Mohon tunggu...
Lia Agustina
Lia Agustina Mohon Tunggu... pegawai negeri -

bukan manusia sempurna....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ada Cinta di Hati Rinjani... (Bagian 1)

15 Juni 2010   13:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:31 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

*

Sinar mentari menembus kisi-kisi jendela kamar. Rinjani merasakan tubuhnya masih lemas dan kepala berat seperti habis dipukul godam. Sepertinya sisa-sisa mabuk semalam masih membuat kesadarannya belum pulih benar pagi itu.

Setelah beberapa menit kemudian, baru ia tersadar kalau tubuhnya sudah berada di atas tempat tidur empuk di dalam kamarnya. Aaaah, apa yang terjadi semalam? Rinjani memutar otak, berusaha mengingat-ingat semua kejadian semalam. Namun tampaknya sia-sia. Yang ia ingat hanya ia dijemput Diza untuk datang ke pesta ulang tahun Vita, teman kuliah mereka, di sebuah tempat clubbing terkenal. Meski tampak keberatan, Daffa, suaminya tetap mengizinkan.

Huuuu, salah sendiri gak gaul...!! Rinjani melengos saat terlintas wajah suaminya dipikirannya. Hanya buku-buku tebal, laptop, dan catur-lah yang mungkin menjadi minat Daffa. Huuftt... benar-benar membosankan orang itu! rutuk Rinjani. Ia sendiri bingung mengapa kedua orangtuanya rela menjodohkan dan menikahkannya dua bulan yang lalu, dengan pria yang lebih tua 8 tahun darinya itu. Ia masih sangat muda, masih 20 tahun dan tentu saja masih kuliah. Ia masih ingin hepi-hepi, foya-foya sesukanya.

"Papi dan mami udah lelah rasanya melihat tingkah manja dan keras kepalamu itu, Rin! Papi gak setuju kalau kamu masih juga berhubungan dengan Robby. Dia bukan laki-laki yang baik untukmu!!! Kalau kamu masih tetap gak mau ikut ke Canada, kamu harus menikah dengan seseorang yang telah papi pilihkan. Namanya Daffa!!!" Doktrin papi saat itu masih terngiang-ngiang di kupingnya. Sesak darahnya sudah hampir mencapai ubun-ubun! Ia merasa tak terima dengan keotoriteran papi. Ingin sekali ia segera melesat jauh entah kemana meninggalkan kedua orangtuanya detik itu juga. Namun tangis mami memasung langkahnya.

Mami jatuh sakit melihat perseteruan ayah dan anak semata wayangnya. Rinjani begitu menyesal. Demi memenuhi permintaan mami, terpaksa ia berusaha melumpuhkan egonya dan akhirnya bersedia menikah dengan Daffa. "Daffa itu anak asuh mami dan papi, Sayang. Kami sudah mengenalnya sejak dulu. Ia anak yang baik dan bertanggungjawab. Kami akan merasa tenang bila menyerahkanmu padanya." Itulah sebaris kalimat ampuh mami yang mampu melunakkan karang di hati Rinjani.

So what??? Apa lantas sekarang laki-laki membosankan itu yang berhak mengatur hidupku? NO....!!! Rinjani menggeleng-geleng kepalanya berusaha menepis bayangan laki-laki itu. Tapiii... hei... siapa yang mengganti pakaianku? Jelas-jelas ia sudah berbalut piyama, pasti ada seseorang yang menggantikan pakaiannya semalam! Rinjani langsung meraba tubuhnya dengan panik. Cepat-cepat diangkatnya selimut dengan wajah cemas. Baru sejenak kemudian Rinjani mampu bernapas lega. Tak ada noda darah tercecer di pakaian dan di seprai. Sontak semburat merah meronai pipinya. Ia malu hati karena telah berprasangka. Ternyata laki-laki itu masih memegang janji untuk tidak 'menyentuhnya'....

**

Rinjani tahu Diza sedang berjuang menahan tawa. Memang ada hal tak biasa yang terjadi pada diri Rinjani siang itu. Kotak bekal. Ya, Rinjani mengeluarkan sebuah kotak bekal dari dalam tasnya. Sekotak nasi goreng sosis dengan telur dadar berhias 'Love' dari saus sambel tersaji di atas meja kantin kampus.

"Pasti bukan loe yang masak!" tuduh Diza kejam. Senyum geli masih tergambar di wajahnya.

"Memang bukan... Seperti hari-hari kemarin... laki-laki itu yang memasakkan..." jawab Rinjani seenak udelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun