobil, serta mempermudah umat yang ingin menyeberang dari Istiqlal ke Katedral. Ini jadi langkah penting yang tidak hanya memudahkan akses, tapi juga makin mempererat hubungan antarumat beragama.
Sekarang ini, toleransi beragama sudah mulai diterapkan di banyak tempat di Indonesia. Bahkan, menurut survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) 2023, sekitar 80% masyarakat Indonesia mendukung kerukunan beragama. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa 90% masyarakat Indonesia hidup berdampingan dengan berbagai agama. Ini menunjukkan kalau banyak orang di Indonesia sudah paham betul betapa pentingnya toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Sayangnya, masih ada beberapa kasus intoleransi yang terjadi, seperti yang terjadi di Parepare, di mana ada larangan pendirian sekolah Kristen Gamaliel. Menurut sebagian masyarakat setempat, larangan itu karena mayoritas penduduk di daerah tersebut beragama Islam, jadi dianggap tidak etis mendirikan sekolah Kristen di daerah mayoritas Muslim. Kasus ini menunjukkan kalau meskipun sudah ada kemajuan, masih ada tantangan besar untuk mewujudkan kerukunan yang lebih baik di seluruh Indonesia.
Padahal, di Pasal 29 Ayat 1 dan 2 UUD 1945 sudah jelas tentang toleransi beragama. Ayat itu menyatakan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah sesuai dengan keyakinannya, dan negara menjamin kebebasan itu. Artinya, negara sudah memberikan hak penuh kepada setiap individu untuk menjalankan agamanya dengan bebas. Selain itu, ajaran toleransi juga ada dalam kitab Injil, terutama di Lukas 10:25-37. Di situ, Yesus mengajarkan tentang siapa itu "sesama manusia," yang nggak mengenal batas-batas seperti suku, budaya, agama, atau bangsa. Sesama manusia itu semua orang, bahkan mereka yang beda agama atau yang mungkin kita anggap musuh. Ini mengingatkan kita bahwa toleransi bukan cuma hak yang dilindungi oleh negara, tapi juga ajaran moral yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari supaya bisa hidup berdampingan dengan damai, saling menghargai, dan penuh kasih.
Untuk menghadapi masalah seperti itu, tokoh agama seharusnya dilibatkan lebih aktif. Mereka punya peran penting  dalam mempromosikan toleransi dan menjaga kerukunan antarumat beragama. Pertama, tokoh agama bisa ngajarin nilai-nilai toleransi dan kebersamaan lewat ceramah, pengajian, atau diskusi santai yang gampang dicerna semua kalangan. Kedua, mereka juga bisa mendorong dialog antaragama biar semua pihak saling paham dan lebih menghargai perbedaan. Ketiga, tokoh agama bisa bikin program keren, seperti kegiatan sosial bareng, pelatihan lintas agama, atau aksi solidaritas buat bantu orang yang lagi butuh. Bukan  hanya itu, mereka juga bisa nyebarin pesan damai lewat media sosial, biar pesannya sampai ke generasi muda yang aktif online. Kalau semua pihak tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat bekerja sama, pastinya kerukunan dan persatuan di Indonesia bakal makin kuat dan solid.
Dengan adanya terowongan ini, diharapkan menjadi simbol nyata kerja sama antarumat beragama dan mempererat hubungan di tengah keberagaman. Terowongan ini tidak hanya berfungsi sebagai penghubung fisik, tetapi juga sebagai penghubung hati yang menguatkan rasa persaudaraan. Selain itu, terowongan ini juga punya potensi besar sebagai objek wisata religi yang unik dan menarik, yang tidak hanya memperkaya pengalaman wisatawan, tapi juga menyampaikan pesan damai dan harmoni kepada semua pengunjung. Peresmian terowongan ini bisa dimanfaatkan sebagai momen penting untuk mengembangkan pendidikan toleransi, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kerukunan beragama, dan memperkuat dialog lintas agama. Lebih dari itu, peresmian ini adalah bentuk pengakuan terhadap hak asasi manusia, khususnya dalam beragama dan berkepercayaan, yang menunjukkan bahwa keberagaman adalah aset berharga bagi bangsa kita. Dengan fasilitas ini, generasi muda juga diharapkan dapat belajar untuk lebih memahami nilai-nilai keberagaman dan menghormati perbedaan. Maka dari itu  mari jadikan terowongan ini sebagai simbol semangat persatuan yang terus hidup di tengah keberagaman bangsa Indonesia.
Peresmian Terowongan Silaturahim antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral adalah simbol nyata upaya memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Langkah ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan persatuan di tengah keberagaman bangsa. Terowongan ini tidak hanya menjadi penghubung fisik, tetapi juga simbol penghubung hati dan semangat saling menghargai. Terowongan ini menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak menjadi halangan untuk hidup berdampingan secara damai dan harmonis. Selain itu, fasilitas ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk mengembangkan inisiatif serupa yang mendukung kerukunan. Oleh karena itu, kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus mempromosikan toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Dengan begitu, kita dapat membangun masyarakat yang harmonis, adil, dan berkelanjutan, di mana perbedaan tidak lagi menjadi penghalang, melainkan kekuatan untuk maju bersama. Mari kita jadikan momen ini sebagai titik awal untuk mempererat dialog lintas agama dan menciptakan kerjasama yang lebih luas demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H