Selamat datang di artikel ini yang saya tulis untuk memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI) dengan Dosen Pengampu, Dr. H. Syaeful Bahri, S.Ag, MM, CHCM. Dalam artikel ini saya akan mengulas mengenai "SEJARAH WALISONGO DAN STRATEGI DAKWAH ISLAM WALISONGO"dengan harapan dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pembaca. Saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu atas kesempatan ini. Selamat membaca!
A. Sejarah Wali Songo
Wali artinya adalah wakil, sedangkan songo berarti sembilan dalam bahasa Jawa. Wali Songo dapat diartikan sebagai sembilan wakil atau wali Allah Swt. Kesembilan orang tersebut memiliki derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga atau mengawal sembilan lubang dalam diri manusia sehingga memiliki peringkat wali.
Wali Songo adalah sebutan bagi sembilan orang wali yang berperan menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Setiap wali memiliki sebutan yang disesuaikan dengan tempat tinggal dan wilayah penyebarannya. Meski namanya sangat terkenal, tetapi belum banyak yang tahu sejarah Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam. Para Wali Songo menyebarkan agama Islam dengan pendekatan budaya, yaitu dengan memadukan seni budaya lokal dengan ajaran Islam. Contohnya adalah wayang, tembang Jawa, gamelan, serta upacara adat yang digabungkan dengan ajaran dan makna Islam.
Berikut ini adalah daftar nama Wali Songo dan wilayah penyebarannya.
1. Sunan Ampel
Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat, ia adalah putra dari Syekh Maulana Malik Ibrahim. Bersama adiknya, Sayud Ali Murtadho, ia datang ke Pulau Jawa pada 1443. Nama Ampel diambil dari daerah bernama Ampel Denta, daerah rawa yang dihadiahkan Raja Majapahit kepadanya. Di tempat ini, Sunan Ampel menyebarkan agama Islam dengan mulai mendirikan Pesantren Ampel Denta. Iapada tahun 1491 M dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
2. Sunan Bonang
Nama asli Sunan Bonang adalah Raden Makdum Ibrahim. Ia adalah anak dari Sunan Ampel dan cucu dari Maulana Malik Ibrahim. Mulanya, ia berdakwah di Kediri yang kala itu penduduknya banyak beragama Hindu. Kemudian ia menetap di Desa Bonang, Lasem, Jawa Tengah. Sunan Bonang kemudian mendirikan pesantren yang dikenal sebagai Watu Layar. Ia wafat pada 1525 dan dimakamkan di Tuban, sebelah barat Masjid Agung.
3. Sunan Drajat
Raden Qasim merupakan nama asli dari Sunan Drajat yang kemudian mendapat gelar menjadi Raden Syarifuddin. Dia adalah putra dari Sunan Ampel dan juga saudara dari Sunan Bonang. Sunan Drajat berdakwah di sebuah desa bernama Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Nama desa ini kemudian dijadikan sebagai sebutan Sunan Drajat. Semasa menyebarkan agama Islam, ia mendirikan musala atau surau yang dimanfaatkan sebagai tempat berdakwah.
4. Sunan Giri
Sunan Giri adalah pendiri Kerajaan Giri Kedaton. Ia memiliki nama asli Maulana 'Ainul Yaqin. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Meskipun berada di Gresik, tetapi pengaruh ajaran Islam dari Sunan Giri bisa sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi bahkan Maluku. Sunan Giri juga memiliki beberapa nama panggilan selain Raden 'Ainul Yaqin, di antaranya Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, dan Joko Samudro.
5. Sunan Gresik
Sunan Gresik memiliki nama asli Maulana Malik Ibrahim. Daerah yang ditujunya adalah Desa Sembalo, desa yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Sunan Gresik meninggal pada 1419 usai membangun pondokan yang digunakan sebagai tempat belajar agama di Leran.
6. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Ia berdakwah di daerah Cirebon, mendirikan kerajaan, dan melepaskan diri dari pengaruh Padjajaran.Â
7. Sunan Kalijaga
Tokoh Wali Songo berikutnya adalah Sunan Kalijaga yang lahir pada 1401. Nama kecilnya adalah Jaka Said dan sering disebut sebagai raden Mas Said. Wilayah tempat berdakwahnya tidak terbatas sebab ia adalah seorang mubalig keliling. Namun semasa hidup, ia lama menetap di Kadilangu, Demak. Sunan Kalijaga diperkirakan hidup lebih dari 100 tahun. Ia juga memiliki peran penting dalam pembangunan Masjid Agung Demak.
8. Sunan Kudus
Sunan Kudus Lahir, besar, dan meninggal di Kota Kudus, membuat Ja'far Shodiq disebut sebagai Sunan Kudus. Ia berdakwah di tengah masyarakat yang menganut agama Hindu dan Buddha. Hal itu membuatnya menerapkan strategi dakwah dengan menghargai adat istiadat yang lama dianut warga sekitar. Salah satunya membangun masjid dengan bentuk menyerupai candi miliki umat Hindu. Pada 1550, Sunan Kudus meninggal saat menjadi imam salat subuh di Masjid Menara Kudus.
9. Sunan Muria
Sunan Muria memiliki nama kecil yakni Raden Pratowo. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga. Ia memiliki daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Muria menyebarkannya melalui para pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata. Adapun nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di Lereng Gunung Muria, sekitar 18 kilo meter ke utara Kota Kudus.
Dakwah Islam Walisongo memiliki beberapa materi pokok, yaitu:
1. Akidah Islam
Walisongo mengajarkan akidah Islam yang murni, yaitu tauhid kepada Allah SWT. Mereka mengajarkan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Mereka juga mengajarkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT yang terakhir.
2. Syari'at Islam
Walisongo mengajarkan syari'at Islam yang praktis dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat. Mereka mengajarkan tentang ibadah, muamalah, dan akhlak.Akhlak Islam Walisongo mengajarkan akhlak Islam yang mulia, yaitu akhlak yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Mereka mengajarkan tentang pentingnya berbuat baik kepada sesama, menjaga kehormatan, dan menghindari perbuatan dosa.
B. Strategi Dakwah Islam Walisongo
Walisongo menggunakan berbagai strategi dakwah untuk menyebarkan Islam di Jawa. Beberapa strategi dakwah yang mereka gunakan, antara lain:
1. Pendekatan kultural
Walisongo menggunakan pendekatan kultural untuk menyesuaikan ajaran Islam dengan budaya masyarakat Jawa. Mereka menggunakan kesenian, adat istiadat, dan tradisi masyarakat Jawa untuk menyampaikan ajaran Islam.
2. Pendekatan pendidikan
Walisongo mendirikan pesantren untuk mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat. Pesantren menjadi sarana penting untuk penyebaran Islam di Jawa.
3. Pendekatan sosial
Walisongo membantu masyarakat dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Hal ini untuk menarik simpati masyarakat dan memudahkan mereka menerima ajaran Islam.
Beberapa contoh keberhasilan para wali songo dalam menyebarkan Islam:
a. Sunan Gresik berhasil menyebarkan Islam di pesisir utara Jawa Timur.
b. Sunan Ampel berhasil menyebarkan Islam di Surabaya dan sekitarnya.
c. Sunan Bonang berhasil menyebarkan Islam di Tuban dan sekitarnya.
d. Sunan Kalijaga berhasil menyebarkan Islam di Yogyakarta dan sekitarnya.
e. Sunan Giri berhasil menyebarkan Islam di Madura dan sekitarnya.
f. Sunan Kudus berhasil menyebarkan Islam di Kudus dan sekitarnya.
g. Sunan Muria berhasil menyebarkan Islam di lereng Gunung Muria.
h. Sunan Drajat berhasil menyebabkan islam di lamongan
i. Sunan Gunung Djati berhasil menyebarkan islam di Cirebon
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H