Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Generasi Sedentary Living pada Era Teknologi: Bedah Anatomi Kinesiologi

17 Oktober 2024   11:21 Diperbarui: 18 Oktober 2024   13:06 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https:/www.unsplash.com

Tulang belakang sebagai struktur fondasi yang berperan penting dalam mempertahankan postur tubuh. Tulang belakang dapat diibaratkan sebagai pilar penopang tubuh kita yang dikemudikan oleh kepala, bahu, panggul, dan tungkai kaki. Tulang panggul bergerak bagaikan kapal saat posisi duduk, berdiri, berjalan, dan berlari yang dapat memutar ke depan dan belakang, serta bergeser ke samping kanan maupun kiri yang memengaruhi pergerakan dan bentuk tulang belakang. 

Tulisan ini mengandung bahasa dan istilah anatomi. Tujuan penulisan artikel ini sebagai bentuk edukasi dari kacamata umum. Oleh karena itu, segala bentuk penjelasan berdasaekan literatur anatomi dan kinesiologi yang singkat. 

Panggul disebut sebagai pusat stabilisator tubuh, yang dibungkus oleh otot inti (core muscle). Otot inti merupakan gabungan sekelompok otot yang bekerja untuk memberikan stabilisasi pada tubuh dan secara spesifik pada postur tulang belakang yaitu otot dasar panggul (termasuk otot perkemihan), otot perut, dan otot punggung bawah. 

Penyimpangan posisi atau disaligment pada panggul dapat menyebabkan perbedaan panjang tungkai kaki antara kiri dan kanan serta perubahan bentuk kelengkungan struktur atau kurva tulang belakang yang biasa kita kenal sebagai skoliosis.

Agar kita dapat memahami bagaimana perubahan bentuk postur tubuh dapat terjadi, mari kita pelajari anatomi dasar dari tulang belakang ini dari sudut pandang kelengkungan kurvanya. Anatomi dasar ini penulis rangkum dengan bahasa yang mudah dimengerti. Untuk mengurangi kebingungan, penulis sertakan gambar pendukung.

Sumber gambar:https:/www.theskeletalsystem.net
Sumber gambar:https:/www.theskeletalsystem.net

Tulang belakang memiliki rangkaian tulang seperti tabung-tabung kecil yang tersusun membentuk kurva spesifik. Tulang tengkorak (kepala) melekat pada ujung atas tulang leher (terdiri dari 7 ruas tulang kecil) yang terhubung dengan tulang bahu. 

Tulang belakang tengah yang dikenal dengan midback dalam bahasa anatominya thoracal terdiri atas 12 buah tulang kecil yang terhubung dengan tulang iga (12 buah) dan pada bagian bahu belakang terdapat tulang seperti sayap yang disebut scapula. Tulang belakang dilewati oleh cabang-cabang saraf yang keluar sepasang pada setiap celah level tulang belakang.

Setiap ruas atau level antara tulang-tulang kecil pada tulang belakang ini dibatasi oleh bantalan sendi (diskus intervertebralis). Bantalan sendi ini berfungsi melicinkan dan meredam pergerakan sendi dari ruas tulang belakang. Selain itu tulang belakang dibungkus oleh otot-otot yang berfungsi menggerakan bagian tubuh dan tulang belakang secara aktif.

 Otot-otot pada tulang belakang sebagian besar berperan sebagai otot postural yang mempertahankan posisi tubuh saat duduk, berdiri, berjalan, atau berlari. Otot postural mampu mempertahankan tubuh pada posisi duduk dan berdiri, namun mudah mengalami ketegangan apabila posisi duduk atau berdiri statis dalam waktu lama.

Hal ini akan dibahas secara mendalam setelah kita mengenal anatomi dasar tulang belakang. Posisi duduk statis merupakan kebiasaan sedentary pada masyarakat teknologi yang menjadi topik inti dari artikel ini. Kita lanjutkan membahas kurva tulang belakang yang dapat memberikan gambaran bagaimana dasar dari penyimpangan postur tubuh. 

Sumber gambar: https/www.orthoinfo.aaos.org
Sumber gambar: https/www.orthoinfo.aaos.org

Bentuk kurva tulang belakang dapat dilihat pada posisi samping tubuh yang dikenal dengan bidang sagital. Pada bidang sagital ini, kurva tulang belakang yaitu leher (cervical) terdiri dari 7 buah tulang kecil memiliki kurva cekung (lordosis), midback atau thoracal terdiri dari 12 tulang kecil memiliki kurva cembung (khyposis), pinggang bawah atau lumbal terdiri dari 5 tulang kecil memiliki kurva cekung (lordosis), dan tulang ekor (sacrum) terdiri dari 5 tulang kecil yang melekat pada gelang panggul memiliki kurva sedikit cembung. 

Sumber gambar: https:/www.spinegroupalabama.com
Sumber gambar: https:/www.spinegroupalabama.com

Derajat kurva leher yaitu 20-40 derajat, kurva midback 20-40 derajat, dan pinggang bawah 40-60 derajat. Penyimpangan sudut kurva tulang belakang pada bidang sagital, dimana sudut kecekungan lebih dari normal disebut hiper dan kecekungannya kurang dari normal disebut hipo. Kurva leher dan pinggang bawah bila kecekungannya kurang dari normal disebut hipolordosis dan kecekungan lebih dari normal disebut hiperlordosis. 

Namun bila kecekungan leher dan pinggang bawah tidak ada atau hilang, dimana tulang leher atau pinggang bawah sangat lurus disebut dengan flat neck (untuk leher) dan flat lumbal (untuk pinggang bawah). Sedangkan kurva midback yang kecembungannya kurang dari normal disebut hipo khyposis dan kecembungan lebih dari normal disebut hiper khyposis. 

Bagaimana dengan kelengkungan tulang ekor? Kelengkungan kurva tulang ekor biasanya bergantung pada kurva dari pinggang bawah. Bila pinggang bawah mengalami hipolordosis, maka tulang ekor akan memengaruhi panggul memutar ke belakang secara berlebihan, sedangkan bila pinggang bawah mengalami hiperlordosis, maka tulang ekor akan memengaruhi panggul memutar ke depan secara berlebihan. 

Perubahan kurva pada panggul juga dapat dipengaruhi oleh perubahan kurva pada midback. Kurva midback juga dapat memengaruhi kurva pinggang bawah. Penyimpangan kurva tulang belakang pada satu segmen dapat memengaruhi segmen di atas atau di bawahnya. Inilah yang kita lihat hasilnya yaitu terjadi penyimpangan postur tubuh.  

Perubahan derajat kelengkungan kurva tulang belakang yang terjadi pada bidang sagital dapat disebabkan oleh faktor genetik atau struktural dan faktor fungsional. Faktor genetik yang menyebabkan kelainan bentuk tulang belakang diwariskan dari sejak lahir. Kelainan dapatan yang disebabkan oleh kebiasaan bersikap sehari-hari membentuk kelainan fungsional. 

Sumber gambar: https:/www.palermophysio.ca
Sumber gambar: https:/www.palermophysio.ca

Adapun bentuk kurva tulang  belakang bila dilihat dari bidang frontal, tulang belakang berbentuk tegak lurus. Apabila rangkaian susunan tulang belakang mengalami pergeseran ke sisi samping atau lateral kanan atau kiri, maka terbentuklah kelainan bentuk skoliosis. Adapun kelainan bentuk tulang belakang seperti skoliosis memiliki 2 bentuk penyimpangan yaitu bentuk C dan S. Untuk menentukan derajat keparahan skoliosis dapat dilakukan pengukuran dengan metode cob angle pada hasil pemindaian X'ray atau ronsen tulang belakang. 

Sumber gambar: https:/www.physioqinesis.com
Sumber gambar: https:/www.physioqinesis.com

Skoliosis terbentuk tidak hanya karena penyimpangan kurva tulang belakang pada bidang frontal, tetapi juga disertai dengan rotasi panggul yang berubah pada posisi memutar ke depan, ke belakang, bergeser ke kanan atau ke kiri, ketinggian panggul yang berbeda antara kiri dan kanan, dan atau panggul berputar berlawanan arah yang dapat dilihat dari posisi transversal (pivot) dari atas kepala. 

Penyimpangan skoliosis ini disebut dengan kelainan kurva tulang belakang pada bidang 3 dimensi. 

Pada hasil x'ray juga dapat melihat gambaran skoliosis yang termasuk skoliosis struktural (bawaan lahir/ genetik) atau skoliosis fungsional (akibat kebiasaan tubuh bersikap). skoliosis struktural dimana tulang belakang secara strukturnya mengalami perubahan bentuk ke arah skoliosis tipe C atau S disertai dengan tulang-tulang yang tampak kaku dan menyempit antar ruasnya dari pemindaian X'ray. 

Skoliosis struktural sulit untuk diperbaiki sedangkan skoliosis fungsional masih dapat dikoreksi dengan bantuan terapi latihan. Selain itu derajat kelengkungan skoliosis lebih dari 30 derajat sulit untuk dikoreksi dengan terapi latihan, bila diberikan terapi latihan akan membutuhkan waktu yang lama untuk dikoreksi. 

Demikian pula pada skoliosis struktural, bila dikoreksi dengan bantuan terapi latihan membutuhkan waktu yang lama, biasanya juga dapat dibantu dengan korset yang dirancang khusus. 

Sumber gambar: https:/ www.scoliosissystems.com
Sumber gambar: https:/ www.scoliosissystems.com

Terapi latihan yang dapat membantu memperbaiki derajat keparahan skoliosis yaitu terapi metode schroth. Terapi ini dirancang khusus dengan pendekatan normal postur tubuh melalui edukasi postural dan dibantu oleh otot pernapasan. Edukasi postural diterapkan dengan mengaktifkan otot-otot inti tubuh (core muscle) yang membantu stabilisasi tulang belakang. Pada sudut skoliosis yang menyempit dilakukan peregangan dan sudut yang mengalami pemanjangan akan dilakukan penguatan otot. 

Posisi panggul dikoreksi ke arah normal dengan memanipulasi bidang 3 dimensi yang dibalik dengan mengaktifkan otot inti (core). Latihan schroth menggunakan alat bantu tongkat, wall bar, swiss ball, dan yoga block. Latihan ini hanya dapat diberikan oleh instruktur schroth seperti fisioterapis yang berlisensi. 

Penyimpangan tulang belakang midback sering terjadi disertai dengan penyimpangan kurva leher dan posisi kepala. Penyimpangan kurva yang paling banyak yaitu hiper khyposis atau bungkuk. Kurva leher ikut menyimpang ke arah penurunan kecekungan kurva ke arah hipolordosis atau flat neck (leher lurus). Penyimpangan ini terbentuk karena faktor kebiasaan duduk membungkuk, kepala menunduk saat mengetik atau memainkan gadget, dan gelang bahu memutar ke depan. Penyimpangan ini dikenal dengan upper crossed syndrome. 

Sindroma ini banyak dialami oleh pekerja kantor dengan jam kerja nine to five  atau delapan/ sembilan jam kerja dengan kebiasaan duduk statis dalam posisi membungkuk dan kepala menunduk ke depan. Sindroma ini akan menyebabkan ketegangan pada otot-otot postural seperti pada otot bahu, upper back, leher, dan penyempitan otot dada depan serta penekanan pada paru-paru. 

Selain itu pada midback pada puncak kurvanya akan mengalami penekanan yang mengunci gerak sendi yang dikenal dengan joint blockade. Joint blockade ini akan menimbulkan rasa nyeri pada sendi thoracal yang mengalami penguncian. Penguncian sendi membuat gerak sendi terbatas disertai nyeri tajam pada sendi tersebut. Sindroma upper crossed mudah menyebabkan kelelahan otot postural, nyeri, dan menurunkan kualitas aktivitas sehari-hari seperti bekerja. 

Sumber gambar: https:/www.danielsdc.com
Sumber gambar: https:/www.danielsdc.com

Memasuki era teknologi, membuat kebiasaan sedentary semakin meningkat. Kebiasaan ini tidak hanya dialami oleh pekerja kantoran, namun seluruh lapisan masyarakat yang berinteraksi lama dengan teknologi seperti gawai dan tablet. Saat menggunakan gawai dan tablet, otomatis kepala kita akan menunduk ke bawah. 

Kebiasaan menundukan kepala ke bawah dan maju ke depan pada posisi statis dalam waktu lama dapat menyebabkan hipolordosis leher atau bahkan flat neck. Kebiasaan ini menyebabkan otot leher bagian depan yaitu deep flexor cervical mengalami kelemahan sedangkan otot leher bagian belakang mengalami ketegangan hingga ke upper back dan midback. 

Sumber gambar: https:/www.colonychiro.com
Sumber gambar: https:/www.colonychiro.com

Ketika kepala kita menunduk saat berinteraksi dengan gawai dan tablet, maka berat kepala dapat membebani struktur leher dan jaringan lunaknya. Jaringan lunak yang dimaksud yaitu bantalan sendi, ligament, pembuluh darah, saraf, lapisan pembungkus otot, otot, dan bursa. Semakin besar sudut kepala menunduk, maka semakin berat beban yang diterima oleh struktur leher.

Pembebanan oleh kebiasaan menundukan kepala dalam waktu lama secara berulang setiap hari dan apalagi sepanjang waktu serta berjam-jam dapat menimbulkan sejumlah masalah pada struktur leher dan jaringan lunak tersebut. 

Permasalahan yang kerap timbul yaitu nyeri dan kesemutan pada area leher menjalar hingga ke pundak atas dan lengan. Selain itu, otot-otot leher dan pundak atas menjadi tegang terus-menerus dikarenakan otot leher bekerja berlebihan menahan posisi menunduk yang terlalu lama. 

Otot leher dan pundak atas menjadi lelah karena penumpukan asam laktat pada otot tersebut. Hal inilah yang sering kita rasakan sebagai rasa pegal. Bila rasa pegal dan kebiasaan menunduk terus diulang dalam waktu lama, maka otot tersebut dapat terluka dan mengalami peradagangan yang disebut spasme yang menimbulkan nyeri akut hingga kronik. 

Sumber gambar:https:/tigertailusa.com
Sumber gambar:https:/tigertailusa.com

Struktur serabut otot pada area pundak atas menjadi lebih tebal dan seperti pita bila diraba. Apabila diraba lebih detail akan terdapat muscle knot seperti benjolan kecil di serabut otot tersebut. Muscle knot ini dapat menimbulkan nyeri dan dapat disertai nyeri menjalar hingga ke lengan bawah. Muscle knot ini dikenal juga dengan istilah trigger point dengan kondisi patologis otot yaitu myofascial syndrome. 

Muscle knot ini bila ditekan dapat menimbulkan nyeri lokal atau nyeri menjalar. Nyeri menjalar yang timbul saat muscle knot ditekan inilah yang tadi dikenal dengan trigger point. 

Sumber gambar:https:/westendwellness.ca
Sumber gambar:https:/westendwellness.ca

Keadaan patologi lain yang populer yaitu iritasi saraf yang disebabkan oleh penekanan bantalan sendi yang menonjol keluar, patologi ini disebut HNP (hernia nucleus pulposus) yang terjadi pada leher. Penonjolan bantalan sendi ini dapat terjadi karena kepala yang sering menunduk statis dan berulang dalam waktu lama, dimana pada posisi menunduk bantalan sendi bergeser ke belakang untuk menahan posisi leher dan mempertahankan distribusi tekanan yang diberikan oleh kepala ke bagian struktur leher. 

Pergeseran bantalan sendi ke belakang dalam waktu lama dapat menimbulkan kelemahan lapisan pelindung bantalan sendi yang akhirnya menonjol keluar dan menekan saraf. Biasanya bantalan sendi pada leher yang paling sering terdampak yaitu pada level cervical 5 dan 6 (C5 dan C6). 

Kondisi inilah yang akan dialami bila seseorang sering menundukan kepala dan membungkukan punggung setiap hari saat beraktivitas. 

Dua kondisi di atas yakni myofascial syndrome dan HNP cervical cukup mewakili dampak dari kebiasaan sedentary pada masyarakat tekonologi. Penggunaan teknologi yang paling popular yaitu gawai, tablet, dan laptop. 

Saat ini segala usia sudah terpapar penggunaan teknologi ini. Anak bayi hingga lanjut usia makin terbiasa memanfaatkan teknologi ini untuk sekedar hiburan atau berinteraksi dengan orang lain dalam jagat maya.

Kebiasaan sedentary yang dimaksudkan disini yaitu kebiasaan sehari-hari dimana seseorang kurang dalam beraktifitas aktif secara fisik. Individu tersebut banyak diam pada satu posisi dalam jangka waktu lama dalam melakukan satu aktivitas. 

Sebagai contoh pekerja kantoran yang bekerja dengan waktu 8 atau 9 jam di depan komputer dimana pekerjaan tersebut menuntutnya untuk duduk statis selama jam kerja tersebut. 

Bahkan, pekerja kantoran yang duduk tersebut biasanya memiliki sikap kerja membungkuk dan kepala menunduk. Kemudian, desain stasiun kerja dan letak peralatan kerja serta furnitur yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja juga terkadang tidak seimbang/ ergonomis. Hal ini juga menambah dampak buruk dari kebiasaan sedentary tersebut. Mereka juga cenderung berangkat dan pulang kerja menggunakan kendaraan. 

Seseorang yang selalu duduk statis dapat mengalami kelelahan otot pada punggung dikarenakan otot-otot postural berkontraksi statis mempertahankan posisi tulang belakang, kepala, dan panggul saat posisi duduk tersebut.

 Posisi duduk diam juga mengakibatkan otot jantung melemah karena seseorang cenderung kurang bergerak dan sirkulasi darah menjadi tidak lancar. Maka dari itu, terjadilah penumpukan zat metabolisme dalam bentuk asam laktat pada otot-otot tubuh, penekanan pada tulang rawan sendi dan persendian yang dalam waktu lama dapat mengakibatkan pengapuran tulang rawan sendi pada lutut dan tulang belakang.

Maka dari itu, seseorang yang banyak beraktivitas sedentary (kurang gerak), dimana mereka terlalu banyak duduk dan rebahan mengalami sejumlah keluhan patologis sejak dini dan usia lanjut. 

Tidak heran bila usia 20- an sudah banyak yang mengalami nyeri leher, pinggang, hingga lutut. Bahkan remaja sudah banyak mengalami skoliosis karena kebiasaan bersikap yang terlalu nyaman saat beraktivitas duduk diam. 

Anak-anak dan remaja biasanya sering duduk dengan posisi membungkuk dan melengkung ketika mereka menggunakan gawai, tablet, atau laptop. Demikian pula saat duduk belajar di kelas, mereka cenderung nyaman untuk melengkungkan tubuh disertai punggung membungkuk, dan leher menunduk. Posisi menulis pada satu sisi misalnya pada sisi kanan dimana buku tulis juga dimiringkan, otomatis tubuh anak akan miring ke posisi tersebut saat menulis. 

Kebiasaan seperti ini bila dilakukan terus hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, maka anak akan mengalami kondisi skoliosis. Terkait ini sudah dibahas bahwa terjadi penyimpangan pada kurva tulang belakang pada bidang frontal. Posisi panggul ikut berputar disertai dengan perubahan bentuk tulang belakang pada posisi C atau S mengikuti kebiasaan sikap sedentary dan penyimpangan posisi duduk saat belajar. 

Jika anak atau remaja sudah mengalami skoliosis, sebaiknya segera dilakukan terapi untuk perbaikan kurva tulang belakang sejak dini untuk menghindari dampak di masa depannya seperti kondisi penekanan saraf dan jaringan lunak pada tulang belakang. Terapi latihan yang cocok yaitu dengan latihan otot inti dan schroth.  Perbaikan postur tidak serta merta terjadi secara instan. 

Diperlukan waktu untuk edukasi otot postural dan mentsimulasi otak untuk membawa posisi tubuh ke arah normal. Biasanya diperlukan waktu minimal 6 bulan untuk merubah posisi tidak normal tersebut. Hal ini juga bisa berlangsung lebih dari 1 atau 2 tahun. Semakin tua usia seseorang, akan semakin lama proses perbaikan postur tersebut.

Generasi yang terlahir pada era teknologi ini akan sulit menghindari sikap sedentary. Maka dari itu, kita perlu memberikan edukasi kesadaran postur dan memperbanyak aktivitas fisik yang dapat dimulai dari anak dan remaja. Pada usia dewasa dan lanjut usia juga yang sudah lama terpapar kebiasaan sedentary tidak terlambat untuk mendapatkan program pelatihan perbaikan postur. 

Berbagai literatur dan penelitian mengemukakan bahwa postur skoliosis dapat menimbulkan sejumlah efek ringan hingga berat yaitu kelelahan otot, nyeri, penekanan saraf, dan penekanan organ internal seperti paru-paru, jantung, dan lambung. Selain itu, otot perut dan perkemihan semakin lemah yang mudah menyebabkan herniasi lapisan organ perkemihan. 

Untuk mengembalikan kekuatan otot postural maka yang utama kita edukasi adalah otot inti (otot perut, perkemihan, dan pinggang bawah). Latihan dasar untuk membangun kekuatan otot inti yaitu latihan mengkontraksikan otot perut bawah dengan menariknya masuk ke dalam dan menahan selama 5 hingga 10 detik, dapat diulang hingga 10 repetisi. 

Latihan lain yaitu plank, bridging, superman position, bird dog, dan sebagainya. Harapan dari latihan otot ini ini untuk mengembalikan alignment kurva tulang belakang dan membangun otot postural serta mengurangi penekanan pada jaringan lunak. 

Selain itu, dengan melatih otot pernapasan juga membantu memperkuat otot inti dan postural. Tidak lupa pula peran panggul yang menjadi pusat stabilisator tubuh. Ketika posisi panggul dikembalikan ke arah normalnya maka tulang belakang, tungkai bawah, dan tungkai atas akan otomatis bergeser ke arah normal.

Sikap sedentary yang mulai meningkat saat ini juga memerlukan perhatian dari berbagai pihak yang menciptakan teknologi tersebut. Bila teknologi gadget sudah semakin berkembang, seharusnya diiringi dengan pengembangan perlengkapan peralatan penunjang untuk menggunakan teknologi tersebut seperti meja ergonomis untuk pengguna laptop, gawai standing seperti tripod yang lebih stabil dan adjustable sehingga dapat disesuaikan dengan ketinggian postur penggguna saat duduk atau berdiri dengan bantuan meja. 

Selain itu, pengguna gawai dan tablet di tempat umum seperti duduk di bus, berdiri, dan sebagainya, dapat menerapkan kebiasaan mengangkat gawai atau tablet setinggi kepala agar untuk menghindari pembebanan pada leher. 

Pada pekerja kantoran yang banyak duduk sebaiknya melakukan peregangan otot leher dan punggung setiap 2 jam duduk bekerja, selain itu mereka juga dapat berdiri atau berjalan untuk mengurangi sikap sedentary tersebut. Perubahan posisi dari duduk ke berdiri atau berjalan mampu memberikan perbaikan sirkulasi pada otot postural dan meningkatkan sirkulasi darah pada tubuh dan meningkatkan pompa jantung. 

Kehidupan sedentary lebih banyak memberikan dampak buruk. Saat ini upaya yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sikap ini yaitu jadwalkan kebiasaan berolahraga ringan seperti berjalan kaki atau jogging. Kita juga dapat melatih kebiasaan berjalan kaki setiap hari. Gerakan berjalan kaki sudah banyak diterapkan di berbagai negara. Negara Jepang dan Cina paling banyak menyita perhatian dunia karena kebiasaan penduduk yang setia dengan berjalan kaki dan naik gunung. 

Pemerintah negara tersebut juga mendukung dengan memberikan sarana pejalan kaki yang luas dan kendaraan umum yang mudah diakses serta memiliki jadwal operasional yang tepat waktu. 

Hal ini membuat para warga Jepang dan Cina merasa nyaman saat berangkat dan pulang kerja dengan menggunakan kendaraan umum. Mereka mengakses kendaraan umum yang dijangkau dengan berjalan kaki. Tidak heran bila warga disana tidak memiliki berat badan berlebih. 

Kehidupan sedentary juga dapat meimbulkan permasalahan overweight pada individu. Minimnya gerak tubuh dan tidak diimbangi dengan pembakaran kalori ekstra dari makanan yang dimakan membuat sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki perut yang membuncit. 

Berat badan berlebih bukan pertanda seseorang semakin sejahtera secara finansial, namun ini pertanda dari keadaan patologis organ internal tubuh. Kehidupan sedentary juga dapat menyebabkan hipertensi, diabetes, kolesterol, dan penyakit jantung. 

Sebagai pengingat, kehidupan sedentary tidak pernah memberikan dampak baik bagi kesehatan dan postur tubuh kita. Teknologi hanya pemicu kebiasaan ini lebih berkembang. Malas bergerak membuat tubuh renta dihinggapi sejumlah penyakit. Maka dari itu, kita harus memulai untuk mengurangi kebiasaan ini.

Generasi sedentary bukanlah generasi yang malas. Namun generasi ini kurang memahami dampak dari kebiasaan sedentary ini. Mereka lahir memegang teknologi dan terbiasa dengan teknologi ini. Dampak lain secara sosial juga dapat meminimkan interaksi seseorang dengan orang di dunia nyata. Maka dari itu, perlu dipupuk kesadaran untuk mengurangi kebiasaan buruk ini. 

Semoga edukasi singkat ini bermanfaat. Harapan penulis, pembaca dapat mempelajari tulisan ini sebagai wawasan yang mudah dipahami dan diterapkan dan dapat merubah pola pikir. 

Referensi yang dapat Anda baca untuk melengkapi pengetahuan anatomi dasar yaitu dengan mengakses buku-buku anatomi seperti neuman, netter, dan sobota. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun