Gantung di area utama/dalam Masjid (Bagian kanan)
 Di serambi Masjid bagian depan, terdapat dua buah bedug yang diletakkan diujug kiri dan diujung kanan serambi. Penyangga bedug yang terbuat dari kayu tersebut dihiasi dengan ukiran bermotif elung-elungan khas Jepara.  Bedug tersebut tampak terbuat dari bahan kayu Jati. Â
Â
Gambar 20. Bedug diserambi Masjid sebelah selatan
    KesimpulanÂ
Masjid mantingan menggunakan akulturasi budaya Hindu-Budha, Jawa dan Cina baik dari segi bangunan maupun dari segi ragam hiasnya. Terjadinya akulturasi tersebut dikarenakan kebudayaan yang dibawa oleh tokoh-tokoh penting dari negara asalnya pada pemerintahan Ratu Kalinyamat pada saat itu, selain itu pekerja bangunan juga banyak yang berasala dari Tiongkok, Cina. Bangunan masjid mantingan maupun makam sudah beberapa kali mengalami pemugaran, yaitu sekitar tahun 1977/1978 dan di tahun 2015. Padaa tahun 1977/1978 pemugaran dilakukan oleh Bidang Permeseuman dan Kepurbalakaan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, sedangkan di tahun 2015, dilakukan pemugaran komplek  makam lebih tepatnya Cungkup Makam Ratu Kalinyamat oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya  Jawa Tengah. Walaupun sudah beberapa kali mengalami pemugaran dan menghilangkan beberapa unsur kekuonaannya, akan tetapi bangunan Masjid ini tetap menjadi daya Tarik pengunjung.
Bentuk bangunan Masjid Mantingan mempunyai tipologi bangunan Masjid Jawa Kuno, hal tersebut terdapat pada bentuk eatap yang menggunakan soko guru, atap tersusun tiga, terdapat serambi kiri, serambi depan, serambi kanan dan bangunan yang mempunyai denah segi empat. Â Bangunan Masjid yang Nampak seperti bangunan rumah biasa, ini menjadi keunikan tersendiri dibandingkan bangunan Masjid di era modern. Selain itu, yang menjadi ciri khas dari Masjid Mantingan ini adalah hiasan panel-panel yang berjajar di dinding Masjid yang mana tidak semua Masjid kuno bahkan Masjid Modern mempunyai konsep seperti Masjid Mantingan ini.
Ragam hias yang terdapat di Masjid Mantingan ini memenuhi kebutuhan estetis bangunan dan memberikan ajaran mengenai kehidupan. Nilai esetetis yang terdapat pada ukirukiran baik di Ragam hias berupa panel-panel disekitaran bangunan masjid tidak hanya sekedar sebagai hiasan saja, akan tetapi juga mempunyai nilai-nilai kehidupan yang dapat dipetik oleh masyarakat setempat khususnya dan para pengunjung. Karena nilai ajaran pada saat kepemimpinan Ratu Kalinyamat berhasil tersampaikan kepada masyarakat berkat komunikasi antar pemimpin dan masyarakat yang terjalin harmonis. Selain itu, nilai ajaran kehidupan yang ada di panel-panel Masjid tersebut digunakan sebagai strategi penyebaran agama Islam melalui karya-karya panel tersebut. Selain itu, ragam hias berupa panel-panel yang terbuat dari batu putih ini menjadi cikal bakal berkembangnya seni ukir di Kota Jepara. Ragam hias yang ada di Masjid Mantingan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu corak flora (tumbuhan), corak fauna (hewan) dan corak geometris.
Â
Â
Daftar Pustaka