Menasehati dengan sangat bijak, ternayata mencari cela membuat karangan.
Saat benci memuncak didada, yang lain harus ikut membenci.
Hingga mengolah cerita karangan sendiri.
Seharusnya sesama saling menguatkan, justru saling mendorong masuk ke jurang.
Memberi standar akan sesuatu, hingga membuat yang lain tak bisa bergerak.
Menganggap ada nilai sempurna di atas muka bumi,
 lupa hanya segumpal tanah yang di beri nyawa.
Kesana kemari memohon, mengatas namakan perut yang belum ter-isi
Nyatanya untuk ajang agar di anggap mampu.
Tidak apa-apa di belakang tertekan, yang penting di anggap berada.
Teriak ke sana ke mari, menyeru agar tidak apa apa menjadi apa adanya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!