Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, hubungan manusia, dan science. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memahami Perbedaan Terapi Dry Needling dan Akupunktur

21 Januari 2025   16:57 Diperbarui: 21 Januari 2025   16:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.unsplash.com

Akupunktur cukup akrab di telinga kita. Lantas bagaimanakah dengan dry needling? Apakah perbedaan antara kedua metode pengobatan ini? 

Artikel ini mengandung bahasa medis. Penulis mencoba membuat bahasa yang lebih sederhana. Bila pembaca yang Budiman kurang memahami, Anda dapat menuliskan pesan di komentar. Terima kasih.

AKUPUNKTUR 

Masyarakat Indonesia cukup familiar dengan salah satu metode terapi alternatif dalam kesehatan yaitu akupunktur. Akupunktur merupakan teknik pengobatan alternatif yang berasal dari Negara Cina/ Tiongkok. Pengobatan ini dilakukan dengan teknik menusukan jarum-jarum kecil di atas kulit pada bagian tubuh tertentu. Teknik ini dilakukan berdasarkan peta jalur titik meridian tubuh. Jumlah jarum yang ditusukkan biasanya dalam jumlah banyak. Panjang jarum yang digunakan sekitar 1 cm hingga 5 cm. Semakin tebal bagian tubuh, maka jarum yang dimasukan lebih panjang. 

Artikel penelitian Zhuang, dkk (2013) mengenai  sejarah penelitian akupunktur membahas bahwa akupunktur dipraktikkan di Tiongkok selama lebih dari 3000 tahun dan menyebar hingga ke Eropa dan Amerika dari abad keenam belas hingga kesembilan belas. Pada abad kedelapan belas dimulai penelitian mengenai akupuntur oleh ilmuwan untuk mengevaluasi efektivitas dan mekanisme fisiologis dan biologis pada akupunktur. Pada masa itu ilmuwan berfokus pada kemungkinan adanya karakteristik titik akupunktur dan meridian. Sementara, dokter berusaha menerapkannya dalam praktik klinis. Berbagai penelitian bagaimana mekanisme efektivitas akupunktur pada berbagai sistem tubuh dan imunitas menjadikan keberlangsungan penelitian terus dilakukan hingga saat ini. 

Sejauh ini telah banyak berkembang bukti klinis yang mendukung penerapan akupunktur sebagai metode pengobatan dalam dunia medis kedokteran. Penelitian Zhuang, dkk (2013) menerangkan bahwa akupunktur sebagai metode pengobatan noninvasif  yang dapat memodulasi aktivitas neural pada area kortikal dan subkortikal seperti somatosensori, brainstem, limbik, dan serebelum pada bagian otak. Perkembangan akupunktur dalam dunia medis yang semula dianggap sebagai pengobatan timur dan bersifat alternatif, saat ini ilmu akupunktur berkembang ke medis kedokteran modern. Lantas metode akupunktur dengan efektivitasnya yang teruji dalam berbagai kondisi penyakit memicu pembentukan cabang ilmu kedokteran akupunktur yang disebut akupunktur medik. 

Pengobatan akupunktur yang terbukti efektif melahirkan pendekatan pengobatan teknik non invasif yang diistilahkan dengan akupunktur medik. Menurut laman akupunktur medik FK UI RSCM, " akupunktur medik merupakan cabang ilmu kedokteran yang melakukan tatalaksana pengobatan dengan cara stimulasi titik-titik akupunktur dengan berbagai modalitas terapi berdasarkan ilmu anatomi, fisiologi, dan patologi dan prinsip evidence based medicine (kedokteran berbasis bukti)". Penelitian efektivitas akupunktur medik mencakup bidang analgesi, regulasi fungsi organ, neuroendokrin, imunologi, dan lain sebagainya. Penerapan akupunktur melalui jarum bersama dengan modalitas listrik, ultrasound, termal, laser, dan sebagainya. Tujuan penerapan akupunktur sebagai promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Masyarakat mengenal pengobatan akupunktur yang dilakukan oleh para sinse/ tabib. Praktisi alternatif ini menerapkan prinsip akupunktur berdasarkan titik meridian yang mengacu pada unsur Yin, Yang, dan Qi. Dimana ketiga unsur ini erat kaitannya dengan kekuatan alam yang mengatur semua hal.

Pengaplikasian akupunktur secara filosofi keyakinan dan budaya yang mengakar sebagai tradisi pengobatan terbaik sepanjang masa oleh para tabib sejak 3000 SM. Para tabib mempercayai bahwa titik meridian tubuh yang mewakili unsur sifat Yin, Yang, dan Qi dapat mengobati segala penyakit pada tubuh manusia. Walau peneliti medis masih pro dan kontra terhadap titik meridian yang diyakini ada atau tidak ada oleh tabib, tetapi berdasarkan mekanisme fisiologi dan anatomi, akupunktur terbukti efektif mengobati segala kondisi penyakit.

Apa perbedaan penerapan akupunktur tradisional dengan akupunktur medik pada suatu kondisi?

Akupunktur tradisional dikenal dengan Tradisional Chinese Medicine (TCM). Praktisi TCM seorang sinse atau tabib yang memiliki keahlian akupunktur dengan pendekatan chinese medicine. Seseorang dengan keluhan jantung akan diberikan terapi tusuk jarum pada kedua kaki. Sedangkan seseorang dengan keluhan nyeri perut seperti lambung diberikan tusuk jarum pada telapak tangan. Prinsip pengobatan akupunktur tradisional berdasarkan titik meridian tubuh. Organ jantung memiliki titik meridian pada kaki sedangkan lambung di telapak tangan. Jarum-jarum yang ditusukan pada bagian tubuh biasanya dialiri listrik (elektroda) dan dapat juga dipanaskan dengan batang moksa. Pada akupunktur tradisional, praktisinya meyakini pendekatan pengobatan tusuk jarum menggunakan berdasarkan keseimbangan energi Yin, yang, dan Qi. Bila seseorang mengalami demam maka bagian dalam tubuhnya kedinginan dan sebaliknya. Tabib meyakini bahwa titik meridian dan ketidakseimbangan antara Yin, Yang, dan Qi dapat memengaruhi kesehatan seseorang.

Pada kedokteran akupunktur, penerapan terapi akupunktur berdasarkan mekanisme fisiologi, anatomi, dan patofisiologi. Praktisi akupunktur medik yaitu dokter dengan pendidikan kedokteran akupunktur. Perangsangan titik akupunktur menggunakan jarum dan dapat dialirkan listrik bertegangan rendah (elektroakupuntur). Teknik lain dapat juga dilakukan dengan memanaskan ujung jarum menggunakan batang moksa pada titik-titik akupunktur. Pada ilmu kedokteran, akupunktur memberikan efek pada titik akupunktur dan bagian tubuh lain yang saling berhubungan dengan saraf tulang belakang hingga otak. Adapun efek fisiologis untuk mencapai keseimbangan homeostatis. Homeostatis merupakan keseimbangan metabolisme tubuh.

Walau teknik akupunktur tradisional dan medik sepintas mirip, namun berdasarkan sudut pandang keilmuan, teori praktis, dan bukti ilmiah, keduanya memiliki perbedaan konkrit.

Pada akupunktur medik, pembuktian klinis selalu dilakukan hingga saat ini. Peneliti di bidang kedokteran menguji akupunktur dalam berbagai perawatan kondisi medis. Terapi akupunktur bersifat konvensional dan invasif. Invasif artinya treatment menggunakan jarum tanpa memasukan cairan atau obat ke dalam tubuh. Jarum yang digunakan berukuran kecil dan tipis. 

Pada penelitian Han, dkk (2024) mengenai uji akupunktur governor vessel pada stroke dengan gangguan kognitif. Penelitian ini menganalisis 39 jurnal eksperimental dengan total pasien 2044. Pembagian kelompok treatment dan kontrol dengan masing-masing 1022 pasien. Pada kelompok treatment (akupunktur governor vessel) terbukti efektif meningkatkan skor rasio kuratif, kognitif, status mental, dan aktivitas sehari-hari penderita stroke gangguan kognitif. Beberapa peneliti menguji tikus sebagai model untuk melihat mekanisme efektivitas uji klinis ini. Akupunktur governor vessel dapat menghambat apoptosis neuron hippocampal dengan level NGB dan HIF-1 pada regio hippocampal, sehingga meningkatkan kemampuan belajar dan memori. Peneliti lain menerangkan bahwa akupunktur governor vessel mengurangi kerusakan area cerebral pada tikus, meningkatkan  sinyal VEGF dan reseptornya Flt-1 pada jaringan hippocampal, dan meningkatkan perbaikan pada kerusakan intraserebral dan meningkatkan fungsi kognitif pada penderita stroke gangguan kognitif.

Valois, dkk (2024) menuliskan jurnal mengenai rekomendasi keamanan pemberian akupunktur pada perawatan kanker. Pemberian akupunktur pada penderita kanker harus memperhatikan perawatan kanker itu sendiri (operasi, SACT, radioterapi). Situasi pemberian akupunktur harus memperhatikan kontra indikasi, penyebab, dan risiko dari perawatan kanker. Pemberian akupunktur harus dihindari jika pasien menolak akupunktur, gangguan imunitas, gangguan infeksi lokal karena efek tusukan jarum, pasien sering mendapat terapi radioaktif oral, atau terapi intravenous.

DRY NEEDLING

Seiring berkembangnya ilmu kedokteran dan rehabilitasi fisik, metode terapi fisik pada profesi Fisioterapi melahirkan metode pengobatan sindroma nyeri otot yang menyebar (miofascial trigger point) menggunakan pendekatan jarum kering yang dikenal dengan teknik dry needling. Banyak masyarakat berspekulasi bahwa dry needling terkait dengan akupunktur. Sebenarnya tidak ada kaitannya dry needling dan akupunktur. Dry needling merupakan konsep tunggal yang berdiri sendiri dengan pemahaman bahwa teknik ini diaplikasikan pada gangguan muskuloskeletal (sistem otot skeletal) dan nyeri. Persamaan konsep akupuntur dan dry needling yaitu menggunakan jarum. 

Penerapan konsep dry needling pertama kali oleh Dr. Janet Travell dan Dr. David Simmons. Pada 1940, Dr. Janet sebagai dokter kepercayaan gedung putih yang sangat dihormati merawat presiden dan keluarganya. Pada kala itu, dalam perawatan nyeri myofascial otot, Dr. Simmons menyarankan untuk menyuntikan jarum berisi garam/kortikosteroid/ analgesik ke titik picu miofasial (titik hiper-iritasi otot) untuk mengobati nyeri dan radang. 

Para dokter ini melakukan terapi suntik pada trigger point otot yang ternyata efektif menurunkan nyeri dan mengurangi ketegangan otot. Terapi suntikan ini kemudian mengarah ke berbagai penelitian yang menggunakan plasebo yaitu jarum kosong. Pada 1979, Dr. Karel Lewit menyimpulkan bahwa suntikan lebih pada efek mekanis yang merangsang titik picu dari efek jarum, bukan dari isi suntikan yang dimasukan. Sejak saat itu, tenik menusuk jarum kering (dry needling) pada titik picu miofascial pada otot mulai banyak diterapkan dalam klinis yang terus berkembang dalam berbagai gangguan neuromuskuloskeletal (sistem saraf dan otot skeletal) hingga saat ini.

Dry needling merupakan metode perawatan klinis menggunakan jarum kering tipis dengan ukuran panjang bervariasi mulai dari 1cm hingga 12cm. Dry needling melibatkan jarum tipis, fillform, monofilamen, jarum ke dalam otot target tanpa memasukkan zat obat apapun ke dalam tubuh. Dry needling digunakan untuk memicu titik miofascial trigger point otot, yang merupakan penebalan serabut otot yang mengeras/ tautband. Dalam memicu titik otot, praktisi memasukan jarum berulang kali hingga otot menimbulkan respon kedutan dengan gerakan keluar masuk jarum yang cepat. Biasanya kedutan otot atau twitch sebanyak 2 hingga 3 kali. 

Terapi dry needling diberikan pada kasus miofascial syndrome, trigger point syndrome, tension headache, stroke, HNP lumbal, dan sebagainya. Teknik ini menggunakan konsep dan mekanisme anatomi, fisiologi, dan biomekanik pada gangguan neuromuskuloskeletal. Tujuan pemberian dry needling yaitu mengurangi nyeri, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi otot, serabut otot, dan fleksibilitas jaringan. 

Bahasa mudahnya, terapi dry needling yaitu langsung pada otot yang bermasalah. Jarum yang ditusukan pada area otot yang mengalami masalah. Titik tusuk ditentukan dari pemeriksaan tekan dan raba pada otot. Penekanan pada area otot memicu nyeri lokal atau menyebar pada kondisi miofascial. 

Terdapat dua jenis miofascial trigger point syndrome. Titik nyeri pada otot yang dalam dan tidak menyebar disebut dengan trigger point laten. Sedangkan penekanan titik nyeri pada otot menyebar hingga ke bagian tubuh lainnya disebut dengan trigger point aktif. 

Otot yang mengalami trigger point aktif menampakan sinyal otot yang sangat tinggi pada saat otot istirahat/diam menggunakan pencitraan EMG (elektromiografi). Sinyal kontraksi otot yang tinggi ini disebabkan oleh sisa metabolisme otot/ asam laktat yang terjebak di serabut otot, dimana serabut otot yang mengalami perlukaan/spasme dan radang terus-menerus mengakibatkan munculnya nodul/penebalan pada otot dan disertai nyeri. 

Miofascial otot diakibatkan oleh gangguan biomekanik dan postur. Peran eksposur mekanik pada aktivitas bekerja atau berolahraga dengan gerakan repetitif, berulang, dan bersifat statis pada postur dan ekstremitas memicu reaksi hiperkontraksi dan spasme pada otot dan serabutnya (miofascial syndrome). Bila otot yang mengalami miofascial tidak mendapatkan penanganan, maka otot akan mengalami penurunan fungsi/ motor disfunction yang ditandainya dengan ketidakmampuan melakukan tugas kerja atau aktivitas tertentu secara simultan dan penurunan performa.

Dry needling secara fisiologis bekerja dengan memicu titik trigger point otot dengan melukai serabut/nodul otot yang mengalami skars/ tautband. Panjang jarum yang ditusukan ke area otot tergantung ketebalan otot tersebut. Sebagai contoh pada betis pria dewasa, jarum yang ditusukan sepanjang 7cm-10cm. Panjang jarum yang masuk akan mengenai target otot terdalam sehingga dengan cepat memperbaiki serabut kontraktil otot. Metode dry needling bekerja secara fisiologis dengan merangsang titik nyeri pada serabut otot yang mengalami penebalan/ titik nodul otot/ tautband. Nodul otot yang hiperaktif dan mengandung zat iritan nyeri. Saat jarum ditusuk ke otot, terjadi penghantaran stimulasi ke sumsum tulang belakang dan otak. Otak melepaskan hormon endorphin dan memblokade serabut saraf nyeri. 

Tusukan jarum akan menginduksi pemulihan panjang sarkomer otot, dimana terjadi pemisahan miofilamen aktin dan miosin pada sarkomer yang berkontraksi. Otot yang dirusak akan menghancurkan motor end plate yang memodifikasi asetikolin dan reseptor kolinesterase sehingga terjadi perbaikan otot. Selama prosedur, pasien akan merasakan nyeri. Adapun efek samping prosedur yaitu nyeri, pegal, area tusuk membiru, dan berdarah karena pembuluh darah tertusuk (terbilang aman). Efek samping yang dihasilkan sangat kecil yaitu kurang dari 5%, namun manfaatnya efektif 95%. 

Pada penelitian Sacristan, dkk (2022), pengujian dry needling pada pasien dengan nyeri leher yang disebabkan oleh trigger point aktif dan laten pada otot trapezius (otot pundak atas) terbukti signifikan menurunkan nyeri, ketidaknyamanan, dan hiperalgesia mekanik lokal pada 65 pasien selama satu bulan, namun dry needling pada trigger point aktif mengalami penurunan nyeri yang lebih tinggi. Selain itu, dry needling juga efektif mengurangi kekakuan otot pada pasien dengan paska stroke spastis (tonus otot tinggi yang mengakibatkan kekakuan). Penelitian ini diuji oleh Malfait, dkk (2024). Terapi dry needling yang diaplikasikan pada otot yang tegang dan kaku (spastis) menurunkan tonus otot yang tinggi dan terjadi perbaikan jaringan pada otot yang memendek dan tidak digunakan.

Kebutuhan klinis yang memerlukan terapi dry needling. 

Bila seseorang mengalami nyeri pada bagian tubuh dengan karakteristik nyeri menyebar ke bagian tubuh lain, pegal, dan nyeri yang terasa hilang timbul, maka keadaan ini disebut dengan sindroma miofascial. 

Bila seseorang mengalami nyeri kepala disertai ketegangan otot leher dan pundak atas yang intens, maka ini dapat disebut dengan tension headache. 

Bila seseorang dengan kondisi nyeri pada tendon otot, sprain ankle, dan sebagainya berindikasi terapi dry needling.

Kontraindikasi terapi dry needling

Terapi dry needling tidak dapat diberikan pada pasien dengan riwayat diabetes, gangguan imunitas, alergi, mudah infeksi bila tertusuk jarum, demam, hipertensi, dan cidera berat. 

Sejauh ini kesimpulan yang dapat disampaikan yaitu

Akupunktur tradisional chinese medicine (TCM) memuat sudut pandang konsep titik meridian dan terkait dengan keseimbangan energi Yin, Yang, dan Qi pada tubuh manusia yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit. Praktisi TCM yaitu sinse/ tabib. 

Akupunktur medik menerapkan stimulasi jarum non invasif (non obat) pada titik akupuntur bagian tubuh untuk menstimulasi hantaran impuls saraf ke sumsum tulang belakang dan otak sehingga tercapai keseimbangan homeostatis tubuh berdasarkan anatomi, fisiologi, dan patologi. Praktisi akupuntur medik yaitu Dokter akupunktur medik. 

Dry needling melibatkan terapi jarum kering pada titik otot yang mengalami abnormal jaringan (tautband) pada serabut kontraktil otot. Dry needling merusak serabut abnormal otot dan mempercepat perbaikannya dengan memisahkan miofilamen aktin dan miosin sehingga terjadi  perbaikan jaringan otot dan fungsi otot. Praktisi dry needling yaitu tenaga medis seperti dokter, perawat, dan fisioterapis. 

  

Referensi 

Han, dkk. 2024. Effectiveness and safety of governor vessel acupuncture therapy for post-stroke cognitive impairment. Elsevier: 1568-1637

Malfait, dkk. 2024. Safety of dry needling in stroke patient. European Journal of Physical and Rehabilitation Medicine:  60(2): 225-32

Mengenal lebih dalam Akupunktur Medis dalam herminahospitals.com

Sacristan, dkk. 2022. Dry needling in active or latent trigger point in patients with neck pain. Nature: 1-13. 

Sejarah Akupuntur yang Sangat Rinci oleh Dr. Carl Clarkson (2020) dalam https://www.breeze.academy.com

Sejarah Akupunktur Medik dalam https://www.akupunkturmedikfkuirscm.com

Sejarah dry needling dalam https:// www.allinphysicaltherapy.com

Valois, dkk. 2024. Acupuncture in cancer care: recommendations for safe practice. Supportive care in cancer: 32:229.

Yi Zhuang, dkk. 2013. History of Acupunture Research. Sciencedirect: Vol.111: 1-23.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun