Mohon tunggu...
Firman Sani
Firman Sani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Studi Ekonomi Pertahanan, Universitas Pertahanan RI

Analisis Kebijakan Pertahanan, Geopolitik dan Teknologi Pertahanan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlombaan Senjata Tiongkok - AS di Laut Cina Selatan: Part 2 Respon Amerika Serikat

28 Mei 2024   23:00 Diperbarui: 28 Mei 2024   23:07 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemampuan Anti Acces Area Denial (A2AD) angkatan bersenjata Tiongkok (PLA) dengan pertahanan udara jarak jauh HQ-22 maupun rudal balistik anti kapal DF-17 menjadi perhatian oleh US Navy. 

Salah satu cara menangkal kemampuan A2AD adalah dengan merusak proses Kill Chain yaitu rentetan prosedur peluncuran, identifikasi, pentargetan hingga terutama pada tahap Target Cueing atau penguncian target dengan menghindari deteksi sensor, penggunaan jammer dan decoy. 

Cara lainnya adalah dengan mengembangkan kemampuan offensive jarak jauh dengan teknologi hypersonic yang disebut Command Prompt Strike (CPS) yang memiliki jarak serang 2.875 KM, jarak serang ini melebihi dari kemampuan DF-17. Rudal Conventional Prompt Strike akan dipersenjatai pada kapal perusak atau destroyer jenis Zumwalt Class, dan pada armada kapal selam nuklir, serta peluncur rudal darat oleh US Army (Lagrone, 2023)

4. Manned Unmanned Teaming (MUMT)

Gambar 7. Mockup program NOMARS Defiant DARPA. Sumber: The War Zone (Parken, 2024)
Gambar 7. Mockup program NOMARS Defiant DARPA. Sumber: The War Zone (Parken, 2024)

Rencana Battle Force Ship Assessment and Requirement (BFSAR) US Navy untuk mengungguli atau mengimbangi kemampuan PLAN juga mengandalkan kapal nirawak baik permukaan maupun selam. 

Dalam rencana BFSAR terdapat 77 sampai dengan 140 armada Large or Medium Unmanned Surface Vehicle (L/MUSV) atau Kapal Permukaan Besar Nirawak dan Xtra Large Underwater Unmanned Vehicle (XLUUV). 

Sejak 2016 US Navy telah menguji coba kapal permukaan sedang tanpa awak (MUSV) Sea Hunter yang didesign sebagai Anti Submarine Continous Trail Unmanned Vessel (ACTUV) yaitu kapal nirawak anti kapal selam yang mendeteksi dan mengikuti target secara berkelanjutan. 

Program lainnya kemudian berkembang seperti Ghost Fleet Overlord dan Program No Manning Required Ship (NOMARS) yang dilengkapi dengan ruang untuk sensor dan persenjataan seperti rudal anti kapal (Parken, 2024). 

Selain kapal permukaan, US Navy juga menguji coba kapal selam besar nirawak (XLUUV) Orca yang dapat digunakan untuk berbagai misi termasuk penyebar ranjau laut atau mine laying (Parken, 2023).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun