Tuhan ijinkan aku mencintainya
     Walau tak memilikinyaÂ
"Seorang manusia tidak bisa mengabdi kepada dua tuan sekaligus,
 karena ia akan lebih mencintai yang satu dan mengabaikan yang lain"
Entah kapan pertemuan itu terjadi, semuanya terjadi begitu saja tanpa kesepakatan. Dan rasa yang mulanya biasa-biasa saja, akhirnya melahirkan rasa yang tidak biasa. Rasa yang pernah jeda dalam hidupku dan coba ku-bekukan, kini menggelora Kembali. Sebegitu dahsyatnyakah cinta? Rasa yang memiliki daya misterius yang sedang bersenandung dalam sanubariku? Hati kecilku gelisah dan bertanya.
Namun, memahami bukanlah hakikat dari cinta itu sendiri. Â Sebab, mencoba memahami hanyalah membawa aku pada kehampaan dan kekeringan. Cinta hanya harus diterima dan diakui keberadaannya. Karena cinta adalah perasaan bernyawa, ia ingin dicari dan dihidupi. Bukan dipahami. Ketika kita mencintai semuanya menjadi jelas, tetapi ketika ditanya, sulit untuk menjelaskannya. Memang dalam mencintai kita sering bertanya, Mengapa. Tetapi cinta bukan melulu perkara mengapa. Cinta yang sejati haruslah ditanya bagaimana. Bagaimana aku mencintai dan menjaga cinta ini.
Tentang dia, hanya aku ketahui dari sahabatku yang sering menceritakan keberadaan dan keadaannya. Bahkan tentang cantiknya. Dan diriku belum pernah membangun relasi ataupun sekadar ngobrol-ngobrol ringan bersamanya. Di medsos pun kami tidak saling berteman. Hingga akhirnya aku berinisiatif meminta pertemanan di Instagram. Perasaan saya waktu itu biasa-biasa saja, karena saya berpikir, mungkin hatinya telah ditawan oleh seorang pangeran, pujaan hatinya. Dan mungkin ia akan mengabaikan request persahabatan dari saya. Namun, dugaanku tak sesuai dengan kenyataan. Semuanya terjadi tidak seperti yang aku pikirkan.
Ia tidak saja menerima request pertemanan, tetapi langsung mengirimkan pesan singkat (basa-basi di awal pertemanan). Mulailah kami saling ngobrol, saling menanyakan kabar dan sebagainya. Seiringnya waktu, kami juga bercerita tentang pengalaman kami masing-masing, khususnya soal relasi. Dia banyak bercerita tentang mantan-mantan pacarnya, begitu pun saya. Kami tidak saja dm-an di instagaram, tetapi sesekali percakapan berlanjut dengan teleponan. Semuanya terjadi karena adanya rasa kecocokan dan kenyamanan dalam berbagi kisah-kasih hidup yang akhirnya saya narasikan dalam cerpen ini.
Dari banyak hal yang kami obrolkan, satu tema yang tak pernah luput dari bibir kami adalah cinta. Namun, kami tidak merumuskan apa itu cinta ke dalam narasi hitam di atas putih. Tetapi kami menuturkan cinta bertolak dari pengalaman hidup kami masing-masing. Memang cinta bukan saja tentang pergulatan di masa lalu. Tetapi cinta juga pergumulan masa kini dan masa depan hidup seorang insan yang berhati. Bahwa hidup ini bukan melulu perkara rasio yang terus mencari alasan untuk hidup. Tetapi juga adalah perkara hati yang sedang mencari seorang yang tepat dalam berelasi.
Hingga akhirnya aku pun hanyut dalam rasa yang tak bertepi. Hari-hari yang kujalani terus dibayangi oleh sosok dia yang saat ini sedang ada dalam lembaran hidupku. Apakah dia bagian pembuka, isi ataupun penutup, tidak kupahami secara jelas. Tetapi satu hal yang jelas bahwa kehadirannya benar-benar aku rasakan. Bahkan rasa itu pun sulit aku temukan alasannya. Apakah ini cinta, daya misterius itu? Atau ini hanyalah euforia dari kedekatan relasi  yang sedang kami bangun.
Pernah aku berpikir mungkin ini hanyalah rasa yang cepat atau lambat akan berakhir. Tetapi sampai saat ini koh masih menggema kuat, bahkan menjadi semakin sulit untuk mengabaikannya.
Maka datanglah saat yang tepat bagiku untuk mengungkapkannya. Awalnya saya mengajak dia untuk bertemu di sebuah caf untuk sekadar ngobrol sekaligus menyampaikan pesan suci dari lubuk hati yang paling dalam. Namun serasa waktu tak berpihak kepada kami. Hingga waktu saya memberitahu kepada dirinya bahwa saya ingin menyampaikan suatu hal kepadanya, ia meminta untuk menyampaikan segera via telepon. Merasa sebagai lelaki, kayaknya nga macho deh nembak cewek lewat via telepon.. gumamku dalam hati...hahahahaaa
Namun karena waktu yang rasanya kurang merestui dan berpihak pada kami, akhirnya kuungkapkan juga rasa ini kepadanya. Memang harus segera kuakui bahwa diriku suka dan cinta pada dirinya. "Aku jatuh cinta dan sayang padamu ...." Kataku pada dirinya.... Ia pun yang tersenyum dan bertanya sekali lagi, apakah benar saya mencintai dan sayang pada dirinya. ku tegaskan dengan mantap, IYA....