Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Saat Semangat dan Impian menjadi Satu dalam Resensi Novel "Sang Pemimpi"

25 Februari 2023   05:00 Diperbarui: 25 Februari 2023   05:24 2163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel - Sang Pemimpi (Sumber: Dokumen pribadi)

Menikmati secangkir kopi belum lengkap kalau belum ditemani sebuah buku favorit. Begitu pula tadi malam, mengisi kekosongan waktu sambil membaca buku-buku lama yang teronggok di lemari buku menjadi sebuah aktivitas menarik, hingga memunculkan sedikit tulisan dengan judul "Saat semangat dan impian menjadi satu dalam resensi novel - Sang Pemimpi".

Novel karya Andrea Hirata ini masih menyimpan secercah karya hebat dan legendaris saat terbit untuk pertama kalinya pada bulan Juli 2006, dari catatan cetakan pun Saya membelinya saat cetakan ke-28 Desember 2010, cukup lama, namun novel ini masih pas untuk dibaca.

"Sang Pemimpi" merupakan novel kedua dari Tetralogi Laskar Pelangi, yang memberikan sebuah kisah cerita yang ringann namun penuh makna tentang kehidupan tiga orang tokoh utama dalam novel ini.

Informasi Buku:

  • Judul: Sang Pemimpi.
  • Penulis: Andrea Hirata.
  • Penerbit: PT. Bentang Pustaka, Yogyakarta.
  • Tahun terbit : Cetakan ke-1, Juli 2006 dan Cetakan ke-28 Desember 2010.
  • Tebal buku: viii + 248 halaman
  • ISBN: 978-979-1227-81-0.

"Sang Pemimpi" dalam Sebuah Resensi Buku

Ada dua kata penting dalam novel ini yang bisa memberikan semangat positif untuk maju, yaitu"

Semangat dan impian

Dua kata ini seolah memberikan motivasi dalam diri untuk maju dan tak kenal berhenti dalam menggapai mimpi bagi para tokoh utma dan juga para pembaca agar bisa mengambil hikmah yang tersirat dalam novel "Sang Pemimpi" ini.

"Perhabatan dan perjuangan dalam menghadapi kerasnya hidup" seolah relevan dengan apa yang terjadi saat ini dan sangat relate juga dengan kisah menarik dalam novel Sang Pemimpi, yaitu tiga anak muda pemberani, Ikal, Arai dan Jimbron.

Sang Pemimpi sepertinya menjadi kisah semangat yang memotivasi untuk bangkit, hal ini ditunjukkan dengan dua kata diatas tadi, yaitu semnagat dan impian yang bisa dan mampu menggerakkan semangat ketiga anak muda tersebut untuk tetap bertahan dan berjuang dalam menghadapi hidup yang sangat keras. Hal ini juga tidak lepas dari bimbingan seorang guru muda, Bapak Julia Balia yang bisa menumbuhkan mimpi luar biasa bagi Ikal, Arai dan Jimbron.

Mimpi...kata inilah yang menjadikan seseorang tetap bersemangat, meskipun belum ada hasil yang dirasakannya. Bahkan kata mimpi yang di sampaikan Pak Balia, "Bermimpilah yang besar, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu!", sanggup memotivasi dua anak didiknya, Arai dan Ikal dan mendapatkan beasiswa ke univesitas yang diimpikannya, yaitu Universite de Paris, Sorbonne, Prancis.

Baca juga: "Laskar Pelangi" Sebuah Kisah dalam Resensi Novel.

Semua diawali dari mimpi, Ikal bahkan bermimpi untuk keliling dunia menjelajahi Eropa dan Afrika, sedangkan Arai menerjemahkannya dengan menyelesaikan sekolah dulu dan kemudian mencari beasiswa S2 ke luar negeri.

Kerja keras untuk mengejar impian dilakukan tiga anak muda ini untuk tetap bersekolah SMA, mereka harus membanting tulang sebagai kuli ngambat dan juga bekerja serabutan di tempat pelelangan ikan, itu semua dilakukannya untuk mengejar impiannya.

Dan keberanian meraih mimpi menjadi bukti jelas, bahwa mimpi tidak bisa dilakukan dengan hanya bermimpi saja, Ikal dan Arai berlayar menuju Jakarta, sambil kerja sambilan juga mendaftar dan kuliah di Universitas Indonesia.

Kisah ini juga menyisakan kisah sedih, saat Jimbron memutuskan untuk tetap tinggal di Belitong dengan memberikan dua buah tabungan berbentuk kuda pada Arai dan Ikal, "Kalian berdua akan akan pergi ke Paris dengan menggunakan kudaku".

Secangkir kopi (Sumber: Dokumen pribadi)
Secangkir kopi (Sumber: Dokumen pribadi)

Dan proses tidak akan mengkhianati hasil, mereka berdua dipertemukan dalam sebuah wawancara penerima Beasiswa S-2 di Universitas Sorebonne, Prancis.

Jadi jangan meremehkan mimpi, karena mimpi inilah menjadi awal seseorang memiliki harapan, yang kemudian diterjemahkannya dengan usaha keras untuk meraihnya. Dan tentu saja mimpi, harapan, kerja keras dan doa yang berjalan dengan beriringan akan menuai hasil yang memuaskan menjadi sebuah proses yang harus dilalui meskipun berat, namun keyakinan pada Alloh Sang Maha Kuasa dari segalanya yang sanggup merubah semuanya menjadi satu kekuatan untuk meraih mimpi.

Catatan "Saat semangat dan impian menjadi satu dalam resensi novel - Sang Pemimpi"ini, semoga bisa menginspirasi kita yang saat ini memiliki mimpi yang belum teraih dan masih bersemangat untuk mengejarnya. Semoga selalu sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun