Mohon tunggu...
R Firkan Maulana
R Firkan Maulana Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar kehidupan

| Penjelajah | Pemotret | Sedang belajar menulis | Penikmat alam bebas | email: sadakawani@gmail.com | http://www.instagram.com/firkanmaulana

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Energi Krueng Aceh

14 Agustus 2018   15:54 Diperbarui: 14 Agustus 2018   18:57 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Jembatan Peunayong hingga Jembatan Pante Pirak, pemanfaatan lahan kiri kanan tepian Krueng Aceh banyak didominasi untuk kegiatan perkantoran, perdagangan dan jasa. Contohnya adalah bangunan ruko Pasar Peunayong, hotel dan restoran, terminal angkutan kota, kantor Bank Indonesia, kantor polisi, markas militer Kodam Iskandar Muda dan gereja.

Kemudian dari Jembatan Peunayong hingga Jembatan Beurawe, kiri kanan tepian Krueng Aceh terdiri atas pemukiman penduduk, pasar swalayan Pante Pirak, GOR, Kompleks POM, Asrama TNI dan mesjid. Selanjutnya dari Jembatan Beurawe hingga ke gerbang masuk Kota Banda Aceh yang berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar, lahan pertanian dan pemukiman penduduk banyak menghiasi tepian Krueng Aceh.

Nestapa Krueng Aceh

Ironisnya, kini kondisi  Krueng Aceh sedang nestapa. Walau punya peranan penting untuk menopang kehidupan, namun perlakuan terhadap Krueng Aceh mulai keterlaluan. Contoh kasunya adalah kerusakan DAS Krueng Aceh terkait dengan eksploitasi Galian C berupa penambangan pasir dan batu sungai. Penambangan ini sudah melampaui batas dan juga semakin tidak terkendali.

Akibatnya, kerusakan DAS Krueng Aceh bisa semakin parah yaitu rusaknya tubuh sungai, menurunnya kuantitas dan kualitas air sungai serta tingginya tingkat erosi tepian sungai atau dinding sungai. 

Bahkan beberapa jembatan yang melintasi Krueng Aceh telah terancam ambruk karena pondasi dasarnya sudah berubah karena pengaruh penggalian. Demikian juga halnya dengan dinding sungai yang longsor tergerus arus air sungai.

Nestapa lainnya adalah pencemaran air. Ketika Krueng Aceh mengalir melalui lahan pertanian, sungai itu akan menampung air hujan dari areal pertaian dan mengalir ke sungai dengan membawa residu dari pupuk dan pestisida. Sedangkan ketika Krueng Aeh mengalir melalui kawasan perumahan penduduk dan juga memasuki kawasan perkotaan Banda Aceh, maka sungai itu akan banyak menerima limbah cair dan padat yang kadang mengandung racun.

Penggunaan dan pengelolaan lahan yang tak tepat seperti di lereng miring atau pembukaan kawasan hutan akan mempengaruhi Krueng Aceh. Lahan yang kritis akan menyebabkan terjadinya kikiksan tanah berupa lumpur ketika hujan terjadi dan mengalir ke dalam sungai. Selanjutnya lumpur itu akan mengalir dan mengendapkannya sebagai bahan sedimentasi, sehingga badan sungai menyempit. Akibatnya bisa terjadi banjir karena aliran air terhambat. Banjir ini terkait juga rusaknya daerah tangkapan air di hulu sungai.

Menyayangi Krueng Aceh

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Krueng Aceh sebagai penyedia air harus dikelola dengan baik. Konsep lama pengelolaan sungai yaitu konsep "satu sungai satu sistem pengelolaan" (one river one management system) masih cukup relevan untuk diterapkan bagi Krueng Aceh. 

Rasa sayang pada Krueng Aceh harus diwujudkan dengan melakukan penataan ruang yang terintegrasi berdasarkan sistem daerah aliran sungai (watershed system) dari hulu sampai ke hilir di laut sebagai satu bio-region (suatu wilayah yang mempunyai keterkaitan biofisik). Dengan kata lain, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Banda Aceh dan Aceh Besar harus menempatkan Krueng Aceh sebagai poros bersama untuk pembangunan wilayah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun