Mohon tunggu...
Fitrah Hayati
Fitrah Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang mahasiswi STIKOM Bandung dan penulis amatir di beberapa platform online.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terbelenggu Kejamnya Trauma

1 Maret 2024   16:59 Diperbarui: 1 Maret 2024   17:05 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi pola pikirku menjadi berbeda, aku dengan cepat melupakan sesuatu baik disengaja atau tidak. Seiring beralannya waktu aku tumbuh menjadi gadis yang murung. Lingkunganku benar-benar sampah, kumpulan anak-anak disitu semuanya seperti predator bermulut kotor dan bersifat bajingan. Bersyukur tidak lama setelah aku menginjak kelas 2 smp orang tuaku memutuskan untuk pindah ke kontrakan yang lebih baik.

Banyak pengalaman mengerikan yang aku alami selama aku menetap di kontrakan lamaku, ketika itu malam di bulan puasa yang ke-15, aku yang masih memiliki semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan wajah tersenyum melangkahkan kakiku ke masjid setempat guna melaksakan sholat teraweh bersama. Rakaat pertama hingga akhir ceramah semuanya berjalan dengan lancar, hingga mencapai saat witir, saat itu aku berada di shaf paling belakang. 

Tanpa sepengetahuanku seorang anak laki-laki seumuranku berjalan di belakangku, dia mendekatiku ketika aku sedang bersujud dan dengan cepat dia menusuk kemaluanku dengan tangannya. Aku terlonjak, aku segera membatalkan sholatku dan menatap nyalang seseorang yang begitu berani dan menjijikannya sedang tertawa sembari berlari.

Setelah malam itu aku menolak untuk pergi ke masjid, aku mulai menganggap masjid bukan lagi tempat yang aman dan nyaman. Aku menangis hingga 5 hari, teringat akan segala hal yang terjadi dalam hidupku.

Pertumbuhan dan perkembangan badan yang cepat ini bukanlah keinginanku, pembullyan yang aku terima karena besar dan bongsornya badanku bukan apa yang bisa aku kontrol, selama ini aku selalu berpura-pura bodoh dan tidak tahu apa-apa ketika beberapa laki-laki tua yang bejat dengan senagaja menyenggol payudaraku, mengelus bagian belakangku, menempelkan tangannya kepada pantatku, hal itu berlangsung hingga aku menginjak SMA dimana kepribadianku berubah total.

Aku menjadi mudah marah, dan tidak segan melemparkan barang kepada orang yang melakukan hal bodoh terhadapku. Mereka yang tidak tahu apa-apa selalu menyalahkan caraku berbicara, cara berjalan, caraku bertingkah laku "tidak seperti seorang wanita baik-baik" katanya.

Ketika aku duduk di bangku sekolah dasar entah saat aku kelas 1 atau kelas 2, semua laki-laki di dalam kelas itu membullyku. Mereka berdiri mengelilingiku dan memutariku, semakin lama mereka bukan hanya mengejekku namun menyentuh payudaraku dengan bergantian. Aku yang sangat malu dan merasa begitu kotor saat itu hanya dapat tertunduk dan menahan tangis. Toh mengadu pun tidak ada gunanya. Hidupku memang penuh dengan ejekan, cacian, hinaan, dan pelecehan.

Menjalani kehidupan yang berat tentu membutuhkan seuatu yang disebut "pelampiasan". Yah.. aku terobsesi dengan liquid merah yang mengalir melalui goresan-goresan panjang pada lengan dan kaki akibat dari benda tajam yang aku ukir dengan indah.

Hari demi hari setiap bulan dalam satu minggu adalah jadwal dimana kegiatan tengah malam ku dilaksanakan, entang pecahan kaca atau silet yang tersedia guna mengukir motif motif indah pada tubuhku.

Adakalanya aku merasa lelah, tekanan orang rumah sudah cukup membuatku stress di usia dini, dengan banyaknya permasalahan yang aku simpan seorang diri hanya menambah banyak beban pikiran yang bersarang di kepalaku tanpa aku sadari, percobaan bunuh diri bukanlah hal yang pernah aku coba. 

Namun hal yang selalu gagal aku coba. Dalam hidupku sudah terhitung 7 kali aku membulatkan tekad untuk mengakhiri hidupku, semuanya berakhir dengan kegagalan sempurna dimana tidak terjadi apa apa kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun