Mohon tunggu...
Fiter YopiValendra
Fiter YopiValendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fiter Yopi Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang

Mahasiswa universitas Kanjuruhan Malang

Selanjutnya

Tutup

Book

Novel ini Tidaklah Seram Seperti Covernya

3 April 2024   02:28 Diperbarui: 3 April 2024   02:34 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Kisah hidup Peter yang terungkap hingga halaman 73 sungguh menggugah hati. Meskipun ditolak di sekolah HIS, upaya sang ibu untuk mendidiknya tidak pernah surut. Bahkan ketika guru-guru datang ke rumah untuk mengajarinya, Peter masih menunjukkan sikap nakal yang membuat mereka menolaknya. Namun, kegigihan sang ibu untuk mengajarinya langsung memberikan nuansa penuh inspirasi dalam perjalanan hidup karakter ini.

"Kita lanjutkan, ya!" Beatrice kembali riang. "Kau tahu, bunga ini memang dijuluki bunga kertas. Nama aslinya adalah Bougainvillea. Agar lebih mudah, orang-orang menyebutnya Bougenvil." Saya menyoroti cuplikan tersebut, karena mungkin tak sedikit orang mengetauhi bunga Bougaivillea, biasanya ditanam didepan rumah sebagai hiasan. 

Ternyata bunga ini memiliki sejarah tersendiri, Tanaman ini pertama kali dijelajahi oleh seorang ahli botani Prancis, Louis Antoine de Bougainville, pada akhir abad ke-18, yang memberikan namanya pada bunga ini. Bougainvillea tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis, dengan warna bunga yang mencolok dan daun yang hijau. Mereka sering ditemukan sebagai tanaman hias di taman, pagar, dan dinding karena daya tarik visual yang kuat. Bougainvillea juga sering digunakan dalam lanskap untuk menambah keceriaan dan warna.

  Tak hanya bunga yang saya soroti, ketika disuatu moment ketika Peter  diajak mengunjungi Batavia menghadirkan gambaran menarik tentang perjalanan sejarah kota Jakarta. Kata-kata Papa Peter mencerminkan pandangan yang menarik, membandingkan pembangunan Batavia yang terinspirasi dari Belanda dengan hasil akhir yang tidak seindah kota asalnya. 

Hal ini memberikan wawasan tentang bagaimana perubahan arsitektur dan budaya telah memengaruhi perkembangan kota-kota di masa lalu, sambil memberikan perspektif baru bagi pembaca tentang warisan kolonial di Indonesia.

   Dengan penuh kepahitan, waktu yang akhirnya tidak bersahabat menghadirkan cobaan baru bagi keluarga Peter saat Nippon masuk merengsek ke Bandoeng. Risa menutup kisah manis tentang si anak nakal kesayangan mama Beatrice dengan kemungkinan tak terduga tentang masa depan Peter, yang diharapkan kelak akan menjadi seorang pemimpin. 

Dari penutupan kisah Peter melukiskan sejarah tentang, tentara Jepang (Nippon) melancarkan invasi terhadap Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada tahun 1942 selama Perang Dunia II. Dengan cepat, pasukan Jepang berhasil mengalahkan tentara Belanda yang kurang siap dan memaksa Belanda untuk menyerah. 

Pendudukan Jepang di Hindia Belanda berlangsung hingga tahun 1945, yang kemudian diikuti oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia. Periode pendudukan Jepang di Indonesia merupakan masa yang penuh penderitaan dan penindasan bagi penduduk setempat, tetapi juga menjadi awal dari gerakan nasionalis yang semakin kuat untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun