Dunia kini sedang mendaki babak akhir era modernitas yang seringkali diistilahkan sebagai pasca kebenaran, pasca normal, pasca sekularisme atau pasca modernitas,  Apalagi kita memasuki masa kampanye politik di era sosial media, memproduksi kebohongan adalah jalan tempuh yang kerap digunakan untuk memenangkan kontestasi politik. Hoax dan hate speech  mewarnai kondisi politik Indonesia saat ini. kepercayaan pada lembaga dan media mainstream telah bangkrut di hari-hari era pasca-kebenaran.Maka itu Kampanye bijak bersosmed adalah tugas kita semua.
Pada era pasca kebenaran, Â berita tidak lagi berdasar data dan fakta, Â namun berdasar pada persepsi dan asumsi. Â Serta kebenaran ditentukan secara kuantitas bukan kualitas. Kebenaran ditentukan dengan keberhasilan memutihkan monas dan memerahkan bunderan HI, Lihatlah klaim-klaim kebenaran, ratusan ribu di klaim sebagai jutaan, agama jadi kendaraan untuk memenuhi syahwat politik dan libido kekuasaan, yang jadi korban adalah orang-orang yang sholeh dalam beragama tapi tak mengerti apa motif dibalik klaim-klaim itu semua, kaum polos tak berdosa tersebut dikumpulkan untuk di klaim secara politis oleh beberapa politisi lalu menjadi photo-photo yang indah untuk disajikan di media sosial dan disambut dengan "baper" oleh orang-orang yang terkagum-kagum, hidup laksana drama turkey yang ceritanya mengoyak perasaan.
2. Konten kreator sebagai Guru zaman Now.
Seperti halnya akuntan dan wartawan, profesi guru pun di ramal akan lenyap begitu juga dokter, eittss.. Jangan marah dulu yaaa.. Karena semua yang mengalami disruption akan dituntut untuk upgrade bukan menyerah dan lenyap, itulah mengapa sekarang banyak sekolah jarak jauh dan berguru pada para konten kreator, google bisa jadi perpustakaan paling lengkap dan media sosial bisa jadi laboratorium sosial paling menarik.
Anda pasti kenal Ustadz Abdul shomad, kemunculannya karena vidio-vidio ceramahnya yang tersebar dan viral di internet. Orang banyak belajar agama di mulai dari vidio-vidio yutubenya , guru-guru disekitarnya tak di dengar lagi, ada juga yang menjual paket berlangganan untuk mendapatkan ceramah-ceramah UAS tersebut. Tak salah memang ngaji di google tapi yang jadi masalah adalah ketika ngaji pada guru yang tidak tepat.Â
Selain UAS Banyak sekali guru-guru ngaji yang menyebarkan vidio-vidionya di internet, semakin banyak maka makin banyak pula tafsir pemahaman agama, anda tinggal pilih mau belajar jihad ada, mau belajar thasawuf tersedia, mau dengar ahli hadist "monggo" mau denger ustadz yang melulu ngomong politik silahkan. Kendali di tangan anda. Tapi semua ustadz tidak akan menarik di internet jika tak ada konten kreator, yaa dialah yg meng-upload vidio jadi begitu menarik disukai banyak orang.Â
Di tangan konten kreator yang kreatif ceramah provokasi bisa menyedot penonton yg banyak, di like oleh ratusan ribu jempol bahkan jutaan, apalagi kalo di monotize akan menghasilkan pundi-pundi uang, belom lagi ada perusahaan yang ingin beriklan di chanel yutube-nya waah bisa jadi jutawan, intinya adalah kreatifitas, bahkan bisa membawa para konten kreator jadi pengusaha dibidang sosial media.
Kelak profesi guru akan hilang diganti oleh para konten kreator yang lebih menarik pengajarannya dan lebih kreatif mendidiknya, murid tak lagi datang ke sekolah, mereka tinggal buka email dan meng upload semua materi pengajaran dari guru jarak jauh, bisa bentuk vidio bisa juga bentuk voice notes, tugas murid bisa dividiokan atau dikirim melalui flatform sosial media, sekolah-sekolah konvensional akan tergeser dengan konsef home schooling, guru-guru yang pandangannya picik jumud dan fanatik sempit akan kerepotan menghadapi murid yang pintar dan kritis. Itu semua pasti ada dampak negatifnya dan hampir smua perubahan akan ditolak di awal-awal tapi yang menolak tak akan sanggup melawan realitas sejarah yang cepat berubah dan sangat dinamis.
Selain dunia pendidikan, Di dunia kedokteran begitu juga, banyak para konten kreator bidang kesehatan yang mencari inovasi kreatif dengan konten yang membuat orang semakin sadar akan kesehatan, belum lagi trend berobat jarak jauh, konsultasi via vidio call, resep via internet dan kelak makin banyak rumah sakit yang sepi dan cuma menerima yang sudah gawat darurat.
Jadi jangan salahkan generasi sekarang yang tidak berminat jadi PNS, mereka ingin jadi entrepreneur atau startup-startup, mereka ingin jadi konten kreator yang isinya pendidikan kesehatan politik dan segala hal konten di internet yang menarik dan berguna.Â
3. Stop pertikaian cebong vs kampret.Â
Di ranah politik ada dua kubu yang terpolarisasi, mereka saling menghina dan mengejek untuk sekedar memenuhi sampah-sampah digital dunia maya, mereka beri dukungan politik pada jagonya dengan cara yg "norak" tak peduli dengan persatuan apalagi dosa. Hari-hari mereka di isi dengan membuat konten hoax dan ujaran kebencian.Â
Mereka tak sadar bahwa panggung politik itu panggung penuh kepalsuan, para politisi begitu mudah berganti peran, bisa jadi yang kemarin jadi kawan dekat kini jadi musuh penuh orasi yang melaknat.Â