Indonesia adalah negara yang besar, dengan berbagai ragam dan suku bangsa, selain itu juga terdapat beberapa agama yang dipeluk dan diyakini oleh pemeluknya di Indonesia. Di antara berbagai keyakinan tersebut, maka agama Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Yang menarik, meski Islam menjadi agama mayoritas, terdapat daerah yang masih belum bisa meninggalkan ajaran lampau yang membuat Islam dan budaya lokal menjadi bersinergi. Hal ini terbukti dengan keberadaan Islam Aboge di Probolinggo. Meskipun terdapat perbedaan cara dengan dominannya unsur adat, namun Islam Aboge juga menjalankan Puasa Ramadan. Dan Jemaah Islam Aboge di Kabupaten Probolinggo baru menjalankan Puasa Ramadan hari ini, hari Jumat, tanggal 24 Maret 2023.
Secara umum Puasa Ramadan memang sudah dilaksanakan umat Muslim di Indonesia pada hari Kamis kemarin, tanggal 23 Maret 2023. Hal ini berbeda dengan Aboge yang merupakan singkatan dari "Alif Rebo Wage" yang menjadikan perhitungan kalender Jawa sebagai penentuan tanggal 1 Ramadan bagi jemaah Islam Aboge ini. Berdasarkan perhitungan Aboge, maka awal tanggal 1 Ramadan jatuh pada Jumat Wage, yaitu hari ini dan tahun 2023 bertepatan dengan tahun Jawa Ha atau He.
Asal-usul Islam Aboge di Probolinggo
Menjadi sangat menarik mengenal berbagai jenis masyarakat dan juga kebiasaan dan juga adat istiadat termasuk yang berhubungan dengan pelaksanaan puasa Ramadhan tahun ini. Begitu pula dengan sebagian masyarakat di Kabupaten Probolinggo, yang disebut dengan "Islam Aboge di Kabupaten Probolinggo".
Kemunculan Islam Aboge ini tidak bisa dilepaskan dari agama yang sudah ada sebelumnya di Indonesia, yaitu Hindu dan Budha, begitu pula dengan yang ada di Probolinggo, sebelum masuknya Islam, Hindu dan Budha sudah menjadi agama yang dipeluk masyarakat di daerah ini. Ditambah lagi fakta bahwa Probolinggo adalah wilayah di bawah kekuasaan Raja Majapahit yang ke-4 antara tahun 1350 sampai dengan 1389, yaitu Prabu Radjasanagara atau Sri Hayam Wuruk.
Majapahit  sendiri merupakan salah satu kerajaan yang menganut agama Budha dan juga melakukan penyembahan kepada dewa-dewa Hindu, Siwa, dan Wisnu, bahkan juga terjadi penyatuan kedua agama tersebut pada diri sang raja, yang kemudian dianggap sebagai Siwa-Budha dan Nirguna bagi para penganut Wisnu.
Baca juga: Lato-Lato, Reinkarnasi Mainan Jadul.
Bahkan kemapanan agama Hindu di Probolinggo bisa dibuktikan dengan adanya Candi Jabung yang banyak disebut sebagai tempat singgah dan juga sesembahan Raja-raja Majapahit saat meninjau daerah kekuasaannya.
Hadirnya Islam di Probolinggo tentu saja juga turut merubah kehidupan masyarakat Probolinggo menjadi penganut Islam. Sebelum Islam datang, masyarakat Probolinggo ini berada dalam kepercayaan animisme dan dinamisme dan juga pengaruh Hindu Budha. Dengan masuknya Islam meskipun unsur pra-Islam ini belum terhapus, namun Islam mampu menjadi pembentuk tradisi baru masyarakat setempat di Probolinggo.
Mengenal Jemaah Aboge Jawa di Probolinggo
Kedatangan Islam setelah Hindu-Budha, sedikit banyaknya juga berintegrasi dengan tradisi, kepercayaan dan juga budaya lokal. Integrasi ini juga tidak bersifat adaptif, namun lebih mengarah pada perubahan yang akulturatif.
Dan secara sepintas kemunculan Islam Aboge di Probolinggo mencerminkan proses akulturatif tersebut. "Aboge" adalah sebutan untuk keyakinan yang sudah dianut secara turun temurun oleh masyarakat yang ada di Desa Leces, Desa Dringu dan Desa Kramat Agung, Kabupaten Probolinggo.