Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Membaca Isi Hati para Begal

26 Maret 2015   10:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:59 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terpenting, saya pribadi menjadi tidak buta dan tuli hati, terutama bagiamana mengarifi maraknya kejahatan, termasuk begal yang akhir-akhir ini menjadi momok menakutkan di jalan raya, hampir di seluruh kota di negeri ini.

---

[caption id="" align="aligncenter" width="446" caption="Ilusreasi dari pojoksatu.id"]

Ilusreasi dari pojoksatu.id
Ilusreasi dari pojoksatu.id
[/caption]

BEGAL-BEGAL jalanan saya yakini merajalela karena masyarakat mulai gerah hidup di rumah sendiri, melenceng dari apa yang dilukiskan God Bless dalam lagu Rumah Kita. Para orangtua, para pemimpin negara ini, tidak memberikan rasa nyaman. Mereka bertengkar dan merasa benar. Polisi, KPK, DPR, para pejabat level atas di lingkup eksekutif saling tikam seperti lagu Badut Iwan Fals, yang ucapan maupun mimik muka marah mereka bisa disimak di layar televisi dari subuh hingga dinihari.

Himpitan ekonomi, ketidakjelasan hukum, kesempatan menyekolahkan anak dan lapangan kerja yang makin menyempit, belum ada suri tauladan yang menjadi panutan, menciptakan masyarakat yang sensitif. Pemberontakan itu diaplikasikan di jalanan. Anak-anak putus sekolah (bahkan anak-anak sekolah di sebuah SMA di Kota Wali Kabupaten Demak yang belum lama ini tertangkap setelah membegal) yang ingin terus punya pulsa, bapak muda yang tak punya ongkos menebus obat bayinya, pengangguran yang mulai disindir-sindir istri maupun mertuanya, adalah para begal yang merasa cemburu pada aparat yang punya rekening gendut, anggota DPR yang bisa memroduksi tanda tangan sakti, bupati yang punya banyak mobil dan rumah mewah, para artis yang digambarkan oleh TV tampak super glamor ...

Negeri ini cuma butuh hati, agar para penjahat dan calon penjahat, serta para pejabat dan calon pejabat, memiliki hati.

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun