Ada sebuah kalimat sederhana yang bisa direnungkan, yaitu:
Struggling without hoping.
Berusaha dan bekerja keraslah, namun dengan harapan yang sangat terkelola.
Mengambil apa yang disampaikan Shunryu Suzuki dengan big mind, yaitu:
Tenang dan biasa, melihat semua dalam keseimbangan yang tidak memihak, itulah big mind. Pikiran besar, darimana rumah kebahagiaan bisa dibangun dan dimasuki kembali.
Sebenarnya berbicara tentang kebahagiaan kalau mengambil apa yang disampaikan orang tua dulu, bahwa letak bahagia berada di hati, yaitu berada dalam posisi sampai dimana kita bisa menerima dengan rasa syukur atas yang sudah diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Penuh dengan Rasa Sayang-nya selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
Orang tua Jawa bilang, "hidup itu sawang sinawang", dan juga kehidupan itu laksana gunung. Dari jauh ia gagah dan indah menjulang. Namun begitu didekati, ia menghadirkan halangan, tantangan dan godaan yang luar biasa untuk sampai dipuncaknya.
Tentu hal sama juga terjadi ketika kita membaca perjalanan hidup orang-orang yang hidupnya mengagumkan, serba indah dibaca. Tentunya timbunan kesuksesannya yang mengagumkan itu, juga terdapat tumpukan kegagalan yang juga mengagumkan.
Jadi, apa kesimpulannya?
Ternyata bahagia itu bukan saat semua keinginan terpenuhi, melainkan di saat kita bisa dan mau menerima keadaan dengan ikhlas dan penuh kelapangan hati.
Semoga catatan malam ini "Dimana letak titik bahagia itu?" bermanfaat dan memberi makna tentang arti bahagia dalam hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI