Sensitivity. Sensitivitas mengacu pada kemampuan individu untuk memahami dan menghargai perbedaan, baik dalam hal budaya, kebutuhan, atau preferensi. Pemimpin yang memiliki kemampuan kepekaan dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan demokratis.
Subsidiarity. Subsidiaritas mengacu pada prinsip yang menyatakan bahwa keputusan harus diambil pada tingkat yang tinggi, di mana otoritas dan tanggung jawab diberikan kepada pemimpin yang lebih berkelanjutan. Pemimpin yang memiliki kemampuan subsidiaritas dapat memastikan bahwa keputusan diambil oleh pemimpin yang paling tepat dan berkepentingan.
Selain itu terdapat lima praktik mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan yang unggul menurut Noor (2019), yaitu sebagai berikut:
Pemimpin yang menantang proses.Â
Memberikan inspirasi wawasan bersama.Â
Memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi.
Mampu menjadi penunjuk jalan.Â
Memotivasi bawahan.
Istilah kata motivasi berasal dari kata motif yang artinya sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang, yang menyebabkan seseorang tersebut untuk bertindak sesuatu. Uno (2023, hal. 8) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Motivasi diartikan sebagai faktor pendorong perilaku seseorang, oleh karena itu pemimpin dengan gaya kepemimpinan tertentu berperan dalam membina motivasi kerja pegawai untuk bekerja lebih giat lagi dalam mencapai tujuan organisasi (Sitorus, 2020).
Menurut pendapat Hasibuan & Handayani (2019) motivasi adalah dorongan seseorang untuk bekerja, misalnya adalah gaji yang besar, pimpinan yang mengayomi, fasilitas kerja memadai, lingkungan kerja yang nyaman serta rekan kerja yang menyenangkan dan lain-lain.