Jika benar kelak bakal ada Hari Komedi Nasional, apakah hari peringatan tersebut benar-benar membawa manfaat secara merata bagi seluruh komedian, ataukah cuma momentum musiman semata?
Berbeda dengan beberapa jenis kesenian yang punya organisasi. Dangdut, misalnya, punya Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) yang acap berusaha membuat sejahtera anggotanya. Secara kolektif bahkan sering mengambil sikap bila ada anggotanya ditindas atau terbentur perkara. Contohnya saat seorang biduan di Kabupaten Semarang belum lama ini mendapat kekerasan seksual di pinggiran hutan, sontak PAMMI melakukan perlindungan maksimal dan melakukan penggalangan dana untuk pengobatan fisik serta psikis biduan tadi.
Apakah nanti bila pelawak punya hari peringatan juga bakal melakukan hal serupa? Jangan-jangan cuma untuk gagah-gagahan saja. Jangan-jangan pula, pada setiap peringatan Hari Komedi Nasional nanti (bila presiden meluluskan) ada undangan khusus bagi pelawak yang tak laku, lalu oleh presiden mereka disantuni uang yang justru menjadi adegan memalukan!
Sebaiknya, sebelum punya hari nasional, para pelawak yang laris juga memikirkan nasib koleganya, seperti Teguh yang di Semarang itu, serta ratusan lainnya, terutama di daerah-daerah! Tidak harus menyubsidi, tapi setidaknya ada reuni-reuni tertentu dan tertutup (tanpa kamera televisi untuk kepentingan sensasi) yang memotivasi semangat hidup para pelawak tak laku.
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H