Simanjuntak (2006:81) mengatakan pendasaran penentuan status dan hubungan sosial seperti ini adalah sistem analogi, bahwa setiap orang tidak hanya melihat hubungan itu dari marganya saja, tetapi kalau hubungan itu tidak ada atau kurang dekat dari marganya, maka ia mencari analogi dari marga orang lain anggota keluarganya. Dengan landasan ini maka tercipta hubungan sosial yang lebih erat dan mesra.
Pengetahuan Marga dalam Martarombo sangat ditekankan bagi keturunan orang batak, terutama anak laki-laki.Â
Sebab, suku Batak mengadopsis sistem patrilineal yang dimana keturunan diambil mengadopsi marga dari bapak, sehingga marga bapak pasti diturunkan kepada anak laki-laki sebagai penerusnya.
Dapat disimpulkan juga bahwaa eksistensi suku Batak Toba mampu bertahan selama ribuan tahun tidak terlepas dari budaya Martarombo. Penyematan marga pada nama keturunan suku Batak Toba yang masih berlangsung hingga saat ini juga menjaga budaya Martarombo tetap lestari.
Sehingga, Martarombo secara tidak langsung memaksa keturunan suku Batak Toba untuk mengetahui sejarah dan silsilah marga yang diturunkan dari ayahnya. Meski kajian ilmiah tentang awal mula penyematan marga pada nama itu masih kabur, namun marga sudah menjadi identitas dan kebanggan tersendiri bagi masyarakat suku Batak Toba.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI