Kerja keras untuk mengejar impian dilakukan tiga anak muda ini untuk tetap bersekolah SMA, mereka harus membanting tulang sebagai kuli ngambat dan juga bekerja serabutan di tempat pelelangan ikan, itu semua dilakukannya untuk mengejar impiannya.
Dan keberanian meraih mimpi menjadi bukti jelas, bahwa mimpi tidak bisa dilakukan dengan hanya bermimpi saja, Ikal dan Arai berlayar menuju Jakarta, sambil kerja sambilan juga mendaftar dan kuliah di Universitas Indonesia.
Kisah ini juga menyisakan kisah sedih, saat Jimbron memutuskan untuk tetap tinggal di Belitong dengan memberikan dua buah tabungan berbentuk kuda pada Arai dan Ikal, "Kalian berdua akan akan pergi ke Paris dengan menggunakan kudaku".
Dan proses tidak akan mengkhianati hasil, mereka berdua dipertemukan dalam sebuah wawancara penerima Beasiswa S-2 di Universitas Sorebonne, Prancis.
Jadi jangan meremehkan mimpi, karena mimpi inilah menjadi awal seseorang memiliki harapan, yang kemudian diterjemahkannya dengan usaha keras untuk meraihnya. Dan tentu saja mimpi, harapan, kerja keras dan doa yang berjalan dengan beriringan akan menuai hasil yang memuaskan menjadi sebuah proses yang harus dilalui meskipun berat, namun keyakinan pada Alloh Sang Maha Kuasa dari segalanya yang sanggup merubah semuanya menjadi satu kekuatan untuk meraih mimpi.
Catatan "Saat semangat dan impian menjadi satu dalam resensi novel - Sang Pemimpi"ini, semoga bisa menginspirasi kita yang saat ini memiliki mimpi yang belum teraih dan masih bersemangat untuk mengejarnya. Semoga selalu sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H