Sudah sebulan tagar #dirumahaja menjadi salah satu tagar favorite dikarenakan pandemi Covid-19 ini.Â
Sehubungan saya mengalaminya semenjak Januari 2020 (saya kebetulan tinggal di Tiongkok), berikut beberapa hal yang mau saya bagikan mengenai kesehatan fisik dan mental.Â
Satu bulan pertama, saya yakin semua orang sudah ahli dengan bagaimana pola hidup yang benar, cuci tangan yang baik, menggunakan masker jika berpergian, dan berbagai hal yang sudah beredar di sosial media.Â
Panik adalah hal yang sangat wajar dalam kasus seperti ini, namun jangan sampai kesehatan mental kita mempengaruhi kesehatan fisik kita.Â
Sebelumnya ada beberapa teman yang juga bertanya mengenai hal ini, lakukan apa yang di saran kan oleh WHO namun janganlah berlebih karena sesuatu yang berlebih itu selalu tidak baik.Â
Di Tiongkok sendiri, sekarang sudah lebih membaik, aktivitas sudah kembali normal dan lock down di Wuhan pun sudah di angkat pada 7 April.Â
Dalam waktu 2 bulan, bukan lah hal yang mudah untuk bertahan di rumah aja walaupun ada kegiatan (bekerja, belajar, masak) dan bahkan di Cina sendiri setelah kembali normal banyak yang mengajukan perceraian.Â
Jadi, untuk menjaga kesehatan Jasmani dan mental pasca 1 bulan stay at home, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan
1. Lakukan lah aktivitas secukupnya dengan kecepatan yang normal. Maksud nya disini jika anda melakukan aktivitas dan sampai menganggu siklus hidup normal anda, itu akan menganggu sekali dan akhirnya akan lebih cepat bosan
2. Makan dan minum yang biasa kita makan, misalkan biasa makan daging terus karena harus hidup sehat jadi makan sayur doang. Pergantian pola makan juga bisa menganggu kesehatan. Saya sendiri mengurangi konsumsi MSG dan mengurangi porsi makan karena lebih sulit untuk melakukan aktivitas di luar.Â
3. Lakukan lah aktivitas yang tetap memberikan efek komunikasi yang baik antara anggota keluarga maupun teman. Walaupun memiliki waktu bersama berikanlah waktu untuk mereka pribadi.Â
Terlalu banyak berkomunikasi dapat menyebabkan gesekan yang lebih besar, karena terlalu lama tinggal di dalam ruangan dapat menyebabkan seseorang lebih sensitive terhadap sesuatu.Â
4. Lihat lah kebaikan dari masalah atau sesuatu yang negative. Ini bukan hal yang mudah, karena saya pun baru menyadarinya setelah 1.5 bulan. Ketika yang kita lihat hanya buruk nya saja, akhirnya yg tertanam di benak kita hanya hal yang buruk, saya stop melihat media sosial secara berkala dan mulai melihat bahwa banyak orang yang melakukan sesuatu yang baik di banding kan yang hanya di berita kan di media.Â
5. Yang terakhir adalah spread positivity not negativity. Disini bukan berarti over optimis yah, kalo saya lihat pattern nya (Cina & Korea) 1 bulan hingga titik peak dan setelah itu terjadi penurunan, namun untuk pemulihan memerlukan waktu yang cukup lama juga (1-1.5 bulan).Â
Namun untuk kasus Italy, setelah 1 bulan, curve masih terus meningkat. Jadi setiap negara itu memiliki pattern yang berbeda. Positivity disini bukan hanya pernyataan bahwa wabah ini akan cepat berlalu tapi lebih ke sifat peduli terhadap sesama, bantu lah yang membutuhkan dan ini saya sangat menghimbau untuk yang menjual barang kebutuhan pokok dan APD untuk memberikan harga yang normal.Â
Yang berniat untuk menggunakan hal ini untuk penipuan, mungkin bisa di urungkan terlebih  dahulu. Kebetulan saya juga korban penipuan dan korban beli masker mahal. Tapi itu adalah suatu kewajiban saya sbg manusia untuk share barang tersebut ke orang-orang yang lebih membutuhkan
Sekian dari saya. Jika ada pertanyaan bisa tinggal kan comment di artikel ini atau menghubungi Twitter saya @fitapao08 (new account)Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI