Mohon tunggu...
Fitri YullianiTaryana
Fitri YullianiTaryana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Matematika yang hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seputih Hati Kinanti

13 Februari 2023   11:47 Diperbarui: 13 Februari 2023   11:54 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kinan... tunggu" teriak Rama dari depan rumahnya, yang dipanggil tentu saja menolehkan kepalanya ke belakang dan tersenyum manis tatkala mengetahui jika tetangga barunya yang memanggil dirinya.
"Barengan, biar kagak gabut di angkotnya" ucap Rama dengan nafas terengah-engah, bagaimana tidak terengah-engah jika langkah kakinya saja seperti sedang mengikuti perlombaan jalan cepat.
"Ga usah cepet-cepet Ram, ke titajong mah riweuh, der ceurik deuih" goda Kinan.
"Hah... songong ni anak, untung gue ga ngerti apa yang lu omongin" Rama geram karena merasa sudah digoda sahabatnya, sedangkan Kinan malah terkekeh geli. Persahabatan yang terjalin selama dua bulan ini ditambah dengan bersekolah di sekolah yang sama membuat mereka lebih cepat akrab.

Novia Kinanti, perempuan cantik ini lebih dikenal dengan nama panggilan Kinan. Kinan lahir ditengah-tengah keluarga sederhana yang sangat harmonis, hidupnya penuh dengan limpahan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Ayahnya yang bernama Pak Indra merupakan karyawan toko bangunan milik Pak Heryawan. Sedangkan ibunya Kinan, Ibu Utami memiliki warung seblak dan goreng-gorengan di depan rumahnya.

Rama Syahputra, siswa pindahan dari ibukota ini cukup menyita perhatian kaum hawa di sekolah. Wajah yang diatas rata-rata dan tinggi badan yang proporsional membuat Rama masuk kedalam kriteria pacar idaman. Penampilannya keren, outfitnya apalagi, jam tangan, sepatu, tas... Ulalaaaaa...  Kirin bingits

"Sadar diri harusnya yah, ngarep banget punya cowok ganteng" sindir Clara, ketua gank candis, cantik dan modis
"Harusnya ngaca ya Ra" Monik ikut menimpali sambil menggulung-gulung ujung rambutnya dengan jari telunjuk
"Menang elu kemana-mana Ra" Eva ikut memperpanas situasi dengan membanding-bandingkan Kinan dengan Clara. Gosok terus neng sampe ngebul pikir Kinan.


" Ya iyalah... Lebih cocok sama gue" ucap Clara dengan suara lebih diperkeras. Kinan tidak bergeming, sedikitpun dia tidak menanggapi ocehan tiga temannya itu walaupun sebetulnya hatinya panas dan mulutnya pun gatal untuk melawan, namun sekuat tenaga dia berusaha untuk mengabaikannya.

Sudah menjadi santapan Kinan hampir setiap hari, sindiran-sindiran yang keluar dari mulut mereka sangat pedas melebihi seblak level setan. Awalnya Kinan bingung, kenapa akhir-akhir ini ketiga temannya itu seperti tidak menyukainya, padahal mereka sebelumnya tidak pernah terlibat masalah atau percekcokan.

Lambat laun, Kinan menyadari bahwa Clara menyukai Rama dan cemburu padanya. Clara yang mati-matian menunjukan perhatian pada Rama namun Rama hanya menanggapinya dengan datar. Padahal Kinan tidak menaruh hati sedikitpun pada Rama, baginya Rama hanya sebatas sahabat, tidak lebih. Sampai saat ini Kinan masih menjadi pengagum rahasia Aa Ervan, pelanggan setia warung ibunya, dan Rama tahu itu.

Bel tanda masuk berbunyi, tak lama kemudian terdengar suara Bu Nur mengucap salam di pintu masuk kelas. Rupanya dia hanya menginstruksikan bahwa seluruh siswa diminta bersiap menuju laboratorium untuk melaksanakan praktikum seperti yang sudah disampaikan minggu lalu. Jika tadi Bu Nur terlambat 5 menit saja, sudah tentu kuping Kinan akan semakin panas mendengar ocehan perempuan yang mengklaim bahwa Rama adalah miliknya.

Prang...
Laboratorium mendadak hening seketika, semua kaget mendengar suara barang yang pecah dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

Beberapa gelas ukur jatuh, pecahan kacanya jatuh berhamburan di lantai. Kinan sebagai objek perhatian teman sekelasnya hanya melongo dengan kedua tangan bertumpu di meja, kejadian itu begitu cepat terjadi, dia tidak sanggup mengingat dengan sempurna. Yang dia ingat hanyalah jika dirinya sedang membawa sebuah baki yang berisi beberapa buah gelas ukur dari lemari penyimpanan alat menuju meja kerjanya. Dia merasa sudah sangat hati-hati namun tiba-tiba seperti ada sebuah kaki yang menangkisnya hingga dia jatuh terhunyung ke depan. Hanya itu, dan selebihnya dia tidak ingat apa-apa lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun