Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Jokpin & Jogja", Sebuah Kata akan Rindu, Selamat Jalan Joko Pinurbo

29 April 2024   16:29 Diperbarui: 29 April 2024   16:38 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jogja terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. - Joko Pinurbo

Apa yang tersirat dibenak Anda tentang Jogja. Tentu banyak hal yang membuat Anda selalu rindu akan Jogja. Begitu pula dengan sedikit kata rindu tentang Jogja di atas. Siapa yang menyangka kalau itu adalah sebuah celoteh kata dari sastrawan dan penyair senior "Joko Pinurbo" yang baru saja meninggalkan kita.

Tidak hanya dengan sebuah catatan tentang Jogya, yang selalu membuat rindu, bahkan catatannya pun membuat kita merenung atas kata-kata yang penuh makna atas segala yang tersirat didalmnya.

Jokpin dan Puisi yang Membawa Makna

Mungkin bagi mereka yang sering melewatkan karya sastra entah novel, cepern hingga puisi, mungkin jarang yang tahu siapa Jokpin atau Joko Pinurbo ini.

Joko Pinurbo adalah sosok penyair terkanal yang lahir di Sukabumi pada tanggal 11 Mei 1962. Pria 62 tahun ini memiliki banyak karya yang akan membuat Anda merenung atas kata tersirat saat membaca karyanya.

Bahkan saat Anda menikmati kota Jogja, kota sejuta makna, ada banyak hasil cuplikan puisinya yang ditulis disetiap kesempatan tentang Jogja.

Anda bisa tidak kenal dengan Jokpin, namun tulisan dan coretannya akan membawa Anda untuk mengenal siapa Jokpin bahkan Jogja. Bahkan karyanya telah mewarnai khasanah sastra di Yogyakarta.

Ada cuplikan puisi Jokpin yang membuat kita mengeryit dahi, bahwa apa yang ditulisnya memang benar:

Demikianlah para manusia: kita takut menjadi manusia namun juga tidak pernah bisa kembali menjadi bayi, menjadi kanak-kanak kecuali bila kita ciptakan lagi kelahiran di saat halte membimbing kita ke peristirahatan. - Joko Pinurbo 1991

Sepertinya kata-kata yang ditulis JokPin meskipun sudah ditulis lama sejak tahun 1991 sangat berhubungan dan masih merepresntasi kondisi saat ini. Apalgi dengan segala carut marutnya hidup, rasanya sudah tidak mau hidup jadi manusia lagi, tapi juga takut akan mati. Sungguh miris.

Diksi yang dibuat, bahkan tulisan-tulisannya membuat banyak orang bisa merasa tersindir bila tidak legowo menerimanya. Bakan tidak hanya itu, bagi mereka yang mencintai puisi dan segala yang berhubungan dengan sastra akan menganggap bahwa karya JokPin adalah karya yang luar biasa dan memberikan makna tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun