Hidup adalah sebuah proses, begitu pula komitmen untuk bisa menjalani konsep hidup sederhana, atau bahkan menuju hidup frugal living.
Pada dasarnya setiap orang atau bahkan siapa pun baru sadar setelah apa yang dilakukannya sia-sia, begitu pula saat mengikuti arus teman-teman atau lingkungan yang tidak sehat, yang lebih mengutamakan 'gaya hidup' agar terlihat tampak kaya tersebut dan ternyata itu semua tidak ada artinya.
Bahkan dari data yang dihimpun dari laman OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada bulan Desember 2022 lalu, tercatat bahwa platform online pendanaan atau pinjaman tersebut banyak didominasi oleh mereka yang masih berusia sangat muda dikisaran usia 19 hingga 34 tahun.Â
Hal ini menunjukkan bahwa ternyata masih banyak generasi milineal dan Gen Z yang terjebak untuk memenuhi gaya hidup, bahkan terjebak hutang tidak bermutu, seperti pinjol.
Frugal Living, Konsep Sederhana, Berat untuk Dilakukan
Memilih jalan hidup adalah pilihan, begitu pula saat memilih untuk mulai meninggalkan gaya hidup konsumtif, yang lebih mementingkan keinginan dan tampil seolah-olah tampak kaya, daripada untuk memenuhi kebutuhan.
Frugal living menjadi solusi atas hal tersebut, yaitu suatu gaya hidup yang lebih fokus pada bagaimana mengelola keuangan dengan hemat dan secara bijak. Dengan tujuan untuk mengurangi berbagai pengeluaran dengan membeli barang yang benar-benar dibutuhkan.
Memilih gaya hidup 'frugal living' tidak berarti memilih hidup dengan serba terbatas, namun lebih fokus pada prioritas hidup.
Pada awalnya, konsep frugal living ini sudah ada sejak masa The Great Depression yang terjadi di Amerika Serikat tahun 1929 sampai tahun 1939.Â
Saat itu terjadi suatu kondisi dimana ekonomi yang sulit tersebut membuat setiap orang untuk menghargai nilai uang dan mengurangi berbagai pemborosan.
Dengan semakin mudahnya mendapatkan informasi, membuat setiap orang mulai sadar dan belajar hidup secara bijaksana, meskipun hal ini sulit dilakukan.