sang bungsu terus menangis
namun apa sang kakak mendengar jeritnya
mungkin karena mereka bersaudara di masa lama yang lampau
kini si bungsu tak gembira di rumahnyaÂ
telah tergerus kebebasannya telah binasa merdekanya
kala matahari terbit mendung meneteskan air mata
kala malam dinginnya menyesakkan hingga tangis jadi selimutnya
apa sang bungsu terdiam....?
tidak, mereka berontak akan duri yang menjerat
air mata mengering darah mengalir habis
tanah tak dimiliki hanya dihuni
para kesatria setiah hari menahan siksa untuk kibarkan bendera
mereka berteriak dalam serak bergerak dalam sekat
biarlah penaku mewakili pedang kakak sulungmu
karena kakakmu terlalu disibukkan oleh anak-anaknya yang nakal
karena jiwa dan ragaku tak mampu untukmu
mungkin tintaku mewakili cinta ku
tinta dan cintaku semoga sampai padamu si bungsu yang sendu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H