Mohon tunggu...
Fitri Kurniawati
Fitri Kurniawati Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Normalisasi dengan Israel, Perubahan Geopolitik Timur Tengah

24 November 2020   20:40 Diperbarui: 24 November 2020   21:46 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada tahun 2002, terdapat kesepakatan damai antara negara-negara Arab dengan Israel yang dikenal dengan Proposal Damai Arab tahun 2002, yang digagas Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud. Proposal Damai tersebut dinilai memiliki makna historis di dunia Arab sebagai referensi penting dalam memecahkan problem penjajahan Israel terhadap Palestina. Proposal Damai tersebut menegaskan kesediaan dunia Arab dan Islam membuka hubungan diplomatik secara kolektif dengan Israel, dengan persyaratan berdirinya negara Palestina di atas tanah tahun 1967 dengan ibu kota Yerusalem Timur. Dalam perjanjian tersebut, Israel harus mematuhi hasil kesepakatan bersama untuk tidak melakukan invasi dan aneksasi terhadap wilayah Palestina, khususnya Jalur Gaza dan Tepi Barat; dan Palestina mempunyai hak istimewa untuk menjadikan Jerusalem sebagai ibu kota Palestina dan Masjid al-Aqsha sepenuhnya di bawah otoritas Palestina. Namun, sejak kesepakatan bersejarah itu pula Israel melakukan invasi dan aneksasi terhadap dua wilayah utama Palestina, Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Lantas timbullah pertanyaan, apakah yang melatarbelakangi terjadinya normalisasi hubungan antara UEA, Bahrain dan Israel, padahal Palestina belum merdeka dan belum ada solusi yang jelas terkait dengan permasalahan Palestina?

Sekilas, Abraham Accord terlihat membawa keuntungan dalam bisnis, pariwisata, penerbangan langsung, dialog antar agama, hingga kerja sama sains dan teknologi. Namun di sisi lain juga terdapat peningkatan kerja sama keamanan dan stabilitas regional.

Menurut pengamat politik Timur Tengah, Zulhairi Misrawi (dikutip dari detik.com), normalisasi hubungan UEA dan Bahrain dengan Israel sebenarnya dalam rangka memberikan dukungan kepada Trump dalam Pilpres bulan November 2020 di AS. Keputusan damai tersebut diduga karena ada ketergantungan kedua negara itu dengan Amerika, dimana Amerika menyuplai senjata, teknologi militer, hingga intelijen kepada UEA dan Bahrain. 

Hal senada juga dinyatakan oleh Guru Besar Kajian Timur Tengah Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Prof. Dr. Ibnu Burdah, MA (dikutip dari Kompas.com) yang mengatakan bahwa UEA dan Bahrain sepakat menormalisasi hubungan mereka dengan Israel karena tekanan dari Trump, mengingat AS adalah sekutu dekat kedua negara tersebut. Disamping itu, kedua negara tersebut juga harus memikirkan cara agar tetap memiliki pengaruh di Timur Tengah seiiring dengan menguatnya ekspansi Turki dan Iran.  

Para pakar politik Timur Tengah meyakini normalisasi hubungan ini berkaitan dengan upaya bersama menghalau kekuatan Iran serta gerakan Islam politik yang dianggap dapat melemahkan kekuasaan para penguasa Arab pasca Arab Spring pada 2011 yang banyak mengubah peta geopolitik Dunia Arab, antara lain menguatnya pengaruh Iran dan Turki. Iran mempunyai pengaruh yang kuat di Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman. 

Sedangkan Turki yang dianggap sebagai pelindung Islam politik, ada di Libya, Suriah dan Irak. Arab Saudi, UEA, Mesir pasca-2013, Bahrain dan Israel adalah negara-negara yang berjuang keras menghalau gelombang revolusi diwilayahnya.

Faktor ekonomi juga merupakan faktor yang cukup menentukan dalam terjadinya normalisasi ini. Adanya hubungan diplomatik yang resmi antara negara-negara tersebut tentu akan disusul dengan pembukaan hubungan dagang antara Israel dengan UEA dan Bahrain secara besar-besaran. 

Israel akan menjadi mitra dagang utama UEA, demikian sebaliknya. UEA sangat berminat membuka hubungan dagang dengan Israel khususnya di bidang teknologi. Bahkan perusahaan UEA, Apex Group sudah menandatangani kerjasama dengan perusahaan Israel, Tera, untuk riset dan produksi vaksin Covid-19.

Terjadinya normalisasi ini juga di sebabkan oleh faktor hubungan di antara Negara Teluk (seperti UEA dan Bahrain) dengan Israel memiliki karakter yang berbeda dengan negara Arab yang berbatas langsung dengan Israel. Dasar persoalan Negara Teluk dengan Israel hanyalah sebatas solidaritas terhadap sesama negara Arab. 

Berbeda dengan negara-negara Arab yang berbatasan langsung dengan Israel, yang memiliki konflik secara langsung dan sering kali terlibat perang. UEA dan Bahrain tidak berbatasan dengan Israel, dan mereka tidak punya sengketa wilayah dan tidak terlibat perang bersama negara Arab melawan Israel pada tahun 1948, 1965, 1967 dan 1973.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun