Indonesia ditetapkan sebagai pemegang Presidensi G20 pada 2022 pada Riyadh Summit 2020, kemudian diresmikan melalui proses serah terima di KTT Roma pada 30-31 Oktober 2021.
Informasi itu disambut gembira oleh seluruh elemen masyarakat. Sebab, ajang internasional ini digelar usai perekonomian bangsa diguncang pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pertemuan ini patut disyukuri karena digelar pada waktu yang tepat.
Bayangkan, 437 pertemuan akan digelar secara marathon mulai dari Desember 2021 hingga akhir 2022 di Bali. Ditaksir, Presidensi G20 di Indonesia ini menyumbang konsumsi domestik sebesar Rp 1,7 triliun dan Rp 7,43 triliun PDB Nasional.
Kemudian diikuti dengan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, menjadi ajang promosi pariwisata serta membuka keran informasi ekonomi global.
Universitas Toronto pada tahun 2010 merilis hasil studi tentang keuntung yang didapatkan negara pemegang Presidensi G20 ini. Studi itu menemukan bahwa penyelenggara menerima manfaat dalam jangka pendek terkait pariwisata, seperti peningkatan kunjungan wisata, peningkatan akomodasi dan keuntungan dari tarif pesawat.Â
Dan terpenting, negara itu mendapatkan iklan promosi baik dalam bentuk cerita tertulis maupun iklan langsung yang disampaikan para tamu itu nantinya.
Studi itu juga mencatat pendapatan negara Pemegang Presidensi G20. Seperti Kota Pittsburgh, kota yang dipilih Amerika Serikat sebagai lokasi G20 tahun 2009 mendapatkan keuntungan secara ekonomi senilai 135 juta dollar AS. Kemudian pada tahun 2010, Kanada sebagai Presidensi G20 tahun 2010 mendapatkan keuntungan mencapai 100 juta dollar AS.
Dari studi di atas, sudah sepatutnya ajang ini menjadi suatu kebanggaan bagi kita bersama dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pasalnya, Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang tergabung dengan G20, bersama negara adikuasa semacam Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Jerman dan Tiongkok.
Lalu penunjukkan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 ini juga layak kita anggap sebagai penghargaan tertinggi dunia kepada kita. Sebab, iven taraf internasional dihelat di tengah pandemi yang membuktikan kepercayaan dunia atas kesiapan dan kesigapan Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan.Â
Maka, Indonesia layak ditunjuk sebagai penggerak ekonomi global di masa mendatang.