Migrasi dan urbanisasi adalah fenomena yang signifikan dalam perkembangan wilayah Kota Sukabumi. Kedua proses ini tidak hanya memengaruhi aspek demografi, tetapi juga sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Sukabumi, yang terletak strategis di Jawa Barat, menjadi salah satu wilayah yang merasakan dampak urbanisasi yang terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
Fenomena Migrasi di Sukabumi
Migrasi ke Kota Sukabumi sebagian besar dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial. Banyak pendatang yang mencari peluang kerja di sektor jasa, perdagangan, dan industri kecil yang berkembang di kota ini. Sukabumi juga menarik migran dari daerah pedesaan sekitar, terutama mereka yang ingin meningkatkan taraf hidup melalui akses yang lebih baik ke pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur modern.
Sebaliknya, migrasi keluar dari Sukabumi juga terjadi, terutama ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Alasan utama migrasi keluar adalah mencari peluang kerja yang lebih baik dan akses terhadap pendidikan tinggi. Meski demikian, dengan pembangunan infrastruktur, seperti jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), Sukabumi mulai menjadi tempat tinggal alternatif bagi mereka yang bekerja di kota besar tetapi menginginkan lingkungan yang lebih tenang.
Urbanisasi di Sukabumi
Urbanisasi di Sukabumi dipicu oleh beberapa faktor, seperti perkembangan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, dan perluasan wilayah perkotaan. Peran Sukabumi sebagai kota penyangga untuk wilayah Jakarta dan Bandung semakin mempercepat urbanisasi di kota ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, urbanisasi telah menyebabkan pertumbuhan kawasan perumahan baru, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum lainnya. Hal ini juga diiringi oleh peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan Sukabumi, yang menyebabkan perubahan pola hunian dan penggunaan lahan. Daerah yang dulunya berupa lahan pertanian kini berubah menjadi kawasan pemukiman atau komersial.
Dampak Migrasi dan Urbanisasi
Migrasi dan urbanisasi di Sukabumi memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif meliputi:
- Pertumbuhan Ekonomi: Urbanisasi membawa investasi baru dan memperluas lapangan kerja di berbagai sektor.
- Peningkatan Akses Fasilitas: Masyarakat memiliki akses yang lebih baik ke layanan pendidikan, kesehatan, dan transportasi.
- Diversifikasi Budaya: Kedatangan pendatang membawa keragaman budaya yang memperkaya kehidupan sosial di Sukabumi.
Namun, ada juga dampak negatif yang perlu dikelola dengan baik, seperti:
- Kemacetan dan Polusi: Pertumbuhan penduduk meningkatkan jumlah kendaraan, yang menyebabkan kemacetan dan penurunan kualitas udara.
- Kesenjangan Sosial: Perbedaan tingkat kesejahteraan antara penduduk asli dan pendatang dapat menimbulkan ketegangan sosial.
- Degradasi Lingkungan: Perubahan penggunaan lahan mengancam keberlanjutan ekosistem lokal.
Upaya Mengelola Migrasi dan Urbanisasi
Pemerintah Kota Sukabumi telah mengambil beberapa langkah untuk mengelola dampak migrasi dan urbanisasi, di antaranya:
- Pembangunan Infrastruktur: Peningkatan jaringan transportasi, seperti jalan tol dan angkutan umum, untuk mendukung mobilitas penduduk.
- Pengelolaan Tata Ruang: Perencanaan kota yang berkelanjutan untuk memastikan keseimbangan antara kawasan perkotaan dan ruang hijau.
- Peningkatan Kualitas Hidup: Penyediaan layanan publik yang memadai, seperti air bersih, listrik, dan fasilitas pendidikan.
Berikut adalah data mengenai migrasi dan urbanisasi di Kota Sukabumi berdasarkan Profil Perkembangan Kependudukan Kota Sukabumi Tahun 2022
Disdukcapil Kota Sukabumi:
Migrasi Masuk (In-Migration):
- Total Migrasi Masuk Tahun 2022: 6.869 jiwa
- Distribusi Migrasi Masuk per Kecamatan:
- Kecamatan Cikole: 1.320 jiwa
- Kecamatan Warudoyong: 1.072 jiwa
- Kecamatan Gunung Puyuh: 1.004 jiwa
- Kecamatan Citamiang: 947 jiwa
- Kecamatan Cibeureum: 941 jiwa
- Kecamatan Lembursitu: 831 jiwa
- Kecamatan Baros: 754 jiwa
- Angka Migrasi Masuk (In-Migration Rate): 19,30 per 1.000 penduduk
Migrasi Keluar (Out-Migration):
- Total Migrasi Keluar Tahun 2022: 7.730 jiwa
- Distribusi Migrasi Keluar per Kecamatan:
- Kecamatan Cikole: 1.434 jiwa
- Kecamatan Warudoyong: 1.270 jiwa
- Kecamatan Citamiang: 1.237 jiwa
- Kecamatan Gunung Puyuh: 1.159 jiwa
- Kecamatan Cibeureum: 924 jiwa
- Kecamatan Baros: 883 jiwa
- Kecamatan Lembursitu: 823 jiwa
- Angka Migrasi Keluar (Out-Migration Rate): 21,72 per 1.000 penduduk
Migrasi Neto (Net Migration):
- Migrasi Neto Tahun 2022: -2,4 per 1.000 penduduk
- Angka negatif menunjukkan bahwa jumlah migrasi keluar lebih besar dibandingkan migrasi masuk.
Alasan Kepindahan Penduduk Keluar Kota Sukabumi:
- Perumahan: 7.172 jiwa
- Keluarga: 387 jiwa
- Pendidikan: 52 jiwa
- Pekerjaan: 50 jiwa
- Kesehatan: 16 jiwa
- Keamanan: 7 jiwa
- Lain-lain: 46 jiwa
Data ini memberikan gambaran mengenai dinamika migrasi di Kota Sukabumi, di mana terjadi arus masuk dan keluar penduduk dengan berbagai alasan, yang mempengaruhi perkembangan demografi dan urbanisasi di kota tersebut.
Migrasi dan urbanisasi adalah bagian tak terpisahkan dari perkembangan Kota Sukabumi. Meski menghadirkan tantangan, fenomena ini juga membuka peluang besar bagi kota untuk terus berkembang. Dengan pengelolaan yang tepat, Sukabumi dapat memanfaatkan dinamika ini untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi seluruh warganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H