Mohon tunggu...
Firyal Nur Afnania
Firyal Nur Afnania Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi UIN

Semangat!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sebagian Besar Regulasi Emosi disebabkan oleh?

21 November 2022   22:24 Diperbarui: 21 November 2022   22:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Emosi berkembang dari waktu ke waktu untuk membantu orang memecahkan masalahnya. Emosi sangat berguna untuk memotivasi seseorang untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk bertahan hidup seperti memilih pasangan, bertahan melawan pemangsa dan memprediksi prilaku. Emosi memiliki dampak besar bagi perilaku manusia yaitu bagi sesama manusia. 

Kita terbiasa  melihat emosi seperti kemarahan, kesedihan, kekecewaan, dll. Dalam psikologi, emosi didefinisikan sebagai respons yang kompleks, meliputi pengalaman, perilaku, dan fisiologis, yang digunakan untuk memproses masalah atau peristiwa penting yang dialami individu. Kemudian apa itu regulasi emosi? Mari mempelajarinya bersama

Menurut pandangan evolusioner, regulasi emosi sangat diperlukan karena beberapa bagian otak manusia menginginkan individu untuk melakukan sesuatu dalam situasi tertentu, sementara bagian lainnya menilai bahwa rangsangan emosional ini tidak sesuai dengan situasi saat itu, sehingga membuat individu tersebut melakukan sesuatu yang lain atau tidak melakukan sesuatu pun. Regulasi emosi juga didefinisikan sebagai semua proses ekstrinsik dan intrinsik yang bertanggung jawab untuk memantau, mengevaluasi, dan memodifikasi respon emosional untuk mencapai tujuan tertentu.

Regulasi emosi memiliki cakupan yang luas dari berbagai aspek biologi, perilaku sosial sebagai proses pengetahuan sadar dan tidak sadar. Secara fisiologis, emosi itu sendiri diatur oleh pembuluh darah, oleh karena itu dapat mempercepat pernapasan, keringat berlebih, atau hal lainnya yang berhubungan dengan rangsangan emosi tersebut. 

Secara sosial, emosi diatur oleh hubungan interpersonal dan kesempatan untuk mencari akses ke sumber dukungan konkret, di sisi lain, emosi terkait perilaku diatur oleh berbagai jenis respons perilaku. Perilaku seperti membentak, menangis, dan menarik diri adalah contoh perilaku yang tampaknya memodulasi emosi yang muncul sebagai respons terhadap rangsangan tertentu. Akhirnya emosi juga membantu mengatur proses kognitif sadar seperti perhatian selektif, memory distortion, penolakan, dan proyeksi.

Sebagian besar regulasi tersebut disebabkan oleh reaksi sosial atau perilaku norma sosial yang dirasakan atau tidak dikenali karena kesopanan dan rasa malu dan bersalah yang ada dalam kelompok sosial (Fjirda, 1986). Menurut Garnefski (2001), regulasi emosi secara kognitif terkait dengan kehidupan manusia dan membantu indidvidu mengelola, dan mengatur emosinya, serta mencegahnya menjadi berlebihan. 

Menurut Gross (1999 bahwa pengaturan emosi mempengaruhi proses mental seperti ingatan dalam pengambilan keputusan dan perilaku nyata yaitu menolong, dan regulasi emosi juga merupakan dasar pembentukan kepribadian. Gross juga menyatakan bahwa regulasi emosi sangat penting untuk kesehatan fisik dan fisiologis.

Hubungan antara anak dan orang tua sangat penting bagi pengembangan emosinya. Anak menginginkan arti simpatik dari orang tua, tentunya orang tua mengenal anak-anak mereka sebagai sesuatu yang berharga dalam hidup mereka. Menurut Rice (1999) kasih sayang yang berhubungan dengan emosi atau perasaan antar anggota keluarga bisa positif atau negatif. 

Pengaruh positif di antara anggota keluarga mengacu pada hubungan disklasifikasikan berdasarkan emosi seperti kehangatan, kelembutan, cinta, dan juga sensitivitas. 

Dalam hal ini, poin anggota apa yang mereka inginkan masing-masing mendengarkan dan memahami perasaan terhadap kebutuhan orang lain. Sementara itu emosi negatif diklasifikasikan sebagai emosi dingin, penolakan, dan permusuhan. Sikap di antara anggota keluarga yang terjadi bisa saja adalah sikap tidak mencinta dan tidak menyayangi.

Regulasi emosi adalah sebuah fungsi sangat penting dalam kehidupan manusia secara individu. Regulasi emosi ini merupakan bentuk kontrol yang dilakukan oleh orang tersebut terhadap perasaannya. dalam kehidupan seorang anak dalam proses pendidikannya setiap hari dan terus menerus terpapar ragam stimuli yang berpotensi juga untuk membangkitkan emosi. 

Oleh sebab itu, reaksi emosional yang tidak sesuai, atau tidak terkontrol akan mengganggu fungsi individu dalam belajar bahkan masyarakat, sehingga diperlukan adanya regulasi emosi setiap waktu. 

Individu biasanya akan menunjukkan fleksibilitas dalam mengelola keadaan emosional yang ekstrim, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya beberapa orang yang belum memiliki keterampilan dasar atau kesadaran akan adanya regulasi emosi, atau terganggu disebabkan banyaknya tekanan yang ada di sekolah, di rumah atau pun fungsi perkembangan yang tidak terfasilitasi dengan baik

Pada kehidupan anak terutama dalam tahap perkembangannya, sumber dukungan yang paling utama diibutuhkan adalah dukungan dari lingkungan keluarganya, terutama orangtua. 

Orangtua merupakan lingkungan sosial terdekat dan pertama bagi anak. Anak yang mendapatkan dukungan sosial dari orangtua, akan membantu anak dalam membantu anak dalam melewati tantangan-tantangan tugas perkembangannya, selain itu dukungan yang diberikan orang tua dapat menjadi pembelajaran anak dalam berhubungan dengan lingkungan pendidikan dalam akademik dan masyarakat. 

Peranan aspek psikologis khususnya dalam memberikan dukungan sosial kepada anak merupakan faktor yang cukup penting yang mempengaruhi suatu proses pembelajaran, hal tersebut terkadang bisa menentukan dalam usaha anak untuk mencapai prestasi yang maksimal

Dinamika antara dukungan sosial, regulasi emosi ini terbukti mampu membawa keberhasilan belajar yang baik pada anak-anak. Hal ini terlihat ketika dukungan sosial yang diberikan memunculkan regulasi emosi yang baik sehingga pengelolaan belajar anak dimana didalamnya ada motivasi belajar, minat belajar juga semakin meningkat. Hal ini membuat anak menghasilkan prestasi dan hasil belajar yang juga sesuai dengan harapan bagi anak dan orang tua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun