Peningkatan kekuatan Angkatan Laut Tiongkok atau People Liberation Army Navy (PLAN) merupakan bagian dari langkah reformasi dan modernisasi untuk mengembangkan kemampuan Angkatan Laut menuju Blue-Water Navy yang memiliki kemampuan power projection untuk melindungi kedaulatan serta kepentingan nasional Tiongkok. Modernisasi dan pembangunan kekuatan Angkatan Bersenjata Tiongkok ini disampaikan oleh Presiden Xi Jingping pada Kongres ke-19 Partai Komunis Tiongkok pada Oktober 2017 yang disebut dengan "China Dream" atau "Xi Envision" untuk mentransformasi Angkatan Bersenjata Tiongkok atau People Liberation Army (PLA) menjadi "World-class forces".Â
Penggalangan kekuatan PLAN sebenarnya sudah dilakukan selama tiga puluh tahun terakhir sejak pertengahan tahun 1990an, dan berdasarkan data Kementrian Pertahanan Amerika Serikat atau US Department of Defense (DOD) pada tahun 2020 PLAN telah melampaui jumlah kapal yang dioperasikan oleh Angkatan Laut AS atau US Navy (USN) dengan jumlah 360 kapal (PLAN) dibandingkan dengan 296 kapal (USN) (Congressional Research Service, 2023).
Rencana Tiongkok
1. Xi Envision
Rencana Xi Envision terkait Blue Water Navy yang disampaikan oleh Presiden Xi Jinping menekankan prioritas pada kemampuan ekspedisi dan proyeksi kekuatan global, untuk mencapai hal ini maka memerlukan kapal -- kapal seperti Aircraft Carrier (CV) atau Kapal induk, kapal ekspedisi multi mission seperti kapal Landing Platform Deck (LPD) atau kapal pendarat, dan kapal Landing Helicopter Assault (LHA) atau kapal induk helikopter.Â
Saat ini PLAN telah memiliki dua kapal induk aktif (Liaoning dan Shandong) dan sedang membangun kapal induk ketiga (Fujian Class CV) dengan kemampuan CATOBAR. PLAN juga memiliki tiga kapal induk helikopter aktif (Yushen Class LHA) dan tengah membangun satu kapal jenis yang sama, serta mengoperasikan delapan kapal pendarat.Â
Meskipun PLAN telah memiliki jumlah kapal induk, kapal induk helikopter dan kapal pendarat yang cukup banyak, jumlah tiga jenis platform ini masih dibawah dari jumlah yang dioperasikan oleh US Navy. US Navy mengoperasikan sebelas kapal induk bertenaga nuklir (Nimitz dan G.R Ford Class CVN), sembilan kapal induk helikopter (Wasp dan America Class LHA), dan sebelas kapal pendarat (San Antonio Class LPD). Tiongkok juga minim pengalaman operasi aviasi dari kapal induk sehingga memerlukan waktu untuk dapat mengembangkan kemampuan kapal induknya.
2. Kerjasama Civil Maritime Sealift
PLAN juga meningkatkan kemampuan angkut laut atau Sealift Capability dengan mengintegrasikan armada kapal sipil untuk mendukung operasi dan latihan militer Tiongkok. Pada laporan China Maritime Report No.35 dijelaskan bahwa PLAN telah melakukan latihan -- latihan militer untuk membangun kerjasama Civil Maritime-Military sejak 2020 dengan mengutilisasi kapal -- kapal penyeberangan sipil terutama jenis Roll On Roll Off (RORO).Â
Kapal RORO Ferry Bo Hai yang digunakan terlihat secara pencitraan satelit dapat mengangkut kendaraan militer dengan bobot yang berat seperti kendaraan lapis baja dan mampu meluncurkan kendaraan amphibi dan perahu pendarat yang menandakan kapal RORO tersebut telah dimodifikasi untuk menunjang keperluan militer PLAN (Dahm, 2024).Â
3. Utilisasi Anti Acces Area Denial (A2AD) Rocket Force Tiongkok
PLAN juga berkerjasama dengan PLARF (People Liberation Army Rocket Forces) terutama terkait kemampuan Anti Access Area Denial (A2AD) sebagai efek penangkal atau detterence kepada armada US Navy dengan membayang -- bayangi kapal induk Amerika Serikat dengan ancaman rudal balistik anti kapal (ASBM) DF-21D. Dalam skenario pertempuran laut, armada Carrier Strike Group  US Navy akan berusaha menjaga jarak untuk menghindari potensi ancaman dari DF-21D.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H