Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memahami Kecerdasan Kognitif dan Plastisitas Otak

17 Januari 2025   20:27 Diperbarui: 18 Januari 2025   04:23 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https:// www.unsplash.com

Pada saat seseorang mempelajari hal baru seperti memainkan piano maka neuron pada otak akan saling berkomunikasi mengirimkan informasi pembelajaran tersebut. Pada awal pembelajaran akan terasa sulit karena komunikasi antar neuron di otak masih lemah dimana otak dituntut menerima informasi baru. Seiring waktu melalui pembelajaran yang insten dan progresif, maka komunikasi antar neuron pada otak berjalan dengan lancar sehingga individu tersebut menjadi ahli bermain piano. Proses pembelajaran yang terekam dalam memori otak dapat dieksplor individu tersebut sewaktu-waktu ia membutuhkannya. 

Pada era teknologi dan digitalisasi ini, kecerdasan buatan/ artificial intelligence (AI) selalu dibandingkan dengan kecerdasan kognitif manusia. AI dikembangkan sebagai efisiensi pekerjaan dan akademik. Penggunaan AI ini memerlukan pembelajaran spesifik agar setiap individu dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Perlu diketahui bahwa informasi yang dihasilkan oleh AI seperti ChatGPT memiliki bias yang tinggi. Pemanfaatan AI sebagai alat yang dapat mendorong efisiensi tugas pekerjaan dan akademik, setidaknya berkontribusi nyata dalam percepatan penyelesaian permasalahan dan tugas yang kompleks.  

Mesin kecerdasan buatan hanyalah rancangan manusia. Kecerdasan manusia tidak dapat dibandingkan dengan kecerdasan buatan tersebut. Otak manusia memiliki kemampuan plastisitas yang dapat merubah bentuk struktur dan fungsional otak terkait pembelajaran baru. 

Kecerdasan buatan dibuat berdasarkan kemampuan plastisitas otak manusia. Informasi data yang dimasukan ke dalam mesin AI seiring waktu meningkatkan replikasi algoritmanya dan terus bermutasi dari waktu ke waktu. AI bekerja dengan menghubungkan berbagai probabilitas data.  Hal inilah yang membuat AI terlihat cerdas yang selalu dibandingkan dengan kecerdasan manusia yang membuatnya. 

Banyak media memberitakan bahwa di masa depan pekerjaan manusia akan digantikan oleh AI. Namun, kecerdasan manusia yang beragam dan kompleks tidak dapat dibandingkan sepenuhnya dengan AI. Kecerdasan soft skill dan hard skill setiap individu wajib dikembangkan agar di kemudian hari ia dapat terus mengembangkan diri dalam berbagai bidang dan kesempatan. 

Lantas kemampuan apa yang harus dikembangkan oleh setiap individu? 

Kemampuan dalam membaca, menulis, dan berbicara merupakan kemampuan penting yang harus dikembangkan. Pembelajaran yang spesifik dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut. Membangun rutinitas dengan membaca dan menulis yang dilakukan secara simultan dan progresif dapat mengasah kemampuan berpikir kritis. Banyak membaca dan menulis maka secara otomatis dapat meningkatkan kemampuan berbicara. Saat kita ingin menyampaikan informasi kepada orang lain, tentu kita memerlukan bahan informasi dari banyak membaca. Rutinitas yang dibangun dari kegiatan membaca, menulis, dan berbicara pada akhirnya dapat meningkatkan kecerdasan kognitif. 

Proses pembelajaran yang diterima oleh otak melalui informasi dan adaptasi lingkungan yang diinput ke otak, maka kapasitas kemampuan memori dan berpikir otak akan meningkat. Semakin kompleks struktur otak maka kecerdasan seseorang semakin berkembang. Pada bidang apapun seseorang dapat menjadi unggul. Maka dari itu, kita mengetahui bahwa guru dan dosen memiliki kecerdasan yang lebih unggul dalam masyarakat. Mereka mendedikasikan rutinitasnya untuk selalu belajar dengan banyak membaca, menulis, dan berbicara. Tidak heran, guru dan dosen banyak menjadi pakar di berbagai bidang ilmu dan teknologi. Selain melaksanakan tugas mengajar, mereka juga menjadi konsultan di berbagai industri dan teknologi. 

Selain itu, para scientis (peneliti) dan tenaga medis tidak luput dari rutinitas membaca, menulis, dan berbicara. Mereka selalu konsen dalam meningkatkan kemampuan dan kompetensinya. Oleh karena itu, setiap orang yang ingin meningkatkan kecerdasannya, ia harus membangun rutinitas tersebut.

Bagaimana proses pembelajaran melalui membaca, menulis, dan berbicara dalam perkembangan otak?

Seperti tulisan pada artikel sebelumnya, bahwa saat kita mempelajari informasi baru dengan membaca melalui visual (indera penglihatan) sebagai reseptor, maka otak belakang (occipital) mengirimkan visualisasi ke otak depan (frontal) melalui koneksi antar neuron. Pada otak depan informasi baru tersebut diolah dan direkam pada bagian temporalis sebagai tempat penyimpanan memori. Saat kita hendak menulis, informasi dari memori dieksplorasi dan diterjemahkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pemikiran yang ingin disampaikan. Demikianlah kerja otak saat kita berpikir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun