Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, hubungan manusia, dan science. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memahami Perbedaan Terapi Dry Needling dan Akupunktur

21 Januari 2025   16:57 Diperbarui: 21 Januari 2025   16:21 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat dua jenis miofascial trigger point syndrome. Titik nyeri pada otot yang dalam dan tidak menyebar disebut dengan trigger point laten. Sedangkan penekanan titik nyeri pada otot menyebar hingga ke bagian tubuh lainnya disebut dengan trigger point aktif. 

Otot yang mengalami trigger point aktif menampakan sinyal otot yang sangat tinggi pada saat otot istirahat/diam menggunakan pencitraan EMG (elektromiografi). Sinyal kontraksi otot yang tinggi ini disebabkan oleh sisa metabolisme otot/ asam laktat yang terjebak di serabut otot, dimana serabut otot yang mengalami perlukaan/spasme dan radang terus-menerus mengakibatkan munculnya nodul/penebalan pada otot dan disertai nyeri. 

Miofascial otot diakibatkan oleh gangguan biomekanik dan postur. Peran eksposur mekanik pada aktivitas bekerja atau berolahraga dengan gerakan repetitif, berulang, dan bersifat statis pada postur dan ekstremitas memicu reaksi hiperkontraksi dan spasme pada otot dan serabutnya (miofascial syndrome). Bila otot yang mengalami miofascial tidak mendapatkan penanganan, maka otot akan mengalami penurunan fungsi/ motor disfunction yang ditandainya dengan ketidakmampuan melakukan tugas kerja atau aktivitas tertentu secara simultan dan penurunan performa.

Dry needling secara fisiologis bekerja dengan memicu titik trigger point otot dengan melukai serabut/nodul otot yang mengalami skars/ tautband. Panjang jarum yang ditusukan ke area otot tergantung ketebalan otot tersebut. Sebagai contoh pada betis pria dewasa, jarum yang ditusukan sepanjang 7cm-10cm. Panjang jarum yang masuk akan mengenai target otot terdalam sehingga dengan cepat memperbaiki serabut kontraktil otot. Metode dry needling bekerja secara fisiologis dengan merangsang titik nyeri pada serabut otot yang mengalami penebalan/ titik nodul otot/ tautband. Nodul otot yang hiperaktif dan mengandung zat iritan nyeri. Saat jarum ditusuk ke otot, terjadi penghantaran stimulasi ke sumsum tulang belakang dan otak. Otak melepaskan hormon endorphin dan memblokade serabut saraf nyeri. 

Tusukan jarum akan menginduksi pemulihan panjang sarkomer otot, dimana terjadi pemisahan miofilamen aktin dan miosin pada sarkomer yang berkontraksi. Otot yang dirusak akan menghancurkan motor end plate yang memodifikasi asetikolin dan reseptor kolinesterase sehingga terjadi perbaikan otot. Selama prosedur, pasien akan merasakan nyeri. Adapun efek samping prosedur yaitu nyeri, pegal, area tusuk membiru, dan berdarah karena pembuluh darah tertusuk (terbilang aman). Efek samping yang dihasilkan sangat kecil yaitu kurang dari 5%, namun manfaatnya efektif 95%. 

Pada penelitian Sacristan, dkk (2022), pengujian dry needling pada pasien dengan nyeri leher yang disebabkan oleh trigger point aktif dan laten pada otot trapezius (otot pundak atas) terbukti signifikan menurunkan nyeri, ketidaknyamanan, dan hiperalgesia mekanik lokal pada 65 pasien selama satu bulan, namun dry needling pada trigger point aktif mengalami penurunan nyeri yang lebih tinggi. Selain itu, dry needling juga efektif mengurangi kekakuan otot pada pasien dengan paska stroke spastis (tonus otot tinggi yang mengakibatkan kekakuan). Penelitian ini diuji oleh Malfait, dkk (2024). Terapi dry needling yang diaplikasikan pada otot yang tegang dan kaku (spastis) menurunkan tonus otot yang tinggi dan terjadi perbaikan jaringan pada otot yang memendek dan tidak digunakan.

Kebutuhan klinis yang memerlukan terapi dry needling. 

Bila seseorang mengalami nyeri pada bagian tubuh dengan karakteristik nyeri menyebar ke bagian tubuh lain, pegal, dan nyeri yang terasa hilang timbul, maka keadaan ini disebut dengan sindroma miofascial. 

Bila seseorang mengalami nyeri kepala disertai ketegangan otot leher dan pundak atas yang intens, maka ini dapat disebut dengan tension headache. 

Bila seseorang dengan kondisi nyeri pada tendon otot, sprain ankle, dan sebagainya berindikasi terapi dry needling.

Kontraindikasi terapi dry needling

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun