“Saya putus sekolah, mas. Tidak punya keahlian untuk daftar kerja profesional. Jadi ya begini saja (memarkir), bisa sambil santai” kata Dimas. Umurnya masih 17 tahun, namun karena orang tuanya tak mampu menyekolahkan, ia terpaksa putus sekolah. Sejak dibuka beberapa tahun yang lalu, tempat dengan nuansa alam ini mampu menarik wisatawan untuk datang. Selain itu, dibangunnya kawasan ini juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk mendulang rupiah, tak terkecuali Dimas.
Dari tempat ini, dapat menyaksikan jembatan bersejarah bagi masyarakat Temanggung. Jembatan yang menjadi saksi bisu perjuangan para pahlawan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain itu, teduhnya pepohonan di area ini, dapat dinikmati sembari mencecap es kelapa muda.”Kalau hari biasa tidak begitu ramai. Yang paling ramai hari Sabtu dan Minggu, sore hari” papar Dian Amiwati, salah satu penjajak di sana. Dian, famili Dimas, tiap hari berjualan aneka makanan dan minuman di kawasan Taman Kali Progo. Tiap harinya, Dian mendapatkan pundi-pundi rupiah sebesar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 dari hasil berjualan. “Alhamdulillah, kalau hari libur bisa dapat lebih lagi” tambah Dian.
Taman Kali Progo merupakan salah satu objek wisata yang tergolong baru di Temanggung. Berlokasi di kaki dua gunung Sindoro-Sumbing membuat Temanggung memiliki potensi wisata yang mempesona. Embung, gardu pandang, taman kota, monumen, dan yang lain, siap untuk di-eksplor dan dinikmati.
R. Firman Santoso
Rimbawan Bulaksumur 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H