Mohon tunggu...
Fita Erlina
Fita Erlina Mohon Tunggu... Mahasiswa - penulis sajak di https://serpihanfitaerlina.blogspot.com

halo selamat membaca tulisan saya ya... semangat Boleh nih Follow Instagram aku @fit.erl23 dan mampir ke https://serpihanfitaerlina.blogspot.com tengkyuuuuuu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nilai Estetika Masjid Astana Sultan Hadlirin di Mantingan, Jepara yang Diprakarsai oleh Ratu Kalinyamat

23 November 2023   11:38 Diperbarui: 23 November 2023   11:52 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain ornament yang terdapat pada dinding, didalam bangunan ini juga mempunyai mimbar yang menampakkan kekunoannya. Mimbar tersebut terbuat dari bahan kayu yang memiliki ukuran lebar kurang dari satu meter dan tingginya sekitar dua meter. Pada ujung mimbar bagian atas dibuat lengkungan seperti kubah yang memiliki 6 sisi dengan ujung yang mengerucut. Kubah tersebut berwarna merah, sedangkan tubuh mimbarnya berwarna hijau tua. Pada bagian mimbat tertentu, diberikan ornament ukiran yang berbentuk elung-elungan, motif kerawang dan palang Yunani yang diberikan warna emas pada bidangnya. 

 

(Sumber: Dokumentasi Fita Erlina 2022)
(Sumber: Dokumentasi Fita Erlina 2022)

Gambar 14. Mimbar di Masjid Mantingan

 

Anonim (2002) mengatakan, terdapat panel diatas mihrab berjumlah tiga buah panel yang memiliki bentuk dan ukuran berbeda. Panel tersebut memberikan tanda mengenai waktu pembangunan masjid. Salah satu panel yang berada diatas mihrab paling bawah yang berbentuk persegi panjang berisikan prasasti atau sengkalan yang berisi tulisan huruf Jawa. Sengkalan adalah candrasengkala atau simbolisasi angka tahun, istilah ini berasal dari dua kata Jawa Kuno yaitu candra yang berarti pernyataan dan sengkala yang berarti angka tahun. Tulisan yang ada pada prasasti tersebut berbunyi Rupa Brahmana Warna Sari, yang secara rinci kata Rupa mewakili angka 1, Brahmana  mewakili angka 8, Warna mewakili angka 4 dan Sari mewakili angka 1. Sehingga sengkalan tersebut bertuliskan angka 1481  Saka (tahun Jawa) atau 1559 Masehi. 

 

(Sumber: Dokumentasi Fita Erlina 2022)
(Sumber: Dokumentasi Fita Erlina 2022)

Gambar 15. Panel di atas mihrab berisikan prasasti

  Salah satu motif fauna yaitu berbentuk hewan kuda, yang mana memiliki nilai ajaran hidup bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan semua yang manusia punya di dunia ini  tidak akan dibawa mati, karena pada akhirnya kehidupan yang kekal adalah kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, manusia harus senantiasa hati-hati dalam berperilaku dikapanpun dan dimanapun. Selain motif hewan kuda ada juga motif hewan phoenix yang memiliki beberapa ajaran bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus mampu dan menerima kehendak Tuhan sang pencipta alam semesta dan manusia juga harus bisa menghindari dari sifat sombong atas apa yang dimiliki selama hidup di dunia.  Sedangkan motif merak memiliki nilai simbolis bahwa seseorang akan mudah menemukan kebahagiaan jika seseorang mampu memiliki hidup yang seimbang dengan lingkungan sekitarnya, baik sesame manusia maupun dengan alam semesta. Kesimbangan tersebut hanya tercapai melalui sikap-sikap yang selaras dengan alam, yaitu selalu menjaga kelestarian alam dan tidak merusak alam. Sedangkan motif hewan kera memberikan pesan bahwa manusia telah mlewati tahapan laku putih atau pemurnian diri, sehingga dapat bertransformasi dari sifat-sifat hewan menjadi seseorang yang memiliki sifat-sifat manusia seutuhnya. Punden berundak dijadikan sebagai peringatan kepada manusia agar benar-benar memahami delapan sifat yang harus dimiliki ketika menjadi pemimpin yaitu "mahambeg mring warih, samirana, candra, surya, samodra, wukir lan dahana". 

Makna simbolis tumbuhan teratai adalah mempunyai ajaran kepada manusia agar selalu trimo ing pandum atau selalu menerima takdir kehidupannya, baik sesuatu yang diinginkan maupun sesuatu yang tidak diinginkan.  Tumbuhan teratai dalam kebudayaan China maupun dalam ajaran agama Budha dikaitkan dengan hal yang suci, damai, subur, dan tata krama dalam berperilaku. Nilai simbolis burung merak yaitu mengajarkan bahwa mahluk hidup akan mudah mendapatkan kebahagiaan jika mereka saling menjaga dan merawat atara satu dengan yang lainnya. Nilai simbolis Kera mengingatkan bahwa manusia itu melewati tahapan-tahapan untuk menjadi manusia sempurna, yang mampu bertransformasi dari sifat hewaniah dalam diri seseorang.  

Motif letter "W" atau motif seperti kelelawar terdiri dari ukiran abstrak lung-lungan. Motif letter "W" oleh warga setempat ada yang menyebutnya sebagai motif garuda, karena bentuknya seperti burung garuda yang sedang membentangkan kedua sayapnya. Ornamen-ornamen dengan motif letter "W" terletak di bagian serambi masjid, ruangan inti masjid dan di atas mihrab. Motif letter "W" memiliki ajaran agar tetap stabil, kokoh dan seimbang dalam menjalani kehidupan.

 

(Sumber: Dokumentasi Fita Erlina 2022)
(Sumber: Dokumentasi Fita Erlina 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun