Ibu jarimu menghapus jejak air mataku, namun usaha itu sia-sia karena mereka menggelinding menerobos pertahananku.
Tanganmu beranjak ke puncak kepalaku. "Baik-baik, ya. Kata Pasto, aku pasti kembali." Dengan gemetar kamu usap rambutku. Apa menangis bagi laki-laki adalah sebuah hal yang memalukan?
Tanpa diduga, kamu meletakkan kepalamu di pundakku. Rupanya kamu membaca isyaratku untuk menumpahkan saja air matamu.
"Kamu abis keramas ya? Wangi samponya, aku suka" katamu dengan suara sengau. Sepertinya kamu sudah kembali menjadi gentleman lagi. Pretend nothing happened.
Dengan posisi tetap memeluk, kamu mencoba menebak merk sampo yang kugunakan. Kami tertawa saat kamu menirukan slogan ikonik ambassador salah satu merk sampo ternama.