Mohon tunggu...
Raden Firkan Maulana
Raden Firkan Maulana Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar kehidupan

| Penjelajah | Pemotret | Sedang belajar menulis | Penikmat alam bebas | email: firkan.maulana@gmail.com | http://www.instagram.com/abah_ceukhan | https://www.linkedin.com/in/firkan-maulana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adakah daerah di Indonesia yang tidak pernah terkena Banjir dan Longsor?

22 Januari 2025   13:44 Diperbarui: 22 Januari 2025   13:44 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanah Longsor di Kabupaten Pekalongan (Sumber: Kompas.id)

Awal tahun 2025 ini di saat musim hujan, bencana banjir dan longsor telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Hampir setiap minggu di Bulan Januari 2025 ini selalu muncul berita mengenai bencana banjir, misal banjir di Kota Cirebon dan Kota Bandar Lampung. Dan kejadian terbaru, pada Selasa, 21 Januari 2025 beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah seperti Pekalongan, Demak, Sragen dan Grobogan diterjang banjir dan longsor setelah malam sebelumnya diguyur hujan dengan intensitas tinggi. 

Di Kabupaten Pekalongan, tepatnya di Desa Kasimpar dan Telogopakis, Kecamatan Petungkriyono, terjadi bencana longsor yang menelan korban jiwa 17 orang tewas dan 9 orang hilang. Hingga saat kini proses evakuasi korban masih berlangsung. Longsor tersebut juga menutup akses jalan desa ke daerah lain. Kecamatan Petungkriyono ini wilayahnya berada di dataran tinggi yang merupakan akses menuju ke Dataran Tinggi Dieng. Selain longsor di dataran tinggi, wilayah dataran rendah Kabupaten Pekalongan direndam banjir dengan ketinggian 1 meter, yaitu di beberapa kecamatan seperti Doro, Lebangbarang, Talun, Wonopringgo dan sebagainya. 

Selanjutnya di Kabupaten Demak juga terjadi banjir yang disebabkan oleh jebolnya tanggul Sungai Cabean  sehingga merendam tiga desa. Di Kabupaten Sragen banjir juga merendam enam luapan karena luapan anak Sungai Bengawan Solo. Dan banjir dengan kategori banjir bandang terjadi di Kabupaten Grobogan yang membuat masyarakat di dua desa (Karanganyar dan Kalongan) mengungsi karena jebolnya Sungai Tuntang. Banjir ini menyebabkan perjalanan kereta api pantai utara lumpuh total karena tanah di bawah rel tergerus oleh derasnya air sehingga mengakibatkan rel menggantung. Lokasinya di sekitar antara Stasiun Grubug hingga Stasiun Karangjati. 

Di daerah tempat tinggal saya pun di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, tidak luput dari terjangan banjir. Di Kabupaten Bandung, wilayah dataran rendah yang sering menjadi langganan banjir ada di 3 kecamatan yaitu Dayeuhkolot, Baleendah dan Bojongsoang. Banjir tersebut terjadi karena luapan Sungai Citarum. Di Kota Bandung, banjir terjadi di beberapa titik kota, salah satunya yang paling parah adalah di Gedebage, sebuah lokasi di mana Mesjid Al Jabbar berdiri dan stadion sepakbola Gelora Bandung Lautan Api yang menjadi markas Persib Bandung. Banjir juga banyak terjadi di sudut kota lainnya di Kota Bandung, baik itu di jalan-jalan dan kawasan perumahan, kawasan perdagangan, pendidikan dan lainnya. 

Penyebab Banjir dan Longsor

Banjir dan longsor adalah bencana yang sangat merusak bagi kehidupan manusia. Banjir dan longsor bisa menimbulkan kerugian besar, seperti kerusakan harta benda, korban jiwa dan cedera hingga kerusakan lingkungan ekosistem sungai. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada tahun 2024 Indonesia mengalami bencana alam sejumlah 2.203 kasus. Bencana yang paling sering terjadi adalah 1.109 kasus banjir. Sedangkan bencana longsor yang terjadi adalah sebanyak 136 tanah longsor. Jumlah korban jiwa akibat banjir sebanyak 248 orang dan akibat longsor sebanyak 233 orang. 

Longsor merupakan pergerakan tanah dan bebatuan di lereng perbukitan atau lokasi dengan kemiringan tertentu. Tanah longsor banyak menyebabkan korban meninggal dan luka-luka dikarenakan material longsor yang menimbun masyarakat. Longsor yang terjadi tiba-tiba menyulitkan siapa pun untuk menghindarinya. Pemukiman masyarakat yang berada di lereng dengan kemiringan tertentu dan juga yang berada di bawah bukit atau suatu lembah, akan sangat rentan terhadap bahaya longsor ini. Penyebab longsor ini bisa berasal dari akumulasi tingginya curah hujan yang berkombinasi dengan tidak adanya penahan tanah (misal pepohonan jenis kayu keras) sehingga menyebabkan tanah bergerak menjadi longsor turun ke bawah dan menimbun yang ada di bawahnya. Longsor ini bisa juga dipicu oleh adanya gempa bumi. 

Banjir merupakan peristiwa berlimpahnya air hujan yang tidak bisa ditampung oleh saluran pembuang air (selokan dan sungai) dan tidak bisa diserap oleh tanah hingga menyebabkan air tersebut meluap. Banjir ini terjadi karena meluapnya air sungai melebihi batas normal debit ketinggian air sungai. Banjir seperti ini yang terjadi pada kasus banjir di daerah Provinsi Jawa Tengah. Dan juga seperti kasus banjir karena luapan Sungai Citarum. 

Banjir lainnya yang terjadi di Indonesia seringnya adalah banjir karena banjir rob. Banjir rob adalah luapan air laut yang naik dan mengenangi daratan sekitar pantai, contohnya seperti di kawasan Ancol Jakarta Utara dan kawasan kota bawah Kota Semarang. Selanjutnya banjir bandang sering juga terjadi di Indonesia. Banjir ini terjadi sangat mendadak dengan arus air yang kuat sehingga mampu menghancurkan bangunan. Contoh yang baru saja terjadi adalah banjir bandang di Bandar Lampung pada 21 Januari 2025 lalu yang mengakibatkan jembatan rubuh. 

Dan banjir lainnya adalah banjir genangan, baik di wilayah perdesaan dan perkotaan di Indonesia. Banjir genangan ini terjadi dipicu intensitas hujan yang tinggi dan air tergenang di wilayah dataran rendah. Sebagai contoh, di Kota Bandung ketika hujan lebat, seringkali terjadi banjir genangan dikarenakan kiriman air dari wilayah Bandung yang lebih tinggi di kawasan utara. Sebagai akibatnya, banjir menggenangi jalan raya, kawasan pemukiman dan juga kawasan lainnya. 

Faktor penyebab banjir sejatinya sudah diketahui semua orang, yang pertama yaitu berkurangnya tutupan hijau di atas lahan seperti pepohonan tanaman keras maupun tanaman lainnya. Manfaat tutupan hijau ini untuk menjaga keseimbangan daya serap air tanah ke dalam tanah. Dengan adanya kandungan unsur tanah dalam tanah serta pengaruh akar  pepohonan membuat air menjadi lebih mudah terserap ke dalam tanah. Maka ketika tutupan hijau berkurang dan malah tidak ada, keseimbangan hidrologis akan terganggu. Air hujan yang turun tidak terserap ke dalam tanah dan menjadi aliran air yang bergerak di permukaan tanah. Air hujan yang turun tidak dapat diserap secara maksimal oleh tanah. Sehingga air yang ada di permukaan  tanah juga tidak bisa dialirkan ke dalam badan sungai sehingga air langsung meluap dan meluber hingga turun menuju ke kawasan hilir. 

Tutupan hijau yang berkurang bukan menjadi faktor tunggal penyebab banjir. Faktor lainnya adalah lahan yang berubah fungsi dari area hijau sebagai area resapan menjadi kawasan terbangun seperti pemukiman, perkantoran dan sebagainya. Banyaknya lokasi alami yang menjadi tempat tampungan air yang berubah fungsi menjadi kawasan terbangun seringkali menyebabkan banjir terjadi. Sebagai contoh, di Kota Bandung, beberapa daerah yang bernama Situ seperti Situ Gunting, Situ Aksan dan lainnya telah berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman sehingga jika hujan terjadi daerah itu menjadi langgangan banjir. Hal ini dipicu juga dengan semakin menyusutnya luasan hijau sebagai area resapan di daerah Bandung Utara yang sekarang ini massif banyak dibangun kawasan pemukiman mewah dan kawasan wisata buatan (hotel, restoran,villa dan lain-lain).

Faktor penyebab lainnya adalah curah hujan yang tinggi (umumnya melebih 100 mm per hari) dengan intensitas turun hujan yang lama seringkali berkontribusi terhadap terjadinya banjir. Dengan adanya perubahan iklim, sekarang ini fenomena hujan turun menjadi sesuatu yang semakin sukar diprediksi. Perubahan pola curah hujan sekarang ini mengalami pergeseran, yaitu hujan mulai turun di bulan Oktober hingga April, dengan puncak hujan biasanya November-Desember-Januari dengan sangat lebat dan curah hujan tinggi. Data banjir dan longsor mencatat sejarah bahwa kurun waktu November-Desember-Januari mengalami peningkatan tajam.

Banjir Bandang menggerus rel kereta api di Kabupaten Grobogan (Sumber: Kompas.id)
Banjir Bandang menggerus rel kereta api di Kabupaten Grobogan (Sumber: Kompas.id)

Faktor pemicu lainnya adalah kemiringan lokasi yang berkaitan dengan topografi. Semakin curam atau miring suatu lokasi, maka akan mempengaruhi kecepatan air turun dalam hal ini air hujan yang tidak terserap tanah. Banjir bandang yang besar biasanya  terjadi karena  air yang datang dengan kecepatan tinggi dari arah dataran tinggi menuju ke dataran di bawahnya. Di Kota Bandung pun, saat hujan deras biasanya aliran air hujan di selokan dan air hujan yang meluber ke jalan, aliran airnya sangat deras, sebagai contoh hal ini terjadi di kawasan Cikutra hingga Jalan Surapati dan kawasan Jatihandap hingga Terminal Cicaheum. Banjir yang terjadi tidak saja membawa air, tapi juga membawa banyak benda dan material lainnya seperti tanah, lumpur, batu, balok kayu hingga berbagai sampah.

Faktor pendukung lainnya yang memicu banjir, terutama di perkotaan adalah buruknya sistem drainase. Air hujan yang harusnya bisa dialirkan melalui selokan dan gorong-gorong hingga ke anak sungai dan sungai, terhambat oleh adanya gundukan sampah dan juga material lumpur/tanah. Contoh di Kota Bandung, banjir seringkali terjadi karena air meluap ke jalan-jalan hingga menggenangi rumah-rumah, sekolah, tempat ibadah, kantor dan sebagainya karena sudah tidak tertampung di selokan dan sungai. Ironisnya, selokan , gorong-gorong  dan sungai itu banyak tersumbat oleh sampah. Di tempat tinggal saya di kawasan Cibolerang-Cigondewah, selokan dan gorong-gorong seringkali penuh sampah dan material lumpur. Walaupun dibersihkan, namun kekurangannya adalah tidak rutinnya waktu pembersihan dan tidak bersihnya cara membersihkan selokan karena material lumpur tidak diangkat.

Daerah Bebas Banjir dan Longsor

Pada saat memasuki musim hujan (biasanya di bulan Oktober) dan saat sepanjang musim hujan berlangsung biasanya ancaman bencana banjir dan tanah longsor semakin meningkat. Hujan yang turun dengan intensitas lebat dengan durasi waktu yang lama cenderung akan menyebabkan sungai-sungai meluap sehingga mengakibatkan terendamnya dataran rendah yang mencakup kawasan pemukiman, pertanian dan sebagainya. Sedangkan di lokasi daerah dataran tinggi dengan kemiringan tertentu, seringkali terjadi tanah longsor yang dipengaruhi oleh curahan air hujan. 

Karena seringnya bencana banjir dan longsor yang melanda daerah-daerah di Indonesia, baik di perdesaan dan perkotaan, menyebabkan saya bertanya-tanya, apakah ada daerah (kabupaten, kota, kecamatan, kelurahan dan kota) yang bebas banjir dan longsor? Secara acak, saya coba menelusuri data dari BNPB dalam kurun waktu 2008-2017, ternyata didapatkan rata-rata 1000 kali terjadi kejadian bencana yang mayoritas adalah banjir dan tanah longsor. Dalam rentang waktu tersebut, jumlah bencana banjir plus longsor terbanyak terjadi di tahun 2016 yaitu mencapai 2384 kali. Dan rentang waktu 2008-2017 tersebut, rata-rata banjir per tahun adalah 599 kasus dan rata-rata longsor per tahun adalah 363 kasus. Artinya, longsor dan banjir ini bisa dikatakan hampir terjadi setiap hari. Namun sebetulnya tidak terjadi tiap hari karena banjir dan longsor ini sering terjadi saat musim hujan. 

Tahun 2010 adalah tahun dengan jumlah kejadian banjir yang tertinggi yang menyebabkan korban meninggal sangat banyak yaitu 608 dari 400 kasus banjir. Pada  tahun 2016 terjadi 763 kasus banjir yang menyebabkan 146 orang meninggal dunia. Di tahun 2017 banjir  terjadi sebanyak 645 kali dengan korban jiwa sebanyak 109 orang meninggal dunia. Sebetulnya wilayah yang sering terkena banjir sudah dipetakan, sebagai contoh di Jakarta terdapat sebanyak 13 aliran sungai, yang hampir setiap tahunnya di wilayah sekitar sungai tersebut  mengalami banjir.  

Secara umum, saya belum menemukan daerah-daerah yang betul bebas banjir dan longsor dari data BNPB. Di wilayah perkotaan seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Samarinda, Denpasar dan sebagainya merupakan langganan banjir jika musim hujan datang. Bahkan longsor pun sering terjadi di kota, seperti di Bogor dan Bandung, yang dikarenakan bergeraknya tanah dan konstruksi bangunan yang rapuh sehingga rumah dan bangunan lainnya roboh. Dan di wilayah perdesaan pun tak luput dari dari bencana banjir dan longsor.  

Saya coba untuk mencermati daerah bebas banjir di kota saya tinggal yaitu di Kota Bandung. Sepanjang pengamatan saya, ternyata untuk daerah bebas banjir di Bandung itu berada di area yang dulu di bangun oleh orang Belanda yaitu di sekitar kawasan pemerintahan Gedung Sate, kawasan Dago hingga kawasan pemerintahan Kantor Walikota di Jalan Merdeka, Alun-Alun dan Mesjid Agung serta perkantoran dan markas militer di seputar Jalan Aceh dan sekitarnya. Sedangkan wilayah lainnya di Kota Bandung, sepengetahuan saya pernah mengalami banjir, baik itu banjir air tergenang dan banjir luapan air selokan serta sungai. Dan di beberapa tempat pun, pernah terjadi kejadian longsor di sekitar bantaran sungai karena tanah tergerus oleh aliran air sungai yang deras. 

Bencana banjir dan longsor merupakan ancaman nyata yang potensinya akan semakin meningkat di saat musim hujan. Masyarakat yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor, tentunya harus waspada. Data BNPB memperlihatkan ada sekitar 40,9 juta jiwa masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah rentan tanah longsor dan sekitar 63,7 juta jiwa yang tinggal di wilayah rawan banjir. Dan setiap tahun seharusnya perlu diperbaharui pemetaan wilayah dan daerah yang berpotensi terkena banjir dan longsor. Akhir kata, apakah di daerah Anda ada yang tidak pernah mengalami banjir dan juga longsor ?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun