Mohon tunggu...
Achmad Firman
Achmad Firman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Bungsu yang Sendu

27 Februari 2017   11:04 Diperbarui: 27 Februari 2017   11:25 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sang bungsu terus menangis

namun apa sang kakak mendengar jeritnya

mungkin karena mereka bersaudara di masa lama yang lampau

kini si bungsu tak gembira di rumahnya 

telah tergerus kebebasannya telah binasa merdekanya

kala matahari terbit mendung meneteskan air mata

kala malam dinginnya menyesakkan hingga tangis jadi selimutnya

apa sang bungsu terdiam....?

tidak, mereka berontak akan duri yang menjerat

air mata mengering darah mengalir habis

tanah tak dimiliki hanya dihuni

para kesatria setiah hari menahan siksa untuk kibarkan bendera

mereka berteriak dalam serak bergerak dalam sekat

biarlah penaku mewakili pedang kakak sulungmu

karena kakakmu terlalu disibukkan oleh anak-anaknya yang nakal

karena jiwa dan ragaku tak mampu untukmu

mungkin tintaku mewakili cinta ku

tinta dan cintaku semoga sampai padamu si bungsu yang sendu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun