Mohon tunggu...
Firman Rahman
Firman Rahman Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger Kompasiana

| Tertarik pada finance, digital marketing dan investasi |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumah Keberuntungan, Rumah Kedamaian

24 Februari 2023   05:00 Diperbarui: 24 Februari 2023   05:38 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat dengan pepatah yang mengatakan, “Setinggi-tingginya bangau terbang, akhirnya ke pelimbahan juga.” Sejauh-jauhnya manusia pergi atau merantau, akhirnya pulang ke rumah juga. Dan setiap orang pasti memiliki titik akhir, dan diantara pencarian kebahagian, ujung-ujungnya akan kembali ke rumah. Itulah yang Saya rasakan, setelah merantau dari pulau ke pulau dari kota ke kota, di titik akhir ternyata pelabuhan terakhir tetap kembali ke rumah. Dan Saya bisa mengatakan, rumah itu sebagai rumah keberuntungan, rumah kedamaian tempat Saya bisa menemukan sosok tanpa pamrih, ketulusan dan kejujuran.

Kenikmatan berada di rumah ini pun sebenarnya menjadi semakin terasa, apalagi sejak merebaknya wabah pandemi Covid-19, yang ternyata memiliki hikmah luar biasa. Selalu berada di rumah memang bisa membuat bosan, namun kedekatan dengan anggota keluarga, anak-anak yang bisa mencurahkan isi hatinya, istri yang tahu bagaimana sebenarnya kita menjadi sebuah kekuatan bahwa pondasi utama, khususnya kesehatan mental itu ada di rumah.

Bahkan ini pula yang membuat Saya yakin, apalagi semenjak berkembangnya dunia digital, digalakkannya daring, membuat Saya merasa, bahwa semua itu bisa dilakukan di rumah, entah mencari rejeki atau sekedar berbisnis kecil-kecilan.

Jadi bila ada yang mengatakan bosan dan tidak betah di rumah, sepertinya ada yang patut dipertanyakan dengan dirinya dan hubungannya dengan keluarga.

Bahkan sekelas aktor Hollywod, Tom Hardy saja mengatakan:

Beberapa orang tidak mengerti, bahwa duduk di rumah sendirian dengan damai, makan snack, dan memikirkan urusan sendiri adalah hal yang SANGAT BERHARGA.

Gambar ilustrasi (Sumber: Dokumen pribadi)
Gambar ilustrasi (Sumber: Dokumen pribadi)

Berbicara tentang rumah sebagai pelabuhan terakhir menurut Sang Maestro Manajemen "Gede Prama", maka sama layaknya kapal laut, di pelabuhan terakhir maka semua akan diteliti dan apabila ada kerusakan akan diperbaiki. Begitu pula dengan badan kapal yang bocor akan ditambal, cat-cat yang rusak dan mengelupas akan dicat ulang, mesin yang terdengar kasar dihaluskan dan seterusnya. Hal ini pula yang sama terjadi dalam kehidupan manusia.

Tentunya hal ini pula yang membuat pandangan tentang rumah membuat fungsi rumah sedemikian penting. Coba Anda perhatikan bila seorang wanita yang sudah lama pergi meninggalkan rumah, sesampainya di rumah ia akan menumpahkan segala cerita yang dilaluinya.

Begitu pula dengan seorang lelaki yang pergi beberapa waktu dan jauh dari rumah, begitu tiba di rumah, maka ia akan membutuhkan penyegaran-penyegaran ulang di rumah.

Maka bisa dimengerti kalau ada yang mengatakan rumah memiliki fungsi sebagai sabuk pengaman terakhir, dan sekaligus sebagai penentu wajah kehidupan.

Baca juga: The power of "Believe".

Tentu sangat sulit sekali membayangkan kehidupan seorang lelaki atau pun seorang wanita yang tidak punya tempat untuk menumpahkan cerita dan melakukan penyegaran. Tentu hal ini sangat mirip dengan orang-orang yang hanya tinggal di hotel. Mungkin sehari, dua hari atau bahkan tiga hari Anda masih merasakan indahnya pelayanan kebersihan hotel, namun lebih lama dari itu Anda akan merasa seperti dipenjara .

Mengutip berbagai referensi tentang pengertian dari sebuah rumah, ada rumah fisik yang terbuat dari tembok, kayu, batu dan bahan lainnya. Dan ada tubuh dimana jiwa sementara berteduh. Ada rumah persahabatan yang diisi kegiatan saling berbagi. Ada rumah pernikahan yang tidak saja dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan, tetapi juga menjadi tempat saling melengkapi. Ada rumah keluarga tempat anak-anak bertumbuh. Ada rumah yang sangat dirindukan jiwa, sekaligus menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi banyak sekali jiwa manusia.

Entah ada huhungannya atau tidak, dalam suatu ekologi rumah kehidupan yang terhubung sangat rapi, keberuntungan seperti datang dengan sendirinya.

Chao-Hziu Chen dalam The Bamboo Oracle, pernah menulis:

Look at your own life and know that your roots, your trunk, your branches and your leaves will live as long as your character is noble. Therefore you can be lucky.

Maksudnya, perhatikan hidup Anda sendiri yang seperti pohon dan ketahuilah bahwa akar Anda, batang Anda, dan dedaunan Anda akan bertumbuh selama karakter Anda mulia. Dan Anda pun bisa hidup dengan penuh keberuntungan.

Tentu saja orang-orang yang hidup dalam kemuliaan, selalu merindukan rumahnya. Di rumah keluarga, anak-anak kecil yang sudah agak lama ditinggal ibunya pergi untuk suatu urusan, akan berteriak kegirangan saat ibunya pulang. “Mama.....!” Bahkan seorang Ayah yang berulang tahun sangat bahagia, saat mendapat ucapan hangat dari putra putrinya. Sungguh mendamaikan.

Di rumah yang penuh persahabatan, di rumah dengan jiwa yang selalu dirindukan. Maka bila pelabuhan terakhirnya adalah rumah keberuntungan, rumah kedamaian, maka sangat mudah melakukan perbaikan. Dalam sebuah ekologi rumah hidup seperti ini, maka inilah yang disebut dengan arah keberuntungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun