Mohon tunggu...
Fitri Endah Pratiwi
Fitri Endah Pratiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Mother and Freelancer

Freelancer dan Ibu rumah tangga yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Relasi Finansial Anak-Orang Tua

4 Agustus 2019   22:40 Diperbarui: 7 Agustus 2019   13:24 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah kenapa sebagai orang awam dengan latar belakang Jawa saya pikir isu  relasi finansial orang tua dan anak ini cukup sensitif. Karena hubungan orang tua dan anak yang teramat dekat. Selain itu orang Jawa cenderung tidak berbicara soal materi hal ini dapat dilihat dari soal mas kawin yang tidak punya patokan tertentu seperti di budaya Banjar atau Minang, budaya rewang orang hajatan, serta pada pekerjaan tertentu orang juga tidak mematok harga. 

Unsur ewuh pekewuh atau tenggang rasa dalam masyarakat Jawa juga kental yang terkadang menghambat urusan materi dibicarakan secara terbuka sehingga berpotensi menimbulkan ketidak jelasan. 

Di antara ketidak jelasan antara relasi finansial anak dan orang tua adalah anak yang terus menumpang pada orang tua sampai beristri dan beranak pinak, atau sebaliknya, serta masalah waris yang tidak jelas. 

Soal uang memang terkadang pelik meski uang tak dibawa mati. Saya menangkap mengapa tulisan ini ditulis dengan sudut pandang penulis diluar cerita karena soal keluarga cukup keluarga yang tau. Kesan menggurui pun dihindari karena tiap keluarga unik punya kasus dan karakteristik sendiri --sendiri.

Jika harus memilih hanya antara dua secara pribadi saya lebih setuju dengan cara barat karena lebih jelas antara pembagian porsi antara orang tua dan anak. Dalam Islam,  sepengetahuan saya apabila seorang meninggal soal waris diatur dengan lebih detail berapa bagian istri, berapa suami, berapa anak laki laki, berapa anak perempuan, anak kandung, atau anak tiri. Soal birrul walidain atau berbakti pada orang tua juga diatur dengan jelas. Birrul walidain berpahala sangat besar. 

Tetapi saya yang masih miskin ilmu ini belum mendengar bagaimana anak apabila sudah menikah kapan anak tersebut harus mandiri. Saya yakin banyak riwayat tentang ini yang saya belum tahu dan perlu dapat digali. 

Yang saya tahu adalah arrijallu qowamuna alla nissa, yang artinya laki-laki menjadi qowam atas perempuan. Qowam artinya mampu memimpin istrinya secara moril dan materil untuk mendekat kepada Allah SWT. Yang dapat diartikan bahwa laki lakilah yang bertanggung jawab atas istrinya dan bukan orang tuanya. 

Orang tua terutama laki-laki dapat membantu namun tidak seterusnya.  Dan beberapa wanita juga ada yang diberi kelebihan atas suaminya (namun tidak boleh sombong ya.. karena sombong adalah dosa pertama).

Semoga Allah memudahkan kita dalam segala urusan amiiin ya Rabbal alamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun