Ketika ditanyakan mengenai bagaimana perasaan mereka ketika bertemu tunarungu, mereka merasa sedih, kasihan, dan empati. Terlebih mereka juga kesulitan untuk mengajak bicara karena belum memahami bahasa isyarat. Jadi, cara mereka berinteraksi dengan tunarungu biasanya dengan suara yang lebih kencang atau menggunakan gerakan tangan yang dapat dipahami oleh tunarungu meskipun bukan dengan bahasa isyarat yang benar. Mereka juga dapat berkomunikasi seperti biasa dengan tunarungu yang menggunakan alat bantu dengar. Mengenai alat bantu dengar, responden merasa bahwa alat tersebut dapat sangat membantu kegiatan keseharian terutama bagi yang sudah bekerja.
- Persepsi Masyarakat terhadap Pendidikan Tunarungu
Bagaimana persepsi masyarakat mengenai pendidikan tunarungu? Pendidikan seperti apa yang cocok untuk tunarungu? Hal ini menghasilkan berbagai pendapat. Beberapa responden menjawab bahwa mereka lebih cocok untuk mengejar pendidikan di sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa, beberapa responden menjawab bahwa anak tunarungu lebih cocok dengan sekolah inklusi agar dapat bersosialisasi dengan teman-teman non disabilitas. Terdapat responden yang menjawab bahwa anak tunarungu cocok menggunakan media belajar yang konkret, yang dapat mereka sentuh, dengan begitu tujuannya ialah memaksimalkan indra lainnya yang masih berfungsi dengan baik. Anak tunarungu juga dapat belajar dengan media seperti video, gambar, dan mic.
Kesimpulan dari hasil mini riset yang penulis lakukan ialah, mayoritas masyarakat sudah mengetahui tentang tunarungu meski dengan cara mendeskripsikan yang berbeda-beda. Mereka memahami tunarungu sebagai disabilitas pada pendengaran, meskipun belum secara detail mengetahui tentang tingkatan tunarungu. Mereka juga mengetahui bahwa interaksi dengan tunarungu dapat dilakukan dengan bahasa isyarat dan alat bantu dengar bagi tunarungu. Terkait pendidikan, terdapat berbagai persepsi di antaranya ada yang setuju mereka mengejar pendidikan di sekolah khusus dan ada juga yang lebih setuju mereka mengejar pendidikan di sekolah inklusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H