Mohon tunggu...
Fitri Yustika S.
Fitri Yustika S. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

INFJ

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hutan Papua Terancam: Suara Masyarakat Adat Menolak Pembabatan Hutan

9 Juni 2024   13:41 Diperbarui: 9 Juni 2024   13:54 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 27 Mei 2024, masyarakat adat suku Awyu di Boven Digoel, Papua Selatan, dan suku Moi di Sorong, Papua Barat Daya, menggelar demonstrasi di depan Mahkamah Agung. Mereka menolak rencana pembabatan hutan oleh PT Indo Asiana Lestari yang bertujuan membangun perkebunan sawit. Hutan seluas 36 ribu hektar ini, yang lebih dari separuh luas Jakarta, adalah hutan adat tempat mereka hidup secara turun-temurun. Kehilangan hutan ini berarti hilangnya sumber penghidupan, pangan, budaya, dan air bagi masyarakat adat.

Pentingnya Hutan Adat bagi Masyarakat Papua

Bagi suku Awyu dan Moi, hutan adat adalah jantung kehidupan mereka. Hutan ini bukan sekadar hamparan pohon, tetapi juga merupakan bagian integral dari identitas budaya dan spiritual mereka. Di dalam hutan, terdapat berbagai sumber pangan seperti buah-buahan, umbi-umbian, dan tanaman obat yang telah menjadi bagian dari tradisi pengobatan alami mereka. Selain itu, hutan ini juga menyediakan kayu dan bahan bangunan untuk kebutuhan sehari-hari.

Hutan adat juga merupakan tempat suci yang dihormati oleh masyarakat adat. Di dalamnya, terdapat situs-situs bersejarah dan tempat-tempat keramat yang memiliki nilai spiritual tinggi. Pembabatan hutan ini tidak hanya akan merusak lingkungan fisik, tetapi juga menghapus jejak sejarah dan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Dampak Lingkungan dari Perkebunan Sawit

Selain dampak sosial dan budaya, pembukaan lahan untuk perkebunan sawit memiliki konsekuensi lingkungan yang serius. Menurut laporan, proyek perkebunan sawit ini akan menghasilkan emisi 25 juta ton CO2. Jumlah emisi ini setara dengan 5% dari tingkat emisi karbon tahun 2030. 

Emisi karbon yang tinggi ini akan berkontribusi pada perubahan iklim global, memperburuk kondisi cuaca ekstrem, dan mengancam keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.

Hutan Papua dikenal sebagai salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Pembabatan hutan akan menghancurkan habitat berbagai spesies flora dan fauna endemik yang hanya bisa ditemukan di Papua. Kehilangan habitat ini akan mengakibatkan penurunan drastis populasi satwa liar dan bahkan kepunahan beberapa spesies.

Suara Masyarakat Adat

Dalam demonstrasi tersebut, masyarakat adat suku Awyu dan Moi dengan tegas menyuarakan penolakan mereka terhadap proyek ini. Mereka membawa spanduk dan poster yang berisi pesan-pesan seperti "Selamatkan Hutan Adat Kami" dan "Tolak Perkebunan Sawit." 

Mereka juga berorasi, mengungkapkan keprihatinan dan kekecewaan mereka terhadap rencana pembabatan hutan yang akan mengancam kehidupan mereka.

Seorang perwakilan masyarakat adat Awyu, dalam orasinya, menyatakan, "Hutan ini adalah warisan nenek moyang kami. Kami hidup dari hutan ini, kami merawatnya, dan kami bergantung padanya. Menghancurkan hutan ini sama dengan menghancurkan hidup kami."

Sementara itu, seorang anggota suku Moi mengungkapkan, "Kami menolak keras pembukaan lahan untuk perkebunan sawit. Kami tidak ingin kehilangan hutan kami yang suci dan sumber kehidupan kami. Kami akan terus berjuang untuk mempertahankan hak kami."

Perjuangan yang Mendapat Dukungan

Perjuangan masyarakat adat Papua ini mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi lingkungan dan hak asasi manusia. Banyak aktivis dan organisasi yang turut menyuarakan penolakan terhadap pembabatan hutan ini. Mereka menekankan pentingnya mempertahankan hutan adat dan menghormati hak-hak masyarakat adat yang telah diakui oleh hukum nasional dan internasional.

Organisasi seperti Greenpeace dan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) turut serta dalam kampanye untuk menyelamatkan hutan Papua. 

Mereka mengajak masyarakat luas untuk memberikan dukungan melalui petisi, kampanye media sosial, dan aksi solidaritas lainnya. Kampanye ini bertujuan untuk menekan pemerintah dan perusahaan agar menghentikan proyek pembabatan hutan dan mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Mengapa Dunia Perlu Peduli

Isu pembabatan hutan di Papua bukan hanya masalah lokal, tetapi juga isu global. Hutan Papua memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global dan mengurangi dampak perubahan iklim. Kehilangan hutan ini akan berdampak negatif pada upaya global untuk menurunkan emisi karbon dan menjaga keanekaragaman hayati.

Selain itu, perlindungan hutan adat juga merupakan bagian dari upaya untuk menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat adat di seluruh dunia. Masyarakat adat telah lama menjadi penjaga lingkungan dan memiliki pengetahuan tradisional yang berharga tentang pengelolaan alam yang berkelanjutan. Mengakui dan melindungi hak mereka adalah langkah penting dalam mencapai keadilan sosial dan lingkungan.

Langkah Ke Depan

Untuk menyelamatkan hutan Papua dan melindungi hak masyarakat adat, diperlukan tindakan konkret dari berbagai pihak. Pemerintah harus meninjau kembali kebijakan yang mengancam hutan adat dan mencari solusi yang lebih berkelanjutan. Perusahaan juga harus bertanggung jawab dan menghormati hak-hak masyarakat adat serta mencari alternatif bisnis yang tidak merusak lingkungan.

Masyarakat luas juga memiliki peran penting dalam mendukung perjuangan ini. Dukungan bisa diberikan melalui kampanye media sosial, partisipasi dalam petisi, dan penyebaran informasi tentang pentingnya melindungi hutan adat Papua. Dengan suara dan aksi bersama, kita bisa membantu mempertahankan hutan yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat adat Papua dan lingkungan global.

Penutup

Pembabatan hutan adat di Papua untuk pembangunan perkebunan sawit oleh PT Indo Asiana Lestari merupakan ancaman serius bagi masyarakat adat suku Awyu dan Moi serta lingkungan global. Kehilangan hutan ini berarti hilangnya sumber penghidupan, budaya, dan identitas bagi masyarakat adat, serta dampak lingkungan yang signifikan. 

Penting bagi kita semua untuk mendukung perjuangan mereka dan menyuarakan penolakan terhadap proyek yang merusak ini. Bersama, kita bisa membantu melindungi hutan Papua dan memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. #alleyesonpapua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun