Setiap orang didunia ini pastinya mempunyai pengalaman hidup, apapun yang mereka alami pastinya menjadi suatu cerita dalam kehidupannya masing-masing. Seiring berjalannya waktu teknologi saat ini semakin canggih apapun yang sedang mereka alami tidak akan lupa  untuk membagikan pengalaman mereka bahkan cerita-cerita unik yang sedang dilakukan oleh mereka.Â
Misalnya dengan cara memposting suatu foto di media sosial bahkan yang sedang trend saat ini mengunggahnya di story Instagram. Begitupun dengan penulis, sama seperti orang-orang yang akan membagikan pengalamannya kepada semua pembaca. Untuk pertama kalinya berkunjung ke Kota Cirebon. Ada satu quotes yang menarik untuk di ingat " Perjalanan Sekaligus Pelajaran"quotes ini yang pas untuk menggambarkan dalam cerita ini.
Kamis, 3 Mei 2018 kampus Akademi Televisi Indonesia Angkatan 2017 sudah mengatur jadwal ujian akhir semester mata kuliah Fotografi untuk melakukan Hunting Fotografi ke Kota Cirebon. Kota yang dikenal dengan sebutan kota Udang, nama tersebut berawal dari para penduduk yang mata pencahariannya sebagai nelayan bekerja mencari ikan dan juga Rebon(udang kecil) di sepanjang pantai. Semua mahasiswa pastinya sudah melakukan persiapan yang matang dan selalu waspada untuk menghindari barang-barang yang tertinggal untuk dibawa ke Kota Cirebon.Â
Awal memprediksi sepertinya ini merupakan perjalanan yang melelahkan tetapi bagi kita yang belum terbiasa jalan jauh atau travelling. Untuk melakukan sebuah perjalan ini dibutuhkan waktu untuk merancang jadwal dan tempat-tempat yang akan dikunjungi nanti karena akan berpengaruh pada mahasiswa jika tempat-tempat yang dikunjungi menarik.Â
Tidak hanya itu, pastinya juga berpengaruh dengan mata kuliah Fotografi karena tidak hanya memotret tetapi di sisi lain juga harus mengetahui maknanya apa, belajar mengambil suatu moment dari sudut pandang yang enak jika dilihat. Mungkin orang-orang berifikir bahwa memotret sangatlah mudah, tetapi untuk mengambil gambar tersebut menjadi sesuatu yang bermakna itu sulit.
 Ketika sampai di Kota Cirebon tempat-tempat yang akan dikunjungi sudah dipersiapkan oleh pihak Kedai Travel, menggunakan jasa Travel itu juga perlu karena memudahkan kita untuk membawa ke tempat mana yang kita inginkan. Tetapi tidak sembarang memilih travel karena harus dipastikan terlebih dahulu konsepnya seperti apa, pelayanannya seperti apa, dan memberikan fasilitasnya yang bagaimana agar kita juga puas dengan harga yang sudah mereka tentukan.Â
Ke Kota Cirebon kita mengunjungi ke berbagai tempat yaitu :Taman Budaya Hati Tersuci, Keraton Kasepuhan, Desa Gerabah Sitiwinangun, Batik Kampung Trusmi, Stasiun dan Balai Kota, Alun-alun Kasepuhan, Masjid Merah, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Bondet, Keraton Kanoman, Tempat Tari Topeng, Pantai Kejawanan, Tempat Batu Megalitikum, Linggarjati, dan yang terakhir Goa Sunyaragi. Tempat-tempat yang dikunjungi bukan sembarang tempat, tempat tersebut memiliki cerita tersendiri atau mempunyai kisah yang sangat kuno bahkan juga disertai adanya mitos-mitos tertentu tetapi tidak semua tempat hanya tempat-tempat tertentu yang memiliki sejarah tersendiri.Â
Sangat unik jika sampai pada tempat yang dikunjungi, mulai dari bangunannya, nama-nama tempatnya dan juga sejarahnya yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya. Sangat mudah bagi para mahasiswa dan mahasiswi untuk melakukan tugas akhirnya di mata kuliah Fotografi tersebut, dan pastinya bisa menjadi pengalaman tersendiri untuk kita para mahasiswa dan mahasiswi Broadcasting.Â
Selama di Kota Cirebon tak lupa juga untuk mencoba masakan kuliner khas Cirebon, yang paling khas adalah Nasi Jamblang dan Empal Gentong. Mungkin jika diceritakan tentang bagaimana rasanya pasti akan sulit untuk dibayangkan, tetapi jika dilihat langsung pasti akan membuat kita penasaran untuk segera mencobanya
Terutama yang paling banyak dijumpai di Kota Cirebon adalah Nasi Jamblang. Makanan tersebut tampak seperti primadona karena mudah sekali untuk ditemukan terutama di pinggir jalan. Sangat unik jika dilihat dari segi penampilan mulai dari wadah atau tempatnya yang diberi alas daun jati yang bisa dibilang sebagai identitas selain itu agar nasi juga menjadi lebih awet jika dibungkus dengan daun jati sebelumnya, lalu isi dari makanan tersebut yaitu lauknya banyak sekali macamnya ada tempe goreng, tahu, telor dadar, perkedel, daging, lalu sepotong ikan asin sebagai pelengkap disaat ingin menyantap makanan tersebut.Â
Melihatnya saja sudah lapar, apalagi ketika kita mencicipinya pasti akan mempunyai niat untuk ingin tambah lagi. Selain itu juga ada yang Namanya Empal Gentong, sekilas mirip dengan soto Betawi dan juga rasanya tidak menipu kita karena enak serta daging empalnya yang juga empuk. Sebagai orang yang bukan asli Cirebon pasti ingin sekali rasanya kembali lagi dengan mencicipi makanan khas Cirebon ini yang membuat kita terbayang-bayang dengan kelezatannya. Tidak hanya itu, para pegawainya pun sangat ramah untuk menyambut setiap pelanggannya maka tak heran jika kita sangat nyaman menikmati makanan tersebut di tempat itu.
Selain membahas kuliner khas Cirebon kita juga mau berbagi tentang tempat-tempat wisata di Kota Cirebon yang kita datangi, yang pertama Taman Budaya Hati Tersuci. Disana terdapat tempat ibadah yaitu Gereja yang cukup besar untuk jemaat Katolik, disana juga terdapat yang Taman Doa dimana para jemaat bisa berdoa di luar gereja karena juga terdapat patung Bunda Maria yang berukuran besar yang bernama Regina Rosari. Tidak hanya itu di tamannya juga terdapat patung-patung lain dan juga tamannya dirawat dengan baik, bersih dan sangat bagus jika berfoto-foto dengan teman atau keluarga.Â
Terdapat aula atau Gedung dan pendopo karena kata penjaga di Taman Budaya Hati Tersuci itu tidak hanya digunakan untuk ibadah para jemaat Katolik tetapi tempat tersebut juga dapat digunakan jika ada acara-acara tertentu. Tetapi sebelumnya jika menggunakan tempat tersebut memesan terlebih dahulu agar tidak ada kendala dengan acara yang lain. Sangat salut karena mereka tidak memandang sebelah mata bukan hanya jemaat Katolik yang boleh menggunakan tempat tersebut tetapi para umat Islam juga bisa menggunakan tempat tersebut.Â
Setelah mengelilingi tempat tadi lanjut ke tempat selanjutnya yaitu Keraton Kasepuhan, dari namanya saja pasti sudah bisa menebak bahwa tempat tersebut mempunyai banyak cerita dan juga adanya mitos-mitos tertentu. Para penjaga di Keraton Kasepuhan sangat ramah-ramah dan juga mereka sangat unik karena mereka memakai pakaian adat Jawa berwarna putih, dengan gayanya yang menyilangkan tangannya di bawah perut.Â
Mereka menyambut dengan sopan sehingga para pengunjung senang datang ke tempat tersebut, dan semua pertanyaan yang dilontarkan para pengunjung selalu mereka jawab dengan sangat sabar dan pelan-pelan jadi para pengunjung terkesan juga mendengar cerita tersebut dan semakin memberikan pertanyaan yang lebih kepada mereka para penjaga Keraton Kasepuhan.Â
Di dekat keraton juga terdapat adanya Masjid Agung atau bisa disebut dengan Masjid Merah, di Masjid ini sangat menarik karena ketika adzan terdapat 7 orang Muadzin yang mengumandangkan adzan. Para wisatawan yang datang juga banyak termasuk kita para mahasiswa dan mahasiswi ATVI. Bentuk masjid tersebut masih sangat kuno sama seperti di Keraton Kasepuhan, ukirannya yang masih tradisional dan ubinnya yang terlihat sudah sangat lama.
Semua pahlawan ikut serta berperan dalam perjuangan tersebut, ketika sampai di sana bangunannya benar-benar masih kokoh tetapi kurang paham juga apakah sudah pernah di renovasi atau belum. Penjaga disana benar-benar merawat tempat tersebut karena di museum tersebut benar-benar bersih, rapih, dan furniture beserta barang-barangnya tidak ada yang rusak dan masih utuh atau bisa dibilang masih kokoh.Â
Banyak juga anak-anak sekolah yang melakukan study tour ke museum Linggarjati, sangat wajar sebenarnya karena memang tempat tersebut merupakan sejarah dari Bangsa Indonesia dan bisa juga dijadikan sebagai pelajaran untuk para pemuda bahkan orang tua sekalipun. Di dalam museum juga terdapat foto atau lukisan para pahlawan yang ikut berjuang untuk Kemerdekaan bahkan terdapat foto dimana moment tersebut sedang melakukan rapat dan juga terdapat keterangan di dalam foto tersebut.Â
Jadi wisatawan yang datang ke sana sangat tertarik dan juga para wisatwan juga bisa berfoto-foto tetapi tidak boleh sampai merusak barang-barang yang terdapat disana karena sudah diberi peringatan di setiap barang-barang tersebut. Memang tersebut lumayan cukup jauh, tetapi jika selama dalam perjalanan sambal bercanda tawa dengan kawan-kawan seumuran tidak akan terasa jauhnya seperti apa.
Pasti ada tingkat kesulitan tersendiri selain itu juga membutuhkan konsentrasi serta juga harus kreatif dalam membentuk suatu gerabah. Karena jika tidak bentuk gerabah mungkin hanya itu-itu saja dan kurang menarik. Cara membuatnya butuh ketekunan yang tinggi agar hasilnya juga bisa maksimal. Sangat salut juga dengan para pengrajin mereka tetap bersemangat dalam membuat kerajinan gerabah walaupun di usia yang bisa dibilang sudah tua tetapi mereka tetap kreatif dalam membuat gerabah, karena dari pembuatan gerabah itu sendiri mereka mendapat penghasilan dan juga mereka mencukupi kebutuhan keluarganya dari penghasilan gerabah.Â
Benar-benar mendapat suatu pelajaran yang sangat berharga tidak hanya itu, para pengrajin gerabah ini  bisa membuat para pemuda lebih termotivasi untuk tidak bermalas-malasan bekerja dan selalu semangat serta kreatif dalam melakukan suatu pekerjaan baik itu dari segi kerajinan, pekerjaan sebagai pegawai bahkan pekerjaan sebagai Broadcasting.
Setelah menghampiri semua tempat tersebut hasil-hasil potretan para mahasiswa dan mahasiswi ATVI sudah sangat banyak sekali, dari sekian tempat bisa hampir puluhan foto yang sudah diambil untuk persiapan tugas Ujian Akhir Semester. Ketika melakukan fotografi banyak sekali kendala yang dialami ternyata memang susah untuk menjadi seorang fotografer tetapi walaupun sulit para mahasiswa dan mahasiswi tidak patah semangat untuk tetap melakukan ataupun mengambil suatu moment di tempat-tempat tertentu yang dikunjungi.Â
Hal yang paling sulit adalah ketika memotret saat tari topeng, ditempat tari topeng tersebut benar-benar diuji kemampuan para mahasiswa karena ditempat tersebut tidak ada lampu dan hanya tersedia obor untuk para penari. Pastinya semua mahasiswa dan mahsiswi kebingungan untuk mengambil moment tersebut, banyak sekali kendala kurang cahaya, gambarnya blur akibat shaking dan masih banyak lagi. Tetapi tidak ada kata menyerah semuanya tetap bersemangat dalam mengambil moment tari topeng tersebut.
Hari terakhir semua rombongan bersiap-siap untuk kembali pulang ke rumah masing-masing, semua menyiapkan barang-barang yang ingin dibawa pulang agar tidak ada yang tertinggal. Bahkan hari terakhir masih mempunyai semangat yang tinggi karena tidak sabar untuk melihat hasil-hasil foto yang sudah diambil. Setelah itu pasti akan sibuk masing-masing dengan kelompoknya karena masih harus mengedit dan mempersiapkan untuk presentasi saat Ujian Akhir Semester.Â
Sebelum Ujian Akhir Semeter semuanya sudah harus siap memberikan foto terbaiknya, dosen juga akan menilai hasil-hasil foto mereka yang diambil ketika di Cirebon. Perjalanan kemaren sangat menyenangkan dan memberikan banyak ilmu kepada para Mahasiswa dan Mahasiswi ATVI, dan selalu akan diingat sampai kapanpun karena waktu untuk kebersamaan sangat mahal.Â
Selain itu merupakan pengalaman tersendiri bagi penulis karena untuk pertama kalinya pergi ke Kota Cirebon dan melihat keindahan di Kota Cirebon. Terimakasih kepada semua pihak, kepada Pantia Kampus, Kedai Travel, yang sudah mengurus perjalanan ke Kota Cirebon dan juga kepada Para Dosen yang selalu membimbing Mahasiswa dan Mahasiswi ATVI serta semua kawan-kawan yang selalu ingin belajar bersama dalam Ujian Fotografi. Pengalaman terbaik yang dialami didalam hidup dan Pelajaran terindah yang didapat selama hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H