Kutarik Ikhsan masuk ke pelukanku. Sambil kukecup keningnya, kubisikkan sesuatu padanya, "Sudaaah, jangan nangis lagi. Masa jagoan cengeng siiih? Udah gak pa-pa... Mo jadi badut sulap kek, mau jadi tukang becak kek, mau jadi tukang sapu kek... mau jadi apa aja.... ayah tetap orangtua kita kan? Ikhsan sayang gak ama ayah?"
Ikhsan mengangguk. Sambil menyeka ingusnya dengan tisu, kutegakkan tubuh Ikhsan supaya berdiri di hadapanku. "Ikhsan.... harusnya Ikhsan bangga sama ayah. Ayah adalah ayah yang terhebat di dunia. Ayah mencari nafkah dengan halal, ayah tak mau korupsi. Walaupun sekarang hanya jadi badut sulap, tapi ayah tetap sayang sama kita. Ayah kasih makan anak-anaknya dengan uang halal, supaya mudah-mudahan kita semua nantinya bisa masuk surga. Jadi... Insya Allah, bisa berkumpul lagi dengan ibu. Lagian apa salahnya jadi badut? Ikhsan suka kan nonton badut? Semua juga suka badut. Karena badut itu kocak dan pinter bikin orang ketawa. Liat deh temen kamu yang sedih, kalo ngeliat badut pasti ketawa...."
Ikhsan mulai tersenyum.
"Oh ya, kamu mau gak temenin kakak jalan-jalan?"
"Emang mo kemana, Kak?"
"Mau liat atraksi badut ayah. Mau gak?"
"Mau...! Mau..!"
"Ya sudah, buruan kamu ganti baju yaaa.... Bentar lagi Kak Bayu mau jemput kita...."
"Aaaa.... Kak Bayu yang pacar Kakak ya?" celetuk Ikhsan spontan. "Asiiiikkk.... om ganteng yang bawa mobil itu kan?"
"Wuidiiiih, kamu tu yaaaa.... ingatnya mobilnyaaaa mulu... Dasarrrr adikku satu ini, matre juga rupanya yaaaa...." ujarku sambil berpura-pura akan mencubit pinggangnya.
Ikhsan cepat berkelit dan langsung berlari sambil tertawa-tawa menuju kamarnya. Aku begitu bahagia melihat dia kembali ceria. Sebahagia ketika tadi pagi aku mendapatkan berita mengenai kelulusanku dalam ujian akhir SMA. Aku tak sabar lagi melihat reaksi ayah ketika nanti kukabarkan bahwa putrinya ini menjadi salah seorang pelajar yang mendapatkan nilai ujian akhir terbaik secara nasional! Semua kupersembahkan untukmu, Ayahku..... Â Ayah yang paling hebat di dunia.....