Mohon tunggu...
Yuliana
Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Saya seorang praktisi fisioterapi. Membaca dapat mengantarkan kita pada dunia yang lebih luas dan memacu untuk menggali pengetahuan mendalam pada berbagai hal. Ambilah sebuah buku untuk dibaca. Atau bacalah satu artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Apakah Menikah dan Memiliki Anak di Atas Usia 40 Tahun itu Mungkin?

27 Agustus 2024   11:40 Diperbarui: 27 Agustus 2024   15:03 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena menikah pada usia matang nampaknya menjadi gebrakan pada zaman modern ini. Generasi milenial memilih tidak meneruskan tradisi patriaki yang memaksakan diri untuk menikah pada usia muda. Usia subur pada wanita yaitu 15-49 tahun dan pada pria 15-54 tahun. 

Pada masa silam, orang tua kita dan orang tua terdahulu membentuk keluarga saat muda. Era tersebut sebelum tahun 2000, perempuan dan laki-laki yang telah menyelesaikan pendidikan baik SMA atau kuliah akan segera menikah untuk menghasilkan keturunannya. 

Pada masa itu, banyak orang tua sudah memberikan wanti-wanti agar anaknya disegerakan menikah untuk meneruskan marga keluarga dan membangun masa depan bersama pasangan serta menghasilkan keturunan. 

Sesuai anjuran BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) usia ideal untuk menikah pada wanita yaitu 21 tahun dan pria 25 tahun. Hal ini dipertimbangkan dari faktor kesehatan organ reproduksi, kematangan usia, kemampuan ekonomi, dan mental. 

Pada usia 20-an, setidaknya memberikan kesiapan pada beberapa orang untuk memutuskan menikah dari segi ekonomi. Pernikahan pada usia muda ditengarai dapat memberikan motivasi dalam membangun ekonomi bersama pasangan dari level tangga terbawah menuju puncak kemapanan finansial bersama. Pada titik ini banyak keluarga muda yang berhasil mencapai taraf hidup lebih baik dalam kehidupan berkeluarga. 

Bagi beberapa pasangan muda, berjuang bersama pasangan dan hadirnya anak dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan berjuang sendiri. Tetapi pemikiran seperti ini tidak cocok bagi semua orang. Terdapat berbagai pertimbangan pribadi pada seseorang memutuskan untuk menikah pada usia muda, usia matang, dan usia lebih tua. Masing-masing orang lebih mendahulukan hal utama dari faktor pendidikan, karir, kemapanan ekonomi, dan tentunya kesiapan diri dan mental. 

Alasan Umum Orang Menikah dan Problematiknya

sumber: bible.org
sumber: bible.org

Untuk apa manusia menikah? menikah bukanlah alasan untuk bahagia. Bagi beberapa orang, pernikahan dipilih sebagai jalan membebaskan jeratan finansial dan ada pula yang menganggap pernikahan sebagai bagian dari keharusan dalam hidup. Ada beberapa orang yang mulai mengalami kecemasan ketika orang-orang di sekitarnya baik teman dan keluarga sudah banyak yang menikah, dan dia merupakan orang yang terlambat untuk memutuskan menikah. 

Seseorang yang lahir dan dibesarkan dalam keluarga patriaki, berdasarkan banyak artikel dan penelitian, mengungkapkan bahwa mereka cenderung lebih dituntut dan diwajibkan segera menikah ketika telah mencapai pendidikan atau pekerjaan tertentu. Orang tuanya akan mengatakan bahwa mereka sudah harus memilih seseorang untuk dinikahi karena usia nya akan sangat tua untuk membesarkan anak. Tekanan dari orang terdekat yaitu orang tua sendiri, memicu seseorang mengalami kesehatan mental yang buruk dan penurunan motivasi hidup karena dihantui peringatan untuk segera bekeluarga. 

Problematik banyak orang yang dituntut untuk segera menikah dalam kehidupannya yang sangat sibuk dalam berkarir dan pendidikan, memberikan peluang bagi perusahaan produk digital meluncurkan inovasi aplikasi kencan online dengan solusi mempertemukan orang-orang yang sulit menemukan pasangan di dunia nyata melalui dunia maya. 

Ternyata aplikasi kencan berhasil menikahkan banyak orang dari berbagai belahan dunia. Tentu saja orang yang beruntung mendapatkan pasangan dari aplikasi kencan akan membagikan pengalaman luar biasanya yang menjangkiti orang lain untuk melakukan upaya yang sama. Namun, aplikasi kencan juga bukan merupakan solusi bagi sebagian orang yang kurang mempercayai hubungan berlandaskan pertemuan dunia maya. Bahkan banyak motif terselubung dengan bermunculannya modus penipuan dengan menjalin hubungan asmara yang ternyata, hanyalan fiktif untuk mengeruk harta dari para korbannya. 

Orang yang kurang beruntung dan malah mengalami musibah dari aplikasi kencan yang dikenal dengan love scamming, juga turut membagikan kisahnya yang membuat banyak orang merasa skeptis dengan solusi digital ini. Pada akhirnya, menggunakan aplikasi kencan online sebagai jalan menemukan pasangan hidup bagaikan memakan buah simalakama dan mempertaruhkan hidup di meja kasino. Tentu saja bagi orang yang berpikir realistis dan rasional, ia tidak akan menggunakan aplikasi kencan online. 

Demikian halnya dengan bertemu beberapa kandidat yang dikenalkan dari teman dan keluarga juga banyak yang tidak sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Apalagi bertemu dengan seseorang dari dunia maya. Apakah ini benar-benar menyesaikan masalah hidup atau malah menjadi masalah hidup?

Jeratan Love Scamming 

Sumber: https:/www.unsplash.com/Nik
Sumber: https:/www.unsplash.com/Nik

Fenomena love scamming menjadi issue era digital yang masif pada abad ini. Kebutuhan individu untuk dicintai dijadikan produk kejahatan digital oleh para kriminal teknologi. Berdasarkan investigasi BBC world service, para pelaku kriminal teknologi ini menghimpun organisasi dengan kejahatan terorganisir, yang berlokasi di berbagai negara untuk menambang keuntungan dari orang-orang yang mengharapkan kasih sayang nyata dari pasangan fiktif yang ditemui dari aplikasi kencan dan sosial media.  

Para pelaku yang terhimpun di organisasi love scamming, merupakan korban perdagangan manusia yang dipaksa untuk bekerja keras menipu banyak orang dengan media aplikasi kencan online dan sosial media untuk membuat hubungan percintaan palsu yang tampak nyata. 

Tentu saja, para korban yang terbuai dan mabuk akan cinta seolah tidak sadar bahwa mereka telah menjadi korban penipuan. Bahkan, inovasi teknologi AI (artificial intelligent) sangat membantu organisasi love scamming melancarkan aksinya dengan mulus. Kronologinya sangat terstruktur dan seolah sangat nyata, dimana para pelaku menggunakan filter AI saat video call dengan korban, seolah orang tersebut memang nyata sesuai dengan profil asli dari data orang lain yang dicuri untuk pembuktian keaslian yang tampak  konkrit. 

Sebagai masyarakat yang hidup dalam perkembangan teknologi, kita harus waspada terhadap segala faktor risiko buruk terkait efek samping penggunaan produk teknologi. Kita dapat memanfaatkan sisi positif dari bantuan produk teknologi sebagai penunjang keseharian baik dalam bekerja, belajar, dan menghasilkan produk kreatif. 

Namun, untuk urusan asmara dalam pencarian jodoh, sebaiknya memperluas hubungan pertemanan dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Hal ini dapat dimulai dengan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan bertemu orang-orang baru di universitas, mengikuti kegiatan/forum sosial, klub olahraga, dan sebagainya. Pertemuan dengan orang baru dapat menghadirkan jalinan pertemanan yang baru dan kemungkinan berhasil dalam mendapatkan pasangan hidup. 

Pilihan Hidup tidak Menikah

sumber: rri.co.id
sumber: rri.co.id

Bagaimana dengan pandangan orang yang memilih untuk tidak menikah seumur hidup? hal ini kembali lagi pada keputusan atau pilihan hidup masing-masing orang itu sendiri. Menikah atau tidak, bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Membangun keluarga dengan menikah tidak mudah, dimana kita harus mampu mempersiapkan kebutuhan yang jauh lebih besar untuk keluarga baik urusan kebutuhan hidup dan membesarkan anak. 

Demikian pula dengan tidak menikah juga memiliki struggle nya sendiri, dimana kemungkinan individu tersebut merupakan sandwich generation atau pula memang tidak ingin hidup terikat dengan orang lain. Individu yang terlalu nyaman dengan kesendiriannya banyak memilih menghabiskan hidup untuk sibuk dalam karir, usaha, memperluas pertemanan/ hubungan sosial, dan fokus dengan keluarga inti yaitu membahagiakan orang tua dan keluarga kandungnya. 

Kehidupan terus berjalan baik menikah atau tidak menikah hingga seseorang tutup usia. Maka dari itu, hal ini menjadi pilihan yang beragam sejak masa dahulu hingga jaman modern ini. Kehadiran media digital dan sosial media banyak mengangkat issue ini sebagai informasi yang menjadikannya terangkat di permukaan, dibahas dimana-mana, dan muncul sebagai headline di berbagai artikel media massa. 

Topik orang tidak menikah pada zaman modern menarik perhatian dibandingkan orang yang menikah muda. Bahkan topik orang yang menikah dengan jarak usia antar pasangan yang begitu jauh juga menarik perhatian. Bagaimana dengan topik orang menikah dan memiliki anak pada usia yang lebih tua? Tentu saja topik ini akan lebih dibahas secara mendalam pada tulisan ini. 

Pada masa sekarang dimana keadaan dunia yang jauh lebih maju dari masa silam. Dunia teknologi mempermudah segala lini kehidupan. Teknologi menjawab solusi aktivitas dan kebutuhan hidup manusia. Manusia pada zaman modern berevolusi menjadi manusia yang berdaya pikir lebih kritis dan mandiri. 

Bantuan teknologi mempermudah kegiatan bekerja dan belajar. Hal positif teknologi lebih banyak mempengaruhi masyarakat perkotaan yang sangat sibuk. Haus akan perkembangan karir, pendidikan yang lebih tinggi, pencapaian usaha yang lebih maju, dan kestabilan ekonomi yang lebih baik, merupakan hal yang lebih diutamakan oleh individu modern terutama di perkotaan besar. 

Maka dari itu, tidak mengherankan baik pria maupun wanita dengan usia yang lebih matang, finansial yang lebih siap, dan kondisi mental yang lebih baik memilih menikah pada usia di atas 40 tahun. Tentu saja menikah pada usia yang lebih tua memiliki dampak positif dan negatif. 

Hal ini tergantung pada persepsi penilaian individu masing-masing. Apakah ia merasa jauh lebih baik dan siap memutuskan menikah pada usia di atas 40 tahun ataukah ia merasa memerlukan pasangan hidup untuk menemani kesehariannya hingga akhir hayat. Setiap orang bebas untuk melakukan pilihan. 

Kekerasan dalam Rumah Tangga

sumber: hcaage.org
sumber: hcaage.org

Namun, baik menikah pada usia muda dan lebih tua tidak menjamin bahwa rumah tangga selalu rukun dan bahagia. Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi dalam kehidupan pernikahan muda dan lebih tua. Tindak kekerasan rumah tangga yang dilakukan oleh salah satu pasangan dapat terjadi karena faktor karakter individu itu sendiri dalam kegagalan mengelola emosi. Individu yang temperamental memiliki kecenderungan melukai pasangannya dikarenakan amarah yang memuncak dan sulit diredam. 

Biasanya, tipikal orang yang emosional mengalami gangguan kepribadian tertentu, banyak hal yang memicu, baik dari luka masa kecil, trauma masa lalu, hubungan dalam keluarga, atau warisan genetik. Individu yang mengalami masalah emosi, ketidakmampuan mengelola emosi, sulit mengendalikan diri, dan tidak mampu menghadapi konflik perlu mendapatkan bantuan psikolog atau psikiatrist. 

Membuka diri terhadap pasangan sejak awal membangun hubungan dan mendapatkan penanganan sejak dini dapat membentuk kerja sama dan dukungan yang baik dari pasangan. Hal ini dapat membantu menghindari tindak kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu, jika pasangan sudah memiliki anak, anak dapat dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan membentuk mental dan kepribadian anak yang penuh kasih sayang dan membentuk lingkungan yang positif.  

Menikah pada usia yang lebih tua yaitu di atas 40 tahun tentu saja memiliki dampak positif dari segi kesehatan finansial dan mental. Pasangan yang sudah matang dalam ekonomi dan mental lebih mampu menjalankan kehidupan rumah tangga dengan minim konflik dan perselingkuhan dikarenakan mereka memiliki kemampuan manajemen konflik yang lebih baik, dibandingan pasangan yang lebih muda. 

Hal ini sejalan dengan banyaknya penelitian yang mengungkapkan bahwa, perselingkuhan dan konflik rumah tangga yang terjadi pada pasangan yang menikah muda dipicu oleh kurangnya kemampuan untuk mengendalikan dan menempatkan diri sebagai individu yang telah berumah tangga. 

Pasangan muda banyak yang terjerat hubungan sosial dengan rekan kerja yang mendalam sehingga timbul perselingkuhan. Sebetulnya, hal ini kembali lagi pada kematangan mental dari individu itu sendiri, bila ia mampu menempatkan diri dan berpikiran dewasa tentu saja jauh dari perselingkuhan dan konflik rumah tangga. Pasangan dengan usia yang lebih matang berpikir jauh lebih dewasa dan mampu bekerja sama dengan baik dalam kehidupan rumah tangga. 

Mereka merupakan pasangan dewasa yang dapat berdiskusi, memahami satu sama lain, dan dapat menerima karakter pasangannya dengan baik. Dimana untuk bersatu dengan seseorang dalam kehidupan pernikahan, tentunya harus menyatukan perbedaan kepribadian dan gaya hidup antar dua orang yang berbeda. Bagaimanapun, sesuatu yang berbeda akan menghadirkan banyak konflik dan rasa tidak nyaman, hal ini kembali pada kemampuan antar pasangan untuk manajemen konflik dengan baik.  

Pernikahan Usia di Atas 40 Tahun

sumber: croakey.org
sumber: croakey.org

Pernikahan pada dua individu di atas 40 tahun pada zaman modern ini menjadi hal yang menarik. Dimana, sebagai dua orang dewasa dengan kematangan finansial dan mental yang lebih baik akan jauh lebih memahami komitmen dalam berumah tangga. Mereka merasa penuh dan jauh lebih stabil menghadapi kehidupan dalam berumah tangga. 

Bahkan membesarkan anak pada pernikahan yang matang jauh lebih baik. Seperti yang telah kita ketahui bahwa biaya membesarkan anak tidaklah sedikit. Apalagi anak yang dibesarkan di perkotaan besar, tentu saja sebagai orang tua sudah harus mampu menyiapkan dana kelahiran hingga biaya pendidikannya. Namun, seperti yang telah dibahas di awal, menikah pada usia tua selain memberikan berbagai dampak positif yang telah disebutkan, pria dan wanita yang menikah di atas 40 tahun secara biologis memiliki faktor risiko buruk.  

Tidak ada usia yang pasti untuk kapan usia yang ideal seorang wanita memiliki anak, selama organ reproduksi seseorang masih sehat, usia kapan pun dapat memiliki anak. Selain itu seorang wanita yang mempertimbangkan untuk menikah dan memiliki anak pada usia sangat muda tentu terabaikan dari sisi pendidikan dan karir. Terutama mereka yang menikah pada usia remaja dan sangat muda antara 15 tahun hingga 20 tahun. Memiliki anak pada usia muda memberikan keuntungan dimana orang tua yang membesarkan anak tersebut memiliki waktu dan tumbuh bersama anak dengan jarak usia yang terpaut tidak begitu jauh. 

Kesehatan Reproduksi Pria dan Wanita

sumber: suratdokter.com
sumber: suratdokter.com

Wanita yang mengandung pada usia di atas 35 tahun memiliki risiko melahirkan anak dengan kelainan down syndrome. Namun tidak berarti semua ibu yang mengandung anak di atas usia 35 tahun akan melahirkan anak down syndrome. Down syndrome merupakan kondisi anak yang lahir dengan kondisi spesial dimana secara genetik memiliki kelebihan kromosom yang berjumlah 47. Normalnya manusia memiliki 46 kromosom pada setiap sel yang diwarisi dari 23 kromosom ibu dan 23 kromosom ayah. 

Kelebihan kromosom dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, kurangnya gizi pada ibu saat mengandung, pola hidup ibu yang tidak sehat saat mengandung misalnya mengkonsumsi alkohol dan merokok, kekurangan asam folat, dan usia ibu saat mengandung di atas 35 tahun. Anak dengan down syndrome memiliki ciri fisik spesial dan perkembangan motorik tumbuh kembang yang lambat. Faktor genetik sulit dihindari, namun untuk menjaga gizi dan nutrisi dan menjauhkan diri dari pola hidup buruk seperti alkohol dan merokok dapat dilakukan ibu saat mengandung. 

Terlepas dari salah satu faktor risiko melahirkan anak di atas 35 tahun, ternyata banyak wanita dapat melahirkan anak yang sehat di atas usia 35 tahun dan bahkan di atas usia 40 tahun. Selama seorang pria dan wanita masih sehat  secara produktif, maka kemungkinan memiliki anak yang lahir sehat sangat dapat terjadi. 

Pasangan yang menikah di atas usia 40 tahun ternyata banyak menghasilkan keturunan yang sehat. Maka saat ini tidak mustahil lagi untuk menikah pada usia yang sangat matang yaitu di atas 40 tahun. Dimana Anda sudah memiliki kehidupan finansial dan kesiapan mental yang stabil. Bahkan mungkin saja Anda baru menemukan tambatan hati yang cocok dengan Anda pada usia 40 tahun. 

Maka dari itu, segala kemungkinan hidup dapat terjadi. Bila hari ini Anda masih sendiri, tetapi masih berharap untuk menemukan pasangan hidup, di suatu hari mendatang, bisa saja kemungkinan itu datang, dan walau Anda mengalaminya di usia yang sudah sangat matang untuk membangun keluarga yaitu di atas usia 40 tahun.

Risiko Memiliki Anak pada Usia Tua

sumber: Halo ID
sumber: Halo ID

Fenomena wanita yang melahirkan anak pada usia setengah baya atau usia lanjut yaitu di atas 40 tahun, 50 tahun, 60 tahun, bahkan 70 tahun telah dibahas pada media BBC World Service. Tentu saja hal ini sangat menakjubkan, dimana seharusnya wanita mengalami menopause antara usia 45 hingga 55 tahun dimana seorang wanita berhenti mengalami mensturasi dan tidak dapat hamil. Bagaimana bisa seorang wanita dengan usia lanjut dapat mengandung dan melahirkan bayi yang sehat? Kembali lagi hal ini merupakan kuasa Tuhan dan mukjizat yang terjadi. 

Namun, membesarkan anak pada usia lanjut tidaklah mudah, seorang ibu lansia memerlukan bantuan pengasuh untuk memandikan dan memberi makan bayi. Pasangan lanjut usia memiliki bayi di usia senjanya memerlukan dukungan keluarga dan orang lain untuk membesarkan anak mereka. Terlepas dari itu, hal ini sangat luar biasa. 

Menurut jurnal penelitian Kaltas, dkk (2023) bahwa wanita di atas 35 tahun memiliki risiko infertiliti, masalah kehamilan, aborsi spontan, kelainan kandungan, dan masalah setelah melahirkan. Pada pria yang lebih tua memiliki masalah terhadap kualitas sperma dan kemampuan untuk menjadi ayah. Angka harapan hidup yang lebih tinggi, rata-rata upah yang lebih tinggi, usia pernikahan yang lebih tua, dan perubahan status sosial perempuan merupakan faktor penyebab pasangan menunda memiliki anak. 

Pasangan yang menikah pada usia tua memiliki kemungkinan risiko terhadap anomali kandungan dan kematian janin dalam kandungan. Selain itu, pria yang lebih tua berisiko memiliki keturunan dengan morbiditas psikatrik dimana anak kemungkinan lahir dengan autisme, hiperaktif, psychosis, bipolar disorder, penggunaan obat terlarang, dan bunuh diri. 

Selain itu, keturunannya dapat mengalami morbiditas akademik dimana sulit mencapai pendidikan tinggi dan nilai akademis yang buruk. Kemudian keturunannya dapat mengalami kelainan achondroplasia, klinefelter's syndrome, apert syndrome, dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh pria pada usia lebih tua mengalami penurunan kualitas sperma, yang mempengaruhi kualitas kandungan pada ibu dimana dapat memberikan risiko bayi lahir prematur, berat badan bayi yang rendah, kematian janin dalam kandungan, dan kematian bayi saat melahirkan.  

Risiko memiliki anak pada usia paruh baya atau lanjut memang tidak dapat dipungkiri. Anak yang lahir dengan kondisi fisik dan mental yang sehat merupakan keinginan seluruh orang tua di dunia ini. Namun, anak yang lahir spesial dapat terjadi pada usia berapa pun pada seorang ibu. 

Faktor genetik/ bawaan dari DNA ibu dapat mempengaruhi anak yang akan dilahirkanya. Selain itu, pola makan, stress, kurang olahraga, penggunaan obat terlarang, minum alkohol, dan merokok selama hidup juga dapat mempengaruhi kualitas sel telur pada wanita. Begitu pula pada pria. Bahkan, kondisi pria dan wanita yang sehat juga dapat menghasilkan keturunan yang spesial bila RNA dan DNA mereka tidak sesuai. 

Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk menikah dan terutama ingin memiliki anak, baik pasangan muda dan paruh  baya perlu melakukan pemeriksaan reproduksi. Dalam hal ini dapat diperiksa tingkat kesuburan sel telur dan sperma serta RNA dan DNA, kemudian dapat melihat silsilah keluarga apakah memiliki kecenderungan terhadap kelainan bawaan genetik. Biasanya, wanita cenderung memiliki kromosom kelainan bawaan yang diwariskan dari generasi keluarganya. Hal ini dapat menjadi kemungkinan anak yang dilahirkan memiliki keadaan spesial tertentu. 

Penutup

Baik. Begitu banyak yang sudah kita bahas pada artikel ini. Bagaimana berbagai kemungkinan risiko pada pernikahan muda, pernikahan paruh baya, dan bahkan usia lanjut. Menghasilkan keturunan yang sehat adalah idaman semua keluarga. Membangun pernikahan dengan gerakan child free juga banyak diterapkan di berbagai belahan dunia dikarenakan berbagai hal yang menjadi alasan.  

Keinginan untuk memiliki anak atau tidak ingin memiliki anak dalam sebuah pernikahan merupakan hak pilih bagi setiap pasangan yang menjalaninya. Semua orang bebas untuk menentukannya. Hal ini kembali lagi kepada diri sendiri. Apakah sudah siap menghadapi segala persoalan kehidupan dan menjalankannya bersama pasangan serta ditambah kehadiran anak. 

Apapun pilihan hidup yang diambil memiliki segala kosekuensi. Sebagai manusia dewasa segalanya harus mampu dipertanggungjawabkan. Anak yang dititipkan Tuhan harus dibesarkan dengan baik, gizi terpenuhi, dan mendapat pendidikan yang layak. Kematangan individu dalam segala lini kehidupan baik ekonomi, mental, dan keadaan keluarga harus dapat menjadi tonggak yang mampu menguatkan antar pasangan satu sama lain. 

Menyatukan dua individu yang berbeda tentu sulit. Namun, mampu bersama menghadapi segala persoalan hidup harus dapat menyatukan segala ego, kehendak, dan emosi yang baik dalam komitmen membangun rumah tangga yang sejahtera. 

Kemudian, anak yang lahir dan dibesarkan oleh orang tua paruh baya akan menghadapi anak yang memasuki usia universitas. Saat itu, orang tua anak sudah berusia lanjut dan anak baru memulai kehidupan perkuliahan. 

Maka dari itu, tentu saja pasangan sudah harus mempersiapkan biaya pendidikan anak sejak dini. Selain itu, banyak anak yang lahir dari orang tua muda yang sibuk, dimana sang anak dibesarkan oleh kakek dan neneknya. Hal ini sudah berlangsung lama, maka dari itu saat ini pasangan menikah pada usia lanjut dapat membesarkan seorang bayi. 

Kita kembali pada pertanyaan menikah dan memiliki anak di atas usia 40 tahun apakah mungkin? tentu ini mungkin saja, berlandaskan berbagai pembahasan di atas, baik dari sisi risiko dan kuasa Tuhan. Segala hal dapat terjadi. 

Sudahkah Anda memutuskan bagaiman langkah Anda selanjutnya? Apakah Anda memilih untuk menikah pada usia lebih tua? Apakah Anda mungkin juga saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menikah? Apapun pilihan Anda, tetap perkuat spiritual Anda bersama pasangan untuk mampu menjalani bahtera rumah tangga dengan baik. 

Referensi :

Are you ever too old to have a baby? - The Global Story podcast, BBC World Service (youtube.com)

Down Syndrome: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll. (hellosehat.com)

Kaltas, dkk. (2023). Impact of Advamced Paternal Age on Fertility and Risks of Genetic Disorders in Offspring. Genes, 14(428): 1-23. 

Menopause. (2022). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (kemkes.go.id) 

Purbowati, Ari. (2019). Fertilitas Remaja di Indonesia: Hubungan antara Melahirkan pada Usia Remaja dan Capaian Pendidikan Wanita. Junal Kependudukan Indonesia, 14(2):153-164. 

Simak Usia Ideal Menikah Menurut BKKBN, Kesehatan, hingga Undang-undang (detik.com)

The pig butchering romance scam - BBC World Service Documentaries (youtube.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun