Mohon tunggu...
Fitrah Hayati
Fitrah Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang mahasiswi STIKOM Bandung dan penulis amatir di beberapa platform online.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terbelenggu Kejamnya Trauma

1 Maret 2024   16:59 Diperbarui: 1 Maret 2024   17:05 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melancholy Blooming

 

Malam itu adalah malam dimana aku secara tidak sengaja mengerti akan dunia orang dewasa, bagaimana mereka menyatu dan bagaimana mereka menyalurkan sesuatu yang mereka katakan sebagai "cinta". Aku yang tidak mengerti apapun pada saat itu hanya dapat menatap hal itu dengan bingung. "apa yang sedang mereka lakukan?" pikirku. Malam itu rasanya perjalanan pulang ke rumahku terasa sangat jauh, apalagi setelah melihat kegiatan aneh yang dilakukan oleh dua orang dewasa di balik bilik toilet umum yang selalu aku lewati ketika hendak pulang ke rumahku sehabis mengaji.

Siapa sangka malam itu menjadi titik balik kehidupan anak anak ku yang polos dan penuh warna menjadi dunia yang kelam dengan banyak warna yang hilang.

Kehidupan anak-anakku tidak seindah milik sebagian besar anak lainnya, memiliki seorang ayah yang tempramental benar-benar merepotkan. Teriakan, pukulan dan cacian setiap aku membuat sedikit kesalahan membuat tumbuh kembang pemikiran dan kepribadian ku menjadi rancu dan cenderung suram.

Orang bilang itu semua karena faktor kemiskinan yang di derita oleh keluargaku, tapi beberapa dari mereka memujiku karena aku yang selalu mendapatkan juara di setiap kelas saat itu. Namun bagi orang tuaku ranking 1 itu mutlak tidak boleh di tawar kalau tidak mau di cap sebagai seorang anak yang bodoh.

Seuanya berlalu seperti biasanya, berjualan, bersekolah, menabung ketika aku ingin membeli sesuatu, terkadang di pukuli dan dimarahi.

Setelah ibuku melahirkan adikku, dia menetap di rumah nenekku hingga beberapa minggu, dan kala itu ayahku kembali pulang untuk berjualan mencari nafkah. Hari itu aku yang sudah menginjak ranah SMP berbaring di depan televisi sepulang sekolah bersama ayahku, hanya ada kami berdua di rumah kecil nan reot itu. Semuanya berjalan biasa saja hingga entah apa yang dibaca oleh ayahku mempengaruhinya.

Secara tiba-tiba dia menyentuh perutku dan berkata "sini lihat dalamanmu, apa sama dengan punya mamahmu" aku yang telah mengerti maksud dari perkataan itu tentu saja menolak dengan keras. Aku memberontak berbalik dan berteriak, orang akan mengira kami sedang bercanda tanpa tahu pada akhirnya orang yang aku sebut ayah tetap saja mengambil kesempatan dengan memeras payudaraku yang tumbuh lebih besar dan lebih cepat dibanding anak anak pada umumnya.

Setelah siang itu aku selalu dibayangi rasa was-was, kamar kami hanya di batasi oleh pembatas kain dalam satu ruangan. Hal yang aku takutkan terjadi, pada malam hari, ayahku mengendap ketika aku tertidur, dia menyentuhku dari atas hingga kemaluanku. Beruntungnya saat itu aku sedang berhalangan hingga dia segera mengurungkan niatnya setelah menyingkap celanaku dan menyentuh kemaluanku dengan lancangnya.

Kejadian itu dengan cepat terlupakan olehku, besoknya aku bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Harga diri dan rasa maluku melarangku untuk memberitahu siapapun akan apa yang telah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun