Terlalu banyak berkomunikasi dapat menyebabkan gesekan yang lebih besar, karena terlalu lama tinggal di dalam ruangan dapat menyebabkan seseorang lebih sensitive terhadap sesuatu.Â
4. Lihat lah kebaikan dari masalah atau sesuatu yang negative. Ini bukan hal yang mudah, karena saya pun baru menyadarinya setelah 1.5 bulan. Ketika yang kita lihat hanya buruk nya saja, akhirnya yg tertanam di benak kita hanya hal yang buruk, saya stop melihat media sosial secara berkala dan mulai melihat bahwa banyak orang yang melakukan sesuatu yang baik di banding kan yang hanya di berita kan di media.Â
5. Yang terakhir adalah spread positivity not negativity. Disini bukan berarti over optimis yah, kalo saya lihat pattern nya (Cina & Korea) 1 bulan hingga titik peak dan setelah itu terjadi penurunan, namun untuk pemulihan memerlukan waktu yang cukup lama juga (1-1.5 bulan).Â
Namun untuk kasus Italy, setelah 1 bulan, curve masih terus meningkat. Jadi setiap negara itu memiliki pattern yang berbeda. Positivity disini bukan hanya pernyataan bahwa wabah ini akan cepat berlalu tapi lebih ke sifat peduli terhadap sesama, bantu lah yang membutuhkan dan ini saya sangat menghimbau untuk yang menjual barang kebutuhan pokok dan APD untuk memberikan harga yang normal.Â
Yang berniat untuk menggunakan hal ini untuk penipuan, mungkin bisa di urungkan terlebih  dahulu. Kebetulan saya juga korban penipuan dan korban beli masker mahal. Tapi itu adalah suatu kewajiban saya sbg manusia untuk share barang tersebut ke orang-orang yang lebih membutuhkan
Sekian dari saya. Jika ada pertanyaan bisa tinggal kan comment di artikel ini atau menghubungi Twitter saya @fitapao08 (new account)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H