*
Malam yang indah bersama Robby harus segera berakhir. Mobil Robby sudah berhenti di depan gerbang rumah Rinjani. Sejenak kedua anak manusia yang harus menjalani 'cinta terlarang' itu duduk mematung, tanpa bicara. Di benak mereka masing-masing terbit sebuah rasa tak rela untuk berpisah. Karena mereka sendiri tak tahu kapan lagi akan dapat bersua.
Robby mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. Jelas sekali kegundahan sedang meraja di hatinya. "Rin, kita... harus berpisah di sini.....," katanya pelan.
Rinjani menelan ludah. Kerongkongannya terasa kering untuk sekedar mengeluarkan sebuah kata. Semua karena gejolak hatinya yang menangis karena membayangkan hari-hari suramnya lagi tanpa kehadiran Robby.
"Rob... rasanya aku ingin mati saja....," ungkap Rinjani dengan suara parau. Gadis itu menunduk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.
"Riiin...." Sedetik kemudian Robby menarik tubuh Rinjani masuk ke dalam pelukannya. "Plizz... Jangan ngomong gitu, Princess... Ini memang sulit untuk kita, tapi kamu harus tetap tegar..."
Tangis Rinjani langsung membuncah di dada Robby. Ia merasa tak sanggup lagi memendam rasa kehilangan yang dalam selama berbulan-bulan. Terpisahkan oleh sebuah ikatan pernikahan yang tak dikehendakinya. Kehangatan Robby akhirnya mampu meredakan kepedihan hati gadis itu untuk sesaat.
Dengan lembut Robby mengusap air mata Rinjani dan menuntunnya menuju ke depan pintu rumah. Setelah memencet bel beberapa kali, pintu rumah pun terbuka. Sesosok jangkung muncul di hadapan mereka berdua dengan wajah datar. DAFFA... Rinjani meringis dalam hati. Ia siap dengan segala konsekuensi yang akan terjadi. Tapi anehnya Daffa tak menunjukkan reaksi 'sangar dan akan menyerang' sama sekali. Ia menjabat tangan Robby, ketika laki-laki itu memperkenalkan diri. Dan justru berterimakasih karena telah mengantarkan istrinya dengan selamat sampai di rumah. Rinjani sampai melongo dibuatnya.
Setelah Robby mengundurkan diri, Rinjani masih saja membisu. Ia merasa kembali memasuki sebuah neraka. Sambil melangkah gontai ia tak mempedulikan sang suami yang sedang memperhatikannya. Ia sudah lelah... lelah hati dan lelah pikiran. Ingin segera menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Apa yang terjadi... terjadilah.... desis Rinjani dalam hati.
"Rin..." sapaan lembut Daffa membuat Rinjani menghentikan langkah. Terdengar sayup langkah Daffa mendekatinya dari belakang.
"Ada apa?" ucap Rinjani ketus. Ia masih saja memunggungi suaminya.