Nyatanya, saat yang lain terlihat beda, Â Tertawa meski tak di umbar.
Mengatas namakan frekuensi, hingga membatasi yang lain merangkul.
Sesaat datang dengan kalimat paling manis, kemudian hilang tak berarti.
Bukannya menyindir, setidaknya nyadar diri.
Seringkali merasa paling, hingga lupa setiap orang punya jalan.
Menuntut hak ke sana kemari dengan sangat keras, kewajiban pontang panting tak karuan.
Merasa menjadi yang paling menyedihkan, sementara masih sempat minum susu.
Mengingat kesalahan yang lain, sementara baiknya lupa entah ke mana.
Tak sadar semua orang diberi jatah untuk salah.
berusaha merendah untuk bisa melambung ringgi, ngoceh kurang
Nyatanya bersinar bagai bintang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!