Informasi tentang rawon juga dijumpai dalam Kakawin Bhomakawya, kakawin terpanjang yang berasal dari Jawa Timur, yaitu rarawwan (sayur rawon) enak ika rarawwan amarg-margi (rawon enak dan mengenyangkan).
Kali ini rawon yang kami nikmati berada di sebuah tempat makan terkenal, yaitu Rumah Makan 'Rawon Nguling' Â di Jalan Raya Tambakrejo, No. 75, Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo.
Rumah makan ini sudah buka sejak tahun 1942, yang dirintis pertama kali oleh Ibu Hajah Siti Fatimah, dan saat ini sudah dikelola cucnya yaitu Ibu Hj. Nikmah.
Tidak ada alasan mengapa memilih tempat makan ini, hanya agar searah dengan perjalanan yang kami lakukan .
Surabaya, Tujuan Jelajah Kuliner Selanjutnya
Surabaya menjadi tempat persinggahan kami selanjutnya, terdapat beberapa alasan mengapa harus singgah di Kota Surabaya, selain kakek nenek kami dari Surabaya, juga sekaligus nyekar di makam para tetua atau leluhur kami yang sudah meninggal, sekaligus bersilaturahmi dengan sanak sadura yang masih ada di kota ini.
Kota Surabaya memang memiliki banyak sajian kuliner enak dan luekoh (sebutan kata sangat enak dalam bahasa Suroboyo-an). Mulai dari bebek, tahu campur, lontong balap, rujak cingur, pecel semanggi dan masih banyak kuliner khas Surabaya yang bisa dicoba.
Ternyata yang mengagetkan kali ini, kami dijamu dengan sajian khas Surabaya, yaitu "Rujak Cingur". Apalagi sudah lama sekali tidak menikmati sajian khas kuliner Surabaya ini.
Rujak cingur sendiri adalah kuliner khas Surabaya, yang bisa dengan mudah dijumpai di kota lain. Tentu saja sesuai dengan namanya, maka 'cingur' dalam bahasa Jawa, diartikan sebagai congor atau mulut sapi yang menjadi bahan utama rujak cingur ini.
Dalam pembuatannya, selain rujak cingur yang direbus, juga digunakan bahan-bahan tambahan lain, Â seperti buah yang diiris, buah yang digunakan seperti mangga, nanas,bengkuang, mentimun, dan terkadang kedondong.