Mohon tunggu...
Firmino Botan
Firmino Botan Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba dengan harapan. Dan berharap untuk terus mencoba

Kesuksesan bukan hanya milik orang-orang yang pintar, melainkan juga milik mereka yang tekun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sri Ramakrishna: Keharmonisan Agama-agama dalam Kemajemukan

29 April 2023   22:41 Diperbarui: 29 April 2023   22:46 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Lebih jauh, seseorang harus menunjukkan rasa hormat kepada pendiri semua agama sebagai manifestasi khusus dari Tuhan dan, mengetahui bahwa Tuhan berdiam di dalam semua orang, seseorang harus melayani semua tanpa perbedaan kasta, keyakinan, ras, dan lain-lain. Yang paling tidak disetujui Sri Ramakrishna adalah pola pikir tertutup seorang dogmatis atau fanatik. Para Vaiava akan menyadari Tuhan, demikian pula para kta Vedantis dan Brahmos. Para Mussalman dan Kristen akan menyadari Dia juga. Semua pasti akan menyadari Tuhan jika mereka sungguh-sungguh dan tulus. [Penjelasan tentang isi doktrin Sri Ramakrishna merupakan usaha menerjemahkan  dari tulisan: Bhajanananda, Harmony of Religions from the Standpoint of Sri Ramakrishna and Swami Vivekananda, 28-36.]

D.  Refleksi Pribadi

      Sri Ramakrishna merupakan seorang tokoh mistik yang memiliki pemikiran yang brilian, khusunya dalam kaitannya dengan pluralism agama. Ia tidak memandang rendah atau sampai pada memutlakan kebenaran satu agama apa pun. Sebaliknya, ia melihat bahwa semua agama memiliki kebenaran tersendiri dan menuntut agar mereka harus mengikuti kebenaran tanpa mengutuk kebenaran pada agama yang lain. Di samping itu, ia juga berpendapat bahwa setiap agama sama-sama berziarah menuju kepada tujuan yang sama, walau pun caranya berbeda-beda.

      Salah satu hal yang menarik dari pribadi Sri Ramakrishna adalah cara dia menempatkan atau memosisikan dirinya ketika ia berjumpa atau hadir dalam sebuah agama tertentu. Ketika ia mengikuti jalan agama mana pun, ia mengidentifikasikan dirinya sepenuhnya dengan adat istiadat agama itu, sementara, apa pun jalan religius yang ia ikuti, semuanya memuncak dalam pengalaman Mutlak. Dari pengalaman langsung inilah ia memperoleh doktrin dharma-samanvaya atau 'harmoni agama-agama'. Dia percaya bahwa jika seseorang mengikuti agamanya dengan iman, ketulusan dan kemurnian pikiran, dia pasti akan mendapatkan pengalaman spiritual langsung.

       Menurut saya, buah pemikiran dari Sri Ramakrishna ini masih relevan sampai saat ini. Dalam konteks kita sebagai bangsa Indonesia yang sangat beragam akan; budaya, bahasa, suku, dan khususnya keyakinan atau agama. Di samping itu, doktrinya tentang harmoni agama-agama, dapat kita terjemahkan dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam perjumpaan dan dialog dengan sesama yang berbeda keyakinan, atau agama. Tujuannya supaya kita tidak dengan mudah memberi label yang negative terhadap agama lain atau menaruh sikap curiga terhadap agama lain yang berujung pada penindasan, pengucilan, membatasi, bahkan sampai pada kekerasan fisik.

E.  Catatan kritis

       Menyadari bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragam dalam keyakinan dan agaman merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal atau dihindari. Keragaman agama tersebut bisa menampilkan dua wajah ganda sekaligus. Yakni, bisa menjadi asset kekayaan bangsa, tetapi sekaligus bisa menjadi 'ancaman' dan bahaya, karena perbedaan dari setiap agama tersebut. Terutama perbedaan menyangkut Klaim Kebenaran dan Keselematan yang diajarkan dalam setiap agama.

       Dengan demikian, Sri Ramakrishna dan  buah pemikirannya yang dipaparkan di atas bisa menjadi batu penjuru untuk membangun sikap toleransi dalam diri kita masing-masing. Khusunya menumbuhkan dalam diri kita kemauan untuk mau terbuka dan berani untuk berjumpa dan dialog. Sehingga terciptalah sikap saling menghargai, toleransi yang akhirnya membawa pada keharmonisan hidup antar-agama.

        Di samping itu, kritikan yang bisa dialamatkan pada pandangan Ramakrishna ini adalah adanya kecendrungan melihat semua agama itu sama saja. Sementara, setiap agama memiliki keunikan dalam hal (doktrin, tradisi, Kitab Suci, dll). Disamping itu, setiap agama harus tetap mewartakan iman dan ajarannya.

         Dengan demikian sikap yang menjadi tawaran di sini adalah setiap agama tetap dan harus bebas mengekspresikan dan mewartakan agama dan keyakinannya. Penekanan di sini senada dengan apa yang digagaskan oleh seorang teolog Katolik yakni Karl Rahner, yakni teologi inklusif yang sejalan dengan Konsili Vatikan II yang merevisi pandangan Gereja tentang extra eclessiam nulla salus (di luar Gereja tidak ada keselamatan). Poin penitng yang menjadi penekanan Rahner dalam kaitannya dengan dialog dengan agama dan keyakinan yang lain adala, "Penganut agama lain mungkin menemukan karunia Yesus melalui agama mereka sendiri tanpa harus masuk menjadi penganut Kristen".[M. Utoyo, "Perspektif Agama-agama di Indonesia Terhadap Pluralisme Agama", hlm. 457.]

       Lebih lanjut, dalam Nostra Aetate (Dokumen tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristiani) NA art. 2 ditegaskan bahwa, "Gereja mendorong para Putranya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberikan kesaksian tentang iman serta perihidup Kristiani, mengakui, memelihara, dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun